Pengertian dan Sejarah
A. Asal Usul Tata Surya
Banyak hipotesis tentang asal usul tata surya telah dikemukakan para
ahli, diantaranya :
1.
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant(1724-1804) pada tahun
1775. Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh karena itu,
hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-Laplace. Pada tahap
awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es,
dan gas yang disebut nebula. Unsur gas sebagian besar berupa hidrogen. Karena
gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan berputar dengan arah
tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa
yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya
semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan
penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet
luar juga terbentuk.
2. Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang
lain yang hampir menabrak matahari.
3. Hipotesis Pasang Surut
Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan
oleh James Jean dan Herold Jaffries pada
tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis
planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
4. Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom
Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred
Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata
surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang
salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil.
B. Sejarah penemuan
Lima
planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan
Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat
dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk
masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada
lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi. Galileo Galilei
(1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia
"lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati
melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa
melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau
Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari.
Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu
bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang digagas oleh
Nicolaus Copernicus (1473-1543) sebelumnya. Susunan heliosentris adalah
Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain
seperti Christian Huygens (1629-1695)
yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit
Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan
perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang
lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan
hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan
pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William
Hechell (1738-1782) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada
Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit
Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai
satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978,
Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira
sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan
Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil
lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi
Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai
objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek
trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di
antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000),
Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan
2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk
Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran
lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada
Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari
Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
C. Daftar jarak planet
Daftar planet dan jarak rata-rata planet dengan matahari
dalam tata surya adalah seperti berikut:
·
57,9 juta kilometer ke Merkurius
·
108,2 juta kilometer ke Venus
·
149,6 juta kilometer ke Bumi
·
227,9 juta kilometer ke Mars
·
778,3 juta kilometer ke Jupiter
·
1.427,0 juta kilometer ke Saturnus
·
2.871,0 juta kilometer ke Uranus
·
4.497,0 juta kilometer ke Neptunus
Terdapat juga lingkaran asteroid yang
kebanyakan mengelilingi matahari di antara orbit Mars dan Jupiter.
Karena rotasinya terhadap sumbu masing-masing,
garis khatulistiwa menjadi lingkar terpanjang yang terdapat di setiap planet
dan bintang.
Planet
A. Pengertian
Planet adalah benda langit yang memiliki
ciri-ciri berikut:
·
Mengorbit mengelilingi bintang
atau sisa-sisa bintang;
·
Mempunyai massa yang cukup untuk
memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga
benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk
hampir bulat);
·
Tidak terlalu besar hingga dapat
menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di intinya; dan,
·
Telah "membersihkan
lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak
ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya
sendiri) di daerah sekitar orbitnya
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam sistem Tata Surya terdapat
delapan planet. Hingga 24 Agustus 2006, sebelum Persatuan Astronomi
Internasional (International Astronomical Union = IAU) mengumumkan perubahan
pada definisi "planet" sehingga seperti yang tersebut di atas, terdapat
sembilan planet termasuk Pluto, bahkan benda langit yang belakangan juga
ditemukan sempat dianggap sebagai planet baru, seperti: Ceres, Sedna, Orcus,
Xena, Quaoar, UB 313. Pluto, Ceres dan UB 313 kini berubah statusnya menjadi
"planet kerdil/katai."
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang
artinya Bintang Pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang
biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah) dari
rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada masa
sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun
pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet dianggap
sebagai representasi dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan planet
adalah tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan
Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari dan Bulan dari daftar karena
tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang.
1. Planet dalam tata surya
Menurut IAU (Persatuan Astronomi Internasional),
terdapat delapan planet dalam sistem Tata Surya:
1.
Merkurius
2.
Venus
3.
Bumi
4.
Mars
5.
Yupiter
6.
Saturnus
7.
Uranus
8.
