11 September 2016

MAKALAH KONSEP PERKEMBANGAN MORAL REMAJA (ZONA PENDIDIKAN)



KATA PENGANTAR
           Segala puji bagi Tuhan YME yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. 
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Konsep Perkembangan Moral Remaja,  yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
           Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
                                                                              Lubuklinggau,     Mei 2016           Penyusun

                                                                              Tim Kelompok 10








DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN
.... Latar Belakang.............................................................................. 1
2.      Rumusan Masalah........................................................................... 2
3.      Tujuan............................................................................................. 2

BAB  II     KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori.............................................................................. 3

BAB  III  PEMBAHASAN
1.      Pengertian Moral........................................................................... 7
2.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi perkembangan
moral remaja........................................................................... ...... 9

BAB IV  PENUTUP
1.      Kesimpulan.................................................................................... 11
2.      Saran.............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan moral awalnya dipusatkan pada disiplin  yang mendidik anak menjadi individu yang mematuhi hukum dan pengaruh disiplin tersebut pada penyesuaian pribadi dan sosial. Secara bertahap minat psikologi bergeser kearah perkembangan moral remaja. Pola tersebut merupakan aspek perkembangan remaja dapat diharapkan bersikap sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat. Dalam mengembangkan moral remaja,peranan orang tua sangat penting terutama pada waktu anak masih kecil. 
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah  mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di lingkungan hidupnya. Remaja diharapkan dapat menggantikan peranan moral yang berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan prilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
Orang tua dan guru tidak dapat mengawasi remaja dari dekat seperti yang dilakukan ketiaka masih anak-anak. Oleh karena itu remaja harus bertangguang jawab dalam pengendalian prilakunya sendiri.Telaah-telaah mengenai perkembangan moral telah menekankan bahwa cara yang efektif bagi semua orang untuk mengawasi prilakunya sendiri adalah melelui perkembangan suara hati, yaitu kekuatan batiniah yang tidak memerlukan pengendalian lahiriah. Prilaku yang dikendailikan rasa bersalah adalah prilaku yang dikendalikan dari dalam, sedangkan prilaku yang dikendalikan oleh rasa malu adalah prilaku yang dikendalikan dari luar.
2.      Rumusan Masalah
Kita semua tahu bahwa remaja di zaman sekarang sedang dilanda krisis moral, yakni minimnya moral yang dimiliki oleh para remaja pada umumnya. Remaja pada saat ini yang sangat diharapkan dapat menjadi calon pemegang tongkat estafet penerus pembangunan bangsa, namun pada kenyataanya banyak dikalangan remaja yang rusak. Hal Ini tidak lain disebabkan karena moral yang dimiliki sangat rendah. Moral juga berperan penting dalam pembentukan karakter. Disini akan dibahas pengertian dari perkembangannya moral itu sendiri dan faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral remaja.

