Kebakaran hutan
Kebakaran hutan dan lahan.
Di masa lalu membakar hutan merupakan suatu metode
praktis untuk membuka lahan. Pada awalnya banyak dipraktekan oleh para peladang
tradisional atau peladang berpindah. Namun karena biayanya murah praktek
membakar hutan banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kehutanan dan
perkebunan.
Di lingkup ilmu kehutanan ada sedikit perbedaan
antara istilah kebakaran hutan dan pembakaran hutan. Pembakaran identik
dengan kejadian yang disengaja pada satu lokasi dan luasan yang telah
ditentukan. Gunanya untuk membuka lahan, meremajakan hutan atau mengendalikan
hama. Sedangkan kebakaran hutan lebih pada kejadian yang tidak disengaja dan
tak terkendali. Pada prakteknya proses pembakaran bisa menjadi tidak terkendali
dan memicu kebakaran.
Kebakaran hutan menjadi penyumbang terbesar laju
deforestasi. Bahkan lebih besar dibanding konversi lahan untuk pertanian dan illegal
logging.1
Definisi kebakaran hutan
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan:
“Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan.” 2
Menurut pakar kehutanan, Prof. Bambang Hero
Saharjo:
“Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta
mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput,
ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak
belukar, dedaunan dan pohon-pohon.” 3
Penyebab kebakaran hutan
Seperti sudah disinggung sebelumnya, kebakaran
hutan bisa terjadi secara alami atau disebabkan perbuatan manusia. Kebakaran
yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia pun bisa terjadi secara sengaja tau
tak sengaja. Berikut penjelasannya:
Penyebab alami
Kebakaran hutan secara alami banyak dipicu oleh
petir, lelehan lahar gunung api, dan gesekan antara pepohonan. Sambaran petir
dan gesekan pohon bisa berubah menjadi kebakaran bila kondisi hutannya
memungkinkan, seperti kekeringan yang panjang.
Di hutan-hutan subtropis seperti Amerika Serikat
dan Kanada, sambaran petir dan gesekan ranting pepohonan sering memicu
kebakaran. Namun di hutan hujan tropis seperti Indonesia, hal ini
sedikit mustahil. Karena terjadinya petir biasanya akan diiringi oleh turunnya
hujan atau petir terjadi di sepanjang hujan. Sehingga sangat
tidak mungkin menimbulkan kebakaran.
Pemicu alamiah lainnya adalah gesekan antara cabang
dan ranting pepohonan. Hal ini pun biasanya hanya terjadi di hutan-hutan yang
kering. Hutan hujan tropis memiliki kelembaban tinggi sehingga kemungkinan
gesekan antar pohon menyebabkan kebakaran sangat kecil.
Disebabkan manusia
Kebakaran hutan yang dipicu kegiatan manusia bisa
diakibatkan dua hal, secara sengaja dan tidak sengaja. Kebakaran secara sengaja
kebanyakan dipicu oleh pembakaran untuk membuka lahan dan pembakaran karena
eksploitasi sumber daya alam. Sedangkan kebakaran tak disengaja lebih
disebabkan oleh kelalaian karena tidak mematikan api unggun, pembakaran sampah,
membuang puntung rokok, dan tindakan kelalaian lainnya.
Di Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan
disebabkan oleh aktivitas manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1%
diantaranya yang terjadi secara alamiah.4
Sejak era tahun 1980-an pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dan Hutan
Tanaman Industri diduga menjadi penyebab utamanya.5
Dampak merugikan kebakaran hutan
Kebakaran hutan berdampak besar bagi kehidupan
manusia. Sebagian besar dampak tersebut bersifat merugikan. Berikut ini
beberapa dampak merugikan yang ditimbulkannya:
Dampak langsung
Kebakaran hutan menyebabkan kerusakan properti dan
infrastruktur serta hilangnya aset pertanian, perkebunan dan kehutanan. Tak
sedikit juga meminta korban jiwa manusia. Untuk kasus kebakaran besar tak
jarang harus dilakukan evakuasi permukiman penduduk.
Dampak ekologis
Kebakaran hutan merupakan bencana bagi
keanekaragaman hayati. Tak terhitung berapa jumlah spesies tumbuhan dan plasma
nutfah yang hilang. Vegetasi yang rusak menyebabkan hutan tidak bisa
menjalankan fungsi ekologisnya secara maksimal. Juga menyebabkan hilangnya
habitat bagi satwa liar penghuni hutan.
Selain itu kebakaran hutan banyak melepaskan emisi
karbon dan gas rumah kaca lain ke atmosfer. Karbon yang seharusnya tersimpan
dalam biomassa hutan dilepaskan dengan tiba-tiba. Apalagi bila terjadi di
hutan gambut, dimana lapisan tanah gambut yang kedalamannya bisa mencapai
10 meter ikut terbakar.