Neptunus
2. Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pengertian
istilah “planet” berubah dari “sesuatu” yang bergerak melintasi langit (relatif
terhadap latar belakang bintang-bintang yang “tetap”), menjadi benda yang
bergerak mengelilingi Bumi. Ketika model heliosentrik mulai mendominasi pada
abad ke-16, planet mulai diterima sebagai “sesuatu” yang mengorbit Matahari,
dan Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga pertengahan abad ke-19, semua obyek apa
pun yang ditemukan mengitari Matahari didaftarkan sebagai planet, dan jumlah
“planet” menjadi bertambah dengan cepat di penghujung abad itu.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari bahwa banyak
penemuan terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek
seperti Ceres, Pallas dan Vesta, yang telah diklasifikasikan sebagai planet
hingga hampir setengah abad, kemudian diklasifikan dengan nama baru
"asteroid". Pada titik ini, ketiadaan definisi formal membuat
"planet" dipahami sebagai benda 'besar' yang mengorbit Matahari.
Tidak ada keperluan untuk menetapkan batas-batas definisi karena ukuran antara
asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir penemuan baru tampaknya
telah berakhir.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Setelah
pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto berukuran lebih
besar dari Bumi, IAU (yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai
planet. Pemantauan lebih jauh menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh
lebih kecil dari dugaan semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua
asteroid yang diketahui, dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar,
IAU tetap mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun.
Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi banjir penemuan obyek-obyek
sejenis Pluto di daerah yang relatif sama. Seperti Ceres dan asteroid-asteroid
pada masa sebelumnya, Pluto ditemukan hanya sebagai benda kecil dalam sebuah
populasi yang berjumlah ribuan. Semakin banyak astronom yang meminta agar Pluto
didefinisi ulang sebagai sebuah planet seiring bertambahnya penemuan
obyek-obyek sejenis. Penemuan Eris, sebuah obyek yang lebih masif daripada
Pluto, dipublikasikan secara luas sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini
semakin mengemuka. Akhirnya pada 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara,
IAU membuat definisi planet. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi 8
benda besar yang berhasil “membersihkan lingkungannya” (Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan sebuah kelas baru
diciptakan, yaitu planet katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek,
Ceres, Pluto dan Eris.
3. Sejarah nama-nama planet
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius,
Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena
mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini
memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat tabel nama planet di
bawah). Pada abad ke-6 SM, bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk
Planet Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau) untuk
Jupiter, Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus memiliki dua
nama yaitu Hesperos (bintang sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini
terjadi karena dahulu planet Venus yang muncul di pagi dan di sore hari
dianggap sebagai dua objek yang berbeda.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama
dewa dalam mitologi untuk planet-planet ini. Hermes menjadi nama untuk
Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk Jupiter, Kronos untuk Saturnus dan
Aphrodite untuk Venus.
Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi
lebih berjaya dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama
dewa mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani mempunyai padanan dalam
mitologi Romawi sehingga planet-planet tersebut dinamai dengan nama yang kita
kenal sekarang.
Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan
nama dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun demikian ketika planet
ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang merupakan nama dewa Yunani.
Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah dari |Kronos (Saturnus). Mitologi
Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus. Planet ke-8 diberi
nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.
B. Karakteristik Planet di Bima Sakti
1. Merkurius
Merkurius adalah planet di terkecil di dalam tata surya dan
juga yang terdekat dengan Matahari dengan kala revolusi 88 hari. Kecerahan
planet ini berkisar diantara -2 sampai 5,5 dalam magnitudo tampak namun tidak
mudah terlihat karena sudut pandangnya dengan matahari kecil (dengan rentangan
paling jauh sebesar 28,3 derajat. Merkurius hanya bisa terlihat pada saat subuh
atau maghrib. Tidak begitu banyak yang diketahui tentang Merkurius karena hanya
satu pesawat antariksa yang pernah mendekatinya yaitu Mariner 10 pada tahun
1974 sampai 1975. Mariner 10 hanya berhasil memetakan sekitar 40 sampai 45
persen dari permukaan planet.