3.      Tujuan
Tujuan dari Perkembangan moral tersebut, diharapkan para mahasiswa dapat :
a.       Menjelaskan pengertian dari perkembangan moral remaja
b.      Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral remaja.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori
Menurut Rogers (Ali:2010) Moral merupakan kaidah Norma dan Pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang di tentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebgai anggota sosial. Moralitas merupakan sosial secara harmonis,adil,dan seimbang. Perilaku Moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan , ketertiban, dan keharmonisan.
Menurut Piaget (Hurlock:1978) , perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama,disebut piaget ”tahapa realisme moral” dan Tahap kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “ moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik”. Dalam tahapan pertama,perilaku anak di tentukan oleh ketaatan otomatis tehadap peraturan  tanpa penalaran atau penilaian. Dalam tahapan kedua perkembangan moral  ini bertepatan dengan “tahapan operasi formal” dari Piaget dalam perkembangan kognitif , tatkala anak mampu mempertimbangkan semua cara hipotesis dan dalil.
Menurut Kohlberg (yusuf:2005) , tahap perkembangan moral ketiga,  moralitas pascakonvesional(postconventional morality) harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap.
Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral apabila hal ini mengumpulkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan idela yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat pada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Menurut Thomas (Monks,1989). Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadiPerkembangan pemikiran moral remaja yang demikian ini,jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral berikutnya yang disebut dengan tahap pasca konvensional/dimana orisinalitas pemikiran moral remaja sudah semakin tampak jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata-pranata yang bersifat konvensional.
Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak dan khususnya remaja.
Menurut Mitchell( Abdulkarim:2005) telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu :
a.       Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b.      Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
c.       Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d.      Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
e.       Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Menurut Carol Gilligan (Melly :1982) berpendapat bahwa teori Kohlberg lebih mementingkan peran laki-laki. Menurut Gilligan, wanita tidak terlalu banyak memandang moralitas dalam kerangka keadilan dan kesetaraan tetapi lebih kepada tanggung jawab untuk menunjukkan kasih sayang dan menghindari hal yang membahayakan. Anak perempuan di awal masa remaja memang cenderung menekankan pada perhatian yang berkaitan dengan pertanya terbuka: “Seberapa pentingkah menepati janji terhadap teman?” dan dilema moral yang dipilihnya sendiri terkait dengan pengalaman mereka.
Menurut  Selman (Faust:1971),pemikiran bahwa tindakan menyimpang terhadap suatu hubungan interpersonal yang baik dapat dimaafkan. Seperti dalam kasus tindakan mencuri, merampok, dapat dimaafkan apabila tindakan tersebut dilakukan untuk menolong nyawa orang yang sangat dicintai yang berada dalam keadaan kritis. Hal ini menunjukkkan adanya kemampuan ahli peran. Selman mengatakan “… when this ability is acquired (role taking-penulis), the individual is capable of stage 3 thought …”. Pemikir tahap tiga menilai tindakan apakah sebagai suatu moral yang buruk dari persetujuan orang lain. Untuk ini seseorang harus mempunyai kemampuan mengantisipasi hal-hal yang disetujui atau tidak disetujui orang lain dan hal-hal yang dapat menimbulkan kemurkaan. Sifat-sifat egois ditransformasi kepada pemerolehan persetujuan, walaupun sifat-sifat egois tersebut belum hilang sama sekali.a-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis kepada remaja.
Menurut   Haditono (Karso :1984) berpendapat sama dengan Kohlberg bahwa remaja seyogianya mencapai tingkat perkembangan moral tingkat pasca konvensional. Mendasarkan pencapaian moral judgment remaja pada karakteristik remaja yang masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum yang lebih tinggi, walaupun penilaian-penilaian moral mereka belum berasal dari kata hati. Dengan karakteristik mereka ini, remaja seharusnya mencapai perkembangan moral tahap lima. Mengenai pendapat Kohlberg, ia mengemukakan dengan tegas bahwa “… moralitas pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja.”
   Jhon  Dewey (Kohlberg:1995) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral.
a.     Tahap Pramoral
Ditandai bahwa anakbelum menyadari keterikatan pada aturan.
b.     Tahap Konvensional
Ditandai dengan perkembangannya kesadaran akan ketaatan pada aturan.
c.      Tahap Otonom
Ditandai dengan perkembangan keterkaitan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas




BAB III
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Dalam mengembangkan Moral anak , peranan orang tua sangatlah penting,terutama pada waktu masih kecil. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a.         Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b.         Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu :

a.       Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b.      Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
c.       Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d.      Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
e.       Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja.tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi
.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1.    Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2.    Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3.    Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.

2.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi perkembangan moral remaja
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak , diantaranya  sebagai berikut :
a.    Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain.

b.    Sikap orangtua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu oada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).

c.    Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.

d.      Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orangtua itu sebagai alas an untuk tidak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berprilaku seperti orangtuanya.


BAB IV
PENUTUP

1.      Simpulan
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah  mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di lingkungan hidupnya. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1.      Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2.      Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.    
4.      Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri. 

2.      Saran
Adapun saran yang pemakalah sampaikan yaitu:
1.        Mahasiswa khususnya para remaja harus mengetahui Moral juga berperan penting dalam pembentukan karakter.
2.        Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral remaja.



DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad,Asrori,Mohammad.2010.Psikologi Remaja.Jakarta:PT Bumi Aksara
Diunduh Minggu, 16 desember 2012 pukul 07.10 WIB
Faust,Arbutnot.1971.Penyimpangan Moral Remaja.Jakarta:Depdikbud
Hurlock , Elizabet B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
Yusuf , Syamsu LN. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Muhammad,Abdul.2005Ilmu sosial Dasar.Bandung:Citra Aditya Bakti
Melly,S.S.Rifai.1982.Tugas-tugas Perkembangan dalam rangka Bimbingan dan Perawatan Anak.Bandung:Jurusan PPK IKIP Bandung
Karso,dkk.1984.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Pusat  Pengembanagan Tertulis,  Dekdikbud
Kohlberg ,J.1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral.Yogyakarta:Kanisius
http://cicihsumiati1994.blogspot.co.id/2012/12/perkembangan-moral-remaja.html Wantah,Ali.2011.pembentukan Moral.Bandung:PT Bumi Aksara

No comments:

Post a Comment