Cadangan karbon yang tersimpan jauh di bawah
lapisan tanah yang ditimbun selama jutaan tahun akan ikut terlepas juga.
Pengaruh pelepasan emisi gas rumah kaca ikut andil memperburuk perubahan iklim.
Dampak ekonomi
Secara ekonomi hilangnya hutan menimbulkan potensi
kerugian yang besar. Setidaknya ada tiga kerugian lain yang bisa
dihitung secara ekonomi, yaitu kehilangan keuntungan karena deforestasi,
kehilangan keanekaragaman hayati, dan pelepasan emisi karbon. Belum lagi dengan
kerugian langsung dan tidak langsung bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan.
Dampak kesehatan
Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan
berdampak langsung pada kesehatan, khususnya gangguan saluran pernapasan. Asap
mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang menggangu pernapasan seperti
seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid,
akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).
Material tersebut memicu dampak buruk yang nyata
pada manula, bayi dan pengidap penyakit paru. Meskipun tidak dipungkiri dampak
tersebut bisa mengenai orang sehat.6
Dampak positif kebakaran hutan
Selain dampak merugikan di atas ada beberapa
dampak positif. Kebakaran hutan membuat efek peremajan hutan dan
menyuburkan tanah hutan karena abu sisa pembakaran menjadi mineral penting bagi
tanah hutan. Biasanya setelah hutan habis terbakar akan tumbuh tunas-tunas baru
yang berkembang sangat pesat karena tanah hutan menjadi subur.
Membakar hutan juga sering digunakan sebagai salah
satu metode pembersihan lahan untuk perkebunan dan pertanian. Humus yang
terbakar bisa menyuburkan tanah dan mempercepat penambahan mineral dalam tanah.
Tanah hutan yang telah terbakar relatif lebih subur untuk lahan pertanian atau
perkebunan. Kebakaran hutan juga bisa memusnahkan hama dan penyakit.7
Pengendalian kebakaran hutan di Indonesia
Secara teoritis kebakaran hutan terjadi karena ada
interaksi antara bahan bakar, oksigen dan panas pada kondisi tertentu. Bila
ketiga unsur tersebut ada secara bersamaan maka kebakaran akan terjadi. Oleh
karena itu prinsip untuk menanggulanginya adalah dengan memutus salah satu
unsur tersebut. Biasanya dengan menghilangkan bahan bakar atau panas.
Penanggulangan kebakaran hutan telah dikelola sejak
sebelum Indonesia merdeka. Pemerintah Hindia Belanda mengatur penanganannya
dalam berbagai aturan mengenai kehutanan. Sejak proklamasi kemerdekaan,
tanggung jawab pengendalian kebakaran hutan berada di Jawatan Kehutanan, yang
kemudian menjadi direktorat dalam Departemen Pertanian.
Pada tahun 1988 direktorat kehutanan berubah
menjadi Departemen Kehutanan, dan dikemudian hari berubah lagi menjadi
Kementrian Kehutanan. Sejak tahun 2014 Kementerian Kehutanan digabung dengan
Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan
Hidup.
Menurut undang-undang kehutanan kegiatan pengendalian
kebakaran hutan mencakup pencegahan, pemadaman hingga ke rehabilitasi pasca
kebakaran. Pengelolaan pengendaliannya dilakukan secara berjenjang mulai dari
pemerintah daerah tingkat II, tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Dipicu
oleh kebakaran hutan hebat pada tahun 1997-1998, di tingkat nasional dibentuk
Direktorat khusus.
Kemudian pada tahun 2003 Departemen
Kehutanan membentuk pasukan yang khusus menangani kebakaran di hutan,
yakni Brigade Pengendalian kebakaran Hutan Manggala Agni. Nama Manggala Agni
diambil dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, manggala
artinya panglima/pemimpin, sedangkan agni artinya api. Manggala Agni bisa
diartikan panglima api.
Peristiwa kebakaran hutan hebat
Peristiwa tahun 1997-1998
Di penghujung abad 20 dunia pernah dikejutkan
dengan bencana kebakaran hutan. Pada tahun 1997-1998 ketika bencana el nino
melanda, bumi kita kehilangan hutan seluas 25 juta hektar akibat kebakaran.
Peristiwa ini berdampak langsung pada ekosistem global dengan naiknya emisi
karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati.9
Kebarakan hutan saat itu dianggap sebagai bencana lingkungan terbesar sepanjang
abad.
Dalam bencana tersebut Indonesia mengalami
kehilangan hutan paling luas. Diperkirakan sekitar 9,7 juta hektar hutan
Indonesia hangus terbakar. Kerugian yang diderita akibat bencana ini hampir
mencapai US$ 10 miliar.10
Kerugian dihitung dari deforestasi, kehilangan keanekaragaan hayati dan
pelepasan emisi karbon. Belum mencakup kerugian sosial dan dampak ikutan
lainnya.
No comments:
Post a Comment