Mirip dengan Bulan, Merkurius mempunyai banyak kawah dan
juga tidak mempunyai satelit alami serta atmosfir. Merkurius mempunyai inti
besi yang menciptakan sebuah medan magnet dengan kekuatan 0.1% dari kekuatan
medan magnet bumi. Suhu permukaan dari Merkurius berkisar antara 90 sampai 700
Kelvin (-180 sampai 430 derajat selsius),
Pengamatan tercatat dari Merkurius paling awal dimulai dari
jaman orang Sumeria pada milenium ke tiga sebelum masehi. Bangsa Romawi
menamakan planet ini dengan nama salah satu dari dewa mereka, Merkurius
(dikenal juga sebagai Hermes pada mitologi Yunani dan Nabu pada mitologi
Babilonia). Lambang astronomis untuk merkurius adalah abstraksi dari kepala
Merkurius sang dewa dengan topi bersayap diatas caduceus. Orang Yunani pada
jaman Hesiod menamai Merkurius Stilbon dan Hermaon karena sebelum abad ke lima
sebelum masehi mereka mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda antariksa
yang berbeda, yang satu hanya tampak pada saat matahari terbit dan yang satunya
lagi hanya tampak pada saat matahari terbenam. Di India, Merkurius dinamai
Budha (बुध),
anak dari Candra sang bulan. Di budaya Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam,
Merkurius dinamakan "bintang air". Orang-orang Ibrani menamakannya
Kokhav Hamah (כוכב חמה), "bintang dari yang panas" ("yang panas"
maksudnya matahari). Diameter Merkurius 40% lebih kecil daripada Bumi (4879,4
km), dan 40% lebih besar daripada Bulan. Ukurannya juga lebih kecil (walaupun
lebih padat) daripada bulan Jupiter, Ganymede dan bulan Saturnus, Titan.
Struktur
Dalam
Dengan diameter sebesar 4879 km di katulistiwa, Merkurius
adalah planet terkecil dari empat planet kebumian di Tata Surya. Merkurius
terdiri dari 70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,43
g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek dari tekanan
gravitasi tidak dihitung maka Merkurius lebih padat dari Bumi dengan kepadatan
tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan Bumi hanya 4,4 g/cm3.
Kepadatan Merkurius digunakan untuk menduga struktur dalamnya.
Kepadatan Bumi yang tinggi tercipta karena tekanan gravitasi, terutamanya di
bagian inti. Merkurius namun jauh lebih kecil dan bagian dalamnya tidak
terdapat seperti bumi sehingga kepadatannya yang tinggi diduga karena planet
tersebut mempunyai inti yang besar dan kaya akan besi. Para ahli bumi menaksir
bahwa inti Merkurius menempati 42 % dari volumenya (inti Bumi hanya menempati
17% dari volume Bumi). Menurut riset terbaru, kemungkinan besar inti Merkurius
adalah cair.
Mantel setebal 600 km menyelimuti inti Merkurius dan kerak
dari Merkurius diduga setebal 100 sampai 200 km. Permukaan merkurius mempunyai
banyak perbukitan yang kurus, beberapa mencapai ratusan kilometer panjangnya.
Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel Merkurius mendingin dan
menciut pada saat kerak sudah membatu.
Merkurius mengandung besi lebih banyak dari planet lainnya
di tata surya dan beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskannya. Teori
yang paling luas diterima adalah bahwa Merkuri pada awalnya mempunyai
perbandingan logam-silikat mirip dengan meteor Kondrit umumnya dan mempunyai
massa sekitar 2,25 kali massanya yang sekarang. Namun pada awal sejarah tata
surya, merkurius tertabrak oleh sebuah planetesimal berukuran sekitar seperenam
dari massanya. Benturan tersebut telah melepaskan sebagian besar dari kerak dan
mantel asli Merkurius dan meninggalkan intinya. Proses yang sama juga telah
diajukan untuk menjelaskan penciptaan dari Bulan.
Teori yang lain menyatakan bahwa Merkurius mungkin telah
terbentuk dari nebula Matahari sebelum energi keluaran Matahari telah stabil.
