16 October 2016

Biografi Pahlawan Pangeran Antasari



Biografi Pahlawan Pangeran Antasari

 
Pangeran Antasari bin Pangeran Mas’ud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah adalah keluarga Kesultanan Banjarmasin, tetapi hidup dan dibesarkan di luar lingkungan istana, yakni di Antasan Senor, Martapura. Pada tahun 1857, terjadi perselisihan di dalam istana kesultanan karena Belanda ikut campur mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai sultan yang sebenarnya tidak dikehendaki rakyat dan kalangan istana. Harapan rakyat Banjar adalah Pangeran Hidayatullah yang menjadi sultan.
Gerakan perlawanan rakyat pun muncul menentang pemerintah boneka bentukan Belanda. Pangeran Antasari yang memang menentang Belanda kemudian bergabung dengan rakyat dan mempersatukan gerakan perlawanan. Setelah cukup kuat, pada 28 April 1859 rakyat Banjar yang juga didukung ulama mengobarkan Perang Banjar. Tambang batubara dan benteng Belanda di Pengaron menjadi sasaran pertama. Perlawanan rakyat bertambah kuat setelah Pangeran Hidayatullah ikut berjuang, menyusul penghapusan Kerajaan Banjar oleh Belanda pada 11 Juni 1860.
Perlawanan rakyat Banjar terus berlangsung dengan sengit. Namun, Pangeran Hidayatullah kemudian tertangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat, pada tahun 1862. Para alim ulama dan ketua adat seianjutnya mengangkat Antasari sebagai pemimpin dengan gelar Penembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Belanda kemudian menawarkan perdamaian dan pengampunan kepada Antasari. Sebagai jawaban, Pangeran Antasari hanya memberi satu jaminan untuk perdamaian, yaitu diserahkannya Kesultanan Banjarmasin.
  • Tempat/Tgl. Lahir : Banjarmasin, 1809
  • Tempat/Tgl. Wafat : Bayan Begok, 11 Oktober 1862
  • SK Presiden : Keppres No. 06/TK/1968. Tgl. 27 Maret 1968
  • Gelar : Pahlawan Nasional
Pada tahun 1862 Pangeran Antasari merencanakan suatu serangan besar, tetapi secara mendadak, wabah cacar melanda daerah Kalimantan Selatan. Pangeran Antasari ikut terserang sakit. Daiam keadaan sakit parah, beliau diungsikan ke pegunungan Dusun Hulu hingga akhirnya wafat di kampung Sampirang pada tanggai 11 Oktober 1862. Makam beliau kemudian dipindahkan pada 11 November 1958 ke Komplek Makam Pangeran Antasari , Banjarmasin

No comments:

Post a Comment