Merkurius pada awalnya mempunyai dua kali dari massanya yang sekarang, namun
dengan mengambangnya protomatahari, suhu di sekitar merkuri dapat mencapai
sekitar 2500 sampai 3500 Kelvin dan mungkin mencapai 10000 Kelvin. Sebagian
besar permukaan Merkurius akan menguap pada temperatur seperti itu, membuat
sebuah atmosfir "uap batu" yang mungkin tertiup oleh angin matahari
Teori ketiga mengajukan bahwa mengakibatkan tarikan pada
partikel yang darinya Merkurius akan terbentuk sehingga partikel yang lebih
ringan hilang dari materi pengimbuhan. Masing-masing dari teori ini
memprediksikan susunan permukaan yang berbeda. Dua misi antariksa di masa
datang, MESSENGER dan BepiColombo akan menguji teori-teori ini.
2. Venus
Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah
Merkurius. Planet ini memiliki radius 6.052 km dan mengelilingi matahari dalam
waktu 225 hari. Atmosfer Venus mengandung 97% karbondioksida (CO2) dan 3%
nitrogen, sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan.
Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi
planet-planet lain. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada
jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.
Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan
suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal
dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada
lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.
3. Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata
Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan
matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi
mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer)
yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi
dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar
700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer,
Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan
stratosfer dan mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan
suhu permukaan bumi adalah antara -70°C hingga 55°C bergantung pada iklim setempat.
Sehari di dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari.
Bumi mempunyai massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta
kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik)
digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat
jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer.
Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet
lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami
yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78%
nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang
terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C,
diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu
diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi
bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85
kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5
kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui
pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa
bumi.
Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest
setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra
Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Titicaca,
dan laut terbesar adalah Laut Kaspia.
Lapisan
bumi
Menurut komposisi (jenis dari material) -nya, bumi dapat
dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
·
Kerak Bumi
·
Mantel Bumi
·
Inti Bumi
Sedangkan menurut sifat mekanik (sifat dari material) -nya,
bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut :
·
Litosfir
·
Astenosfir
·
Mesosfir
·
Inti Bumi bagian luar
·
Inti Bumi bagian dalam
4. Mars
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari.
Lingkungan Mars lebih bersahabat bagi kehidupan dibandingkan keadaan Planet
Venus. Namun begitu, keadaannya tidak cukup ideal untuk manusia. Suhu udara
yang cukup rendah dan tekanan udara yang rendah, ditambah dengan komposisi
udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan manusia harus menggunakan
alat bantu pernafasan jika ingin tinggal di sana. Misi-misi ke planet merah
ini, sampai penghujung abad ke-20, belum menemukan jejak kehidupan di sana,
meskipun yang amat sederhana.
Planet ini memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos dan
Deimos. Planet ini mengorbit selama 687 hari dalam mengelilingi matahari.
Planet ini juga berotasi. Kala rotasinya 24,62 jam.
Dalam mitologi Yunani, Mars identik dengan dewa perang,
yaitu Aries, putra dari Zeus dan Hera.
Di planet Mars, terdapat sebuah fitur unik di daerah
Cydonia Mensae. Fitur ini merupakan sebuah perbukitan yang bila dilihat dari
atas nampak sebagai sebuah wajah manusia. Banyak orang yang menganggapnya
sebagai sebuah bukti dari peradaban yang telah lama musnah di Mars, walaupun di
masa kini, telah terbukti bahwa fitur tersebut hanyalah sebuah kenampakan alam
biasa.
5. 1 Ceres
1 Ceres adalah sebuah planet kerdil yang terletak di sabuk
asteroid. Ceres ditemukan pada 1 Januari 1801 oleh Giuseppe Piazzi. Awalnya
saat ditemukan Ceres dianggap sebagai sebuah planet, namun setengah abad
kemudian dan selama 150 tahun selanjutnya, Ceres diklasifikasikan sebagai
sebuah asteroid. Pada 24 Agustus 2006, Persatuan Astronomi Internasional
memutuskan untuk mengubah status Ceres menjadi "planet kerdil".
Ceres mempunyai massa sebesar 9,45±0,04 × 1020 kg. Dengan
diameter sekitar 950 km, Ceres adalah benda angkasa terbesar di sabuk asteroid
utama.
6. Yupiter
Yupiter atau Jupiter adalah planet terdekat kelima dari
matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
Jarak rata-rata antara Jupiter dan Matahari adalah 778,3
juta km. Jupiter adalah planet terbesar dan terberat dengan diameter 14.980 km
dan memiliki massa 318 kali massa bumi. Periode rotasi planet ini adalah 9,8
jam, sedangkan periode revolusi adalah 11,86 tahun.
Di permukaan planet ini terdapat bintik merah raksasa.
Atmosfer Jupiter mengandung hidrogen (H), helium (He), metana (CH4), dan amonia
(NH3). Suhu di permukaan planet ini berkisar dari -140oC sampai dengan 21oC.
Seperti planet lain, Jupiter tersusun atas unsur besi dan unsur berat lainnya.
Jupiter memiliki 63 satelit, di antaranya Io, Europa, Ganymede, Callisto
(Galilean moons).
7. Saturnus
Saturnus adalah sebuah planet yang terletak di tata surya
dimana planet ini terkenal sebagai planet bercincin. Jarak Saturnus sangat jauh
dari Matahari. Karena itulah, Saturnus tampak tidak terlalu cerah dari Bumi.
Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus,
dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus
juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.
Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian
besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri
dari batuan padat. Atmosfer Saturnus tersusun atas gas amonia dan metana. Hal
ini tentu tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.
Cincin Saturnus sangat unik. Terdapat beribu-ribu cincin
yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui.
Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat
karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat
dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang.
Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu
adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.
Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit
alami. Tujuh diantaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah
gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea,
Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius), dan
Iapetus.
Saturnus memiliki bentuk yang diratakan di kutub, dan
dibengkakkan keluar disekitar khatulistiwa. Diameter khatulistiwa Saturnus
sebesar 120.536 km (74.867 mil) dimana diameter dari Kutub Utara ke Kutub
Selatan sebesar 108.728 km (67.535 mil), berbeda sebesar 9%. Bentuk yang
diratakan ini disebabkan oleh rotasinya yang sangat cepat, merotasi setiap 10
jam 14 menit waktu Bumi. Saturnus adalah satu-satunya Planet di tata surya yang
massa jenisnya lebih sedikit daripada air. Walaupun inti Saturnus memiliki
massa jenis yang lebih besar daripada air, planet ini memiliki atmosfer yang
mengandung gas, sehingga massa jenis relatif planet ini sebesar is 0.69 g/cm³
(lebih sedikit daripada air), sebagai hasilnya, jika Saturnus diletakan diatas
kolam yang penuh air, Saturnus akan mengapung.
Bagian luar atmosfer Saturnus terbuat dari 96.7% hidrogen
dan 3% helium, 0.2% metana dan 0.02% amonia. Pada atmosfer Saturnus juga
terdapat sedikit kandungan asetilena, etana dan fosfin.
Inti Planet Saturnus mirip dengan Yupiter. Planet ini
memiliki inti planet di pusatnya dan sangat panas, temperaturnya mencapai
15.000 K (26.540 °F, 14.730 °C). Inti Planet Saturnus sangat panas dan inti
planet ini meradiasi sekitar 21/2 kali lebih panas daripada jumlah energi yang
diterima Saturnus dari Matahari. Inti Planet Saturnus sama besarnya dengan
Bumi, namun jumlah massa jenisnya lebih besar. Diatas inti Saturnus terdapat
bagian yang lebih tipis yang merupakan hidrogen metalik, sekitar 30.000 km (18.600
mil). Diatas bagian tersebut terdapat daerah liquid hidrogen dan helium. Inti
planet Saturnus berat, dengan massa sekitar 9 sampai 22 kali lebih dari massa
inti Bumi.
Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang
menjadikannya sebagai salah satu obyek dapat dilihat yang paling menakjubkan
dalam sistem tata surya.
Cincin itu pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada
tahun 1610 dengan teleskopnya, tetapi dia tidak dapat memastikannya. Dia
kemudian menulis kepada adipati Toscana bahwa "Saturnus tidak sendirian,
tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu
tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak, dan yang ditengah (Saturnus) adalah
tiga kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Dia juga mengira bahwa Saturnus
memiliki "telinga." Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada
bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang, dan kemudian pada tahun 1613 cincin
itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655
oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada
teleskop yang digunakan Galileo.
Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menentukan bahwa
cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai cincin yang lebih kecil dengan
ruang antara mereka, bagian terbesar dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan bahwa
cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari partikel-partikel kecil, yang
mengorbit Saturnus sendiri-sendiri, dan jika tidak, cincin itu akan tidak
stabil atau terpisah. James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan
spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
8. Uranus
Uranus adalah planet terjauh ke-7 dari Matahari setelah
Saturnus, ditemukan pada 1781 oleh William Herschel (1738-1822). Perhitungan
cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Kemudian
Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup
menjelaskan gangguan orbit Uranus.
Uranus memiliki jarak dengan Matahari sebesar 2875 juta km.
Uranus memiliki diameter mencapai 51.118 km dan memiliki massa 14,54 massa
Bumi. Periode rotasi planet ini adalah 17,25 jam, sedangkan periode revolusi
adalah 84 tahun. Bentuk planet ini mirip dengan Bulan dengan permukaan berwarna
hijau dan biru. Uranus memiliki 18 satelit alami, diantaranya Ariel, Umbriel,
Miranda, Titania, dan Oberon.
9. Neptunus
Neptunus memiliki jarak rata-rata dengan Matahari sebesar
4.450 juta km. Neptunus memiliki diameter mencapai 49.530 km dan memiliki massa
17,2 massa Bumi. Periode rotasi planet ini adalah 16,1 jam., sedangkan periode
revolusi adalah 164,8 tahun. Bentuk planet ini mirip dengan Bulan dengan
permukaan terdapat lapisan tipis silikat. Komposisi penyusun planet ini adalah
besi dan unsur berat lainnya. Planet Neptunus memiliki 8 buah satelit, di
antaranya Triton, Proteus, Nereid, dan Larissa.
10. Pluto
Pluto (nama resmi: 134340) adalah sebuah planet katai
(dwarf planet) dalam Tata Surya. Sebelum 24 Agustus 2006, Pluto berstatus
sebagai sebuah planet dan setelah pengukuran, merupakan planet terkecil dan
terjauh (urutan kesembilan) dari matahari.
Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor
saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC),
organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang
asteroid dan komet dalam tata surya kita.
Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran
tidak terlalu kecil darinya bernama Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian
ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra.
Setelah 75 tahun semenjak ditemukan, Pluto masih terbalut
misteri. Saat ini wahana nirawak New Horizons telah diluncurkan untuk meneliti
Pluto dan diperkirakan akan mendekati Pluto dalam jarak terkecil pada Juli
2015.
Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang
astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian
menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling jauh letaknya.
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer.
Pluto memiliki diameter yang mencapai 4.862 km dan memiliki massa 0,002 massa
Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39 hari, sedangkan periode revolusi adalah
248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan atmosfer yang mengandung
metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius,
sehingga sebagian besar berwujud es.
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan
lantaran adanya teori mengenai planet kesembilan dalam sistem tata surya
Bimasakti.
Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti
nyata dalam penelitiannya, akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang
menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai
satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon,
satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya.
Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai
planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000
objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga
mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang
dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek
trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di
antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000),
Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan
2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk
Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran
lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada
Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari
Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh,
memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet,
demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang
tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu
melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet.
Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga
terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom
menyarankan agar International Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi
penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi
sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto
sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet,
sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga
mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan
Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah
status Pluto menjadi "planet katai".
11. Eris
Eris merupakan jenis planet Katai, yang memiliki diameter
2400 km ± 100 km yang berada setelah planet pluto.
Planet katai atau planet kerdil (bahasa Inggris: dwarf
planet) adalah sebutan bagi benda-benda langit dalam Tata Surya yang sesuai dengan
ciri-ciri berikut:
·
mengorbit mengelilingi matahari
·
mempunyai massa yang cukup untuk
memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga
benda angkasa tersebut mempunyai bentuk ekuilibrium hidrostatik (bentuk hampir
bulat)
·
belum "membersihkan
lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak
ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya
sendiri) di daerah sekitar orbitnya
·
bukan merupakan satelit sebuah
planet atau benda angkasa nonbintang lainnya
Kategori "planet katai" ini diciptakan pada
pertemuan Persatuan Astronomi Internasional pada 24 Agustus 2006. Berdasarkan
definisi ini, Pluto harus berubah statusnya dari planet menjadi planet katai
karena Pluto belum mengosongkan daerah di sekitar orbitnya (Sabuk Kuiper).
Benda yang diperkirakan adalah Katai :
·
Pluto
·
Ceres
·
Eris
A. Matahari
Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak
rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah
planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya.
Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.
Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata
tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena
gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah
antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang
paling besar, karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan
pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan
tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus
bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat
helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu
kehilangan empat juta ton massa setiap saat.
Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu.
Kepadatan massa matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari
yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai
1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya
merupakan bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan
bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam
semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.
Jarak matahari ke bumi adalah 93.000.000 mil. Jarak ini
dipakai sebagai satuan astronomi. Satu satuan astronomi (Astronomical Unit =
AU) adalah 93 juta mil = 148 juta km. Dibandingkan dengan bumi, diameter
matahari kira-kira 112 kali diameter Bumi. Gaya tarik matahari kira-kira 30
kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke
Bumi dan cahaya matahari yang terang ini dapat mengakibatkan siapapun yang
memandang terus kepada matahari menjadi buta.
Menurut perhitungan para ahli, temperatur di permukaan
matahari sekitar 6000 derajat Celsius namun ada juga yang menyebutkan suhu
permukaan sebesar 5500 derajat Celsius. Jenis batuan atau logam apapun yang ada
di Bumi ini akan lebur pada suhu setinggi itu. Temperatur tertinggi terletak di
bagian tengahnya yang diperkirakan tidak kurang dari 25 juta derajat Celsius
namun disebutkan juga kalau suhu pada intinya 15 juta derajat Celsius. Ada pula
yang menyebutkan temperatur di inti matahari kira kira sekitar 13.889.000°C.
Menurut JR Meyer, panas matahari berasal dari batu meteor yang berjatuhan
dengan kecepatan tinggi pada permukaan matahari. Sedangkan menurut teori
kontraksi H Helmholz, panas itu berasal dari menyusutnya bola gas. Ahli lain,
Dr Bothe menyatakan bahwa panas tersebut berasal dari reaksi-reaksi nuklir yang
disebut reaksi hidrogen helium sintetis.
Matahari berputar 25,04 hari bumi setiap putaran dan
mempunyai gravitasi 27,9 kali gravitasi Bumi. Terdapat julangan gas teramat
panas yang dapat mencapai hingga 100.000 kilometer ke angkasa. Semburan
matahari 'sun flare' ini dapat mengganggu gelombang komunikasi seperti radio,
TV dan radar di Bumi dan mampu merusak satelit atau stasiun angkasa yang tidak
terlindungi. Matahari juga menghasilkan gelombang radio, gelombang
ultra-violet, sinar infra-merah, sinar-X, dan angin matahari yang merebak ke
seluruh tata surya.
Bumi terlindungi daripada angin matahari oleh medan magnet bumi,
sementara lapisan ozon pula melindungi Bumi daripada sinar ultra-violet dan
sinar infra-merah. Terdapat bintik matahari yang muncul dari masa ke masa pada
matahari yang disebabkan oleh perbedaan suhu di permukaan matahari. Bintik matahari
itu menandakan kawasan yang "kurang panas" berbanding kawasan lain
dan mencapai keluasan melebihi ukuran Bumi. Kadang-kala peredaran Bulan
mengelilingi bumi menghalangi sinaran matahari yang sampai ke Bumi, oleh itu
mengakibatkan terjadinya gerhana matahari.
No comments:
Post a Comment