13 March 2021

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME MAKLAH PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya  tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah tentang penerapan teori belajar behaviorisme dalan pembelajran ini.

Penulis tentu menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya buku ini nantinya dapat menjadi buku  yang lebih baik lagi.Apabila terdapat banyak kesalahan pada buku  ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah  ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

 

LUBUKLINGGAU, OKTOBER 2020

 

 

PENULIS

 

 

 

 

 

 

ABSTRAK

 

              

Pendidikan yang diadakan di Indonesia ini memiliki beberapa teori yang mendasari pendidikan tersebut, salah satunya adalah Behaviorisme. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan teori pembelajaran behaviorisme (behavioristik) pada pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 45 Lubuklinggau. Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut lahir dari proses belajar karena adanya stimulus, respon dan pengkondisian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Populasi penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 22 siswa kelas II Pendidikan Sekolah Dasar SD Negeri 45 Lubuklinggau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendidikan memang dapat merubah tingkah laku anak didik, baik dari segi sikap maupun keahliannya.

 

Kata Kunci: Pendidikan, Teori Pembelajaran, Behaviorisme.

 

ABSTRACT

 

The education which was held in Indonesia has some theories that the education melandandasi, one of is Behaviorism. This research aims to describe how the application of behaviorism (behavioristic) learning theory in Elementary School education in the primary 45 Lubuklinggau,. Behaviorisme learning theory is a theory of learning that emphasizes on the change of behaviour, where such changes are born from the learning process because of the stimulus, response and conditioning. This type of research is qualitative research used descriptive. Population studies is the number of samples taken in this research as much as 22 students the grade II of Elementary School education in the 45 Lubuklinggau. The results of the study indicated that through education can indeed change the behavior of the protege, either in terms of the attitude as well as his skill.

 

Key Words : Education, Learning Theory, Behaviorisme.

 

 

DAFTAR ISI

 

Cover .................................................................................................................................

Kata Pengantar.................................................................................................................. ii

Abstrak............................................................................................................................... iii

Daftar isi............................................................................................................................. iv

 

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A.    Latar Belakang......................................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C.     Tujuan...................................................................................................................... 1

D.    Manfaat.................................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................. 3

A.    Deskripsi Teori......................................................................................................... 3

B.     Tokoh-Tokoh Behaviorisme......................................................................................................................... 5

C.     Penelitiann Yang Relevan....................................................................................... 9

D.    Hasil Dan Pembahasan............................................................................................ 15

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 17

A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 17

B.     Saran........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 18

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      LATAR BELAKANG

Belajar merupakan kebutuhan bagi semua orang, peserta didik khusunya. Untuk dapat melakukan pendekatan secara maksimal selama proses pembelajaran diperlukan pengetahuan secara luas bagi para pendidik tentang teori-teori belajar agar mampu mencapai tujuan pendidikan secara maksimal.

Salah satu teori atau pandangan mengenai belajar yang sampai saat ini masih sering diterapkan adalah teori behavioristik ysng mungkin terkadang kurang tepat sasaran baik dikaji secara materi maupun karakteristik siswa yang akan dihadapi. Oleh karena itu penulis akan menyajikan secara singkat mengenai pengertian belajar menurut pandangan behavioristik, teori belajar para ahli yang termasuk dalam behavioristik, aplikasinya dalam pembelajaran hingga kelebihan dan kelemahan penerapan teori behavioristik ini. Semoga bermanfaat dan mampu membantu memaksimalkan proses pembelajaran bagi pembaca.

 

B.       RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan saya bahas sebagai berikut :

1.      Apa yang dimaksud dengan deskripsi teori?

2.      Bagaimana definisi penelitian yang relavan?

3.      Apa yang dimaksud dengan pembahasan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?

 

C.      TUJUAN

Adapun tujuan makalah yang harus kalian ketahui :

1.      Untuk mengetahui apa itu deskripsi teori.

2.      Untuk mengetahui apa itu penelitian yang relavan.

3.      Untuk mengetahui apa itu pembahasan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran.

D.      MANFAAT

Manfaat yang dapat kita ambil dari maklah ini adalah :

1.      Dapat mengetahui dan memahami konsep tentang teori belajar behavioristik.

2.      Dapat memberikan informasi kepada para pembaca khususnya bagi para guru dan peserta didik tentang penerapan belajar behavioristik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

 

A.      DESKRIPSI TEORI

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini lebih mementingkan input dan output. Bagaimana ilmu itu dapat disampaikan dan hasilnya berupa perubahan perilaku dan sikap. Teori ini tidak terlalu mementingkan proses yang terjadi antara  stimulus dan respon, sebab proses itu tidak dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran dalam stimulus dan respon. Hasil pengukuran tersebutlah yang dapat diamati dan dapat digunakan sebagai acuan keberhasilan dalam belajar (Asri:2005).

Belajar merupakan upaya membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam Dwi dkk, pandangan behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol atau dikendalikan oleh faktor yang datang dari luar dan lingkungan merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Pandangan ini lebih menekankan faktor eksternal.

Berikut beberapa teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok teori behavioristik dalam Wina (2009) :

1.      Koneksionisme (Thorndike)

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan. Ketiga hukum tersebut berkaitan dengan kuat lemahnya respon.

 

2.      Classical Conditioning (Pavlop)

Dalam eksperimennya terhadap anjing, ditarik kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu yakni dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.

3.    Operant Conditioning (Skinner),

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut.

4.    Systematic Behavior (Hull),

Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat bermacam-macam bentuknya.

5.    Contiguous Conditioning (Guthrie)

Hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya bersifat sementara. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa behavioris melihat perkembangan dipelajari dan dapat berubah-ubah sesuai pengalaman hidup yang didapatkan individu serta adanya penguatan dari lingkungan.


 

B. TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME

 

Edward Lee Thorndike (1874-1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anataraperistiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori“connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkanpada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop didalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error.

 Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai responterhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, adakemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

 

Thorndike menemukan hukum-hukum.

·         Hukum kesiapan (Law of Readiness)Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulusmaka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehinggaasosaiasi cenderung diperkuat.

·         Hukum latihanSemakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebutsemakin kuat.

·                  Hukum akibatHubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dancenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.

 

Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson

 

Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan inianjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penandawaktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyianyang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebutditerapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara menggantistimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan responyang diinginkan.

Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanyasyarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teoriini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Carlk L. Hull

Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsireinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor. Dalammempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari interveningvariable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisiinternal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output.

Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalanbelajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontroltingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehinggaanak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning.Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimulimaka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Gurumemiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan Skinner membagi menjadi 2 jenis respon.1. RespondenRespon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo.2. OperansRespon yang terjadi karena situasi random.

Operans conditioning adalah suatu prosespenguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulangkembali atau menghilang sesuai keinginan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

·         Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.

·         Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakansebagai sistem modul.

·         Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakanhukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

·         Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiahdiberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.5. dalam pembelajaran digunakan shapping

 

Robert Gagne (1916-2002)

            Teori gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program berupaDrill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9 kondisiinstructional:

1. Gaining attention = mendapatkan perhatian

2. intorm learner of objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akandicapai

3. stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.

4. Present new material = penyajian materi baru

5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan

6. Elicit performance = memunculkan tindakan

7. Provide feedback about correctness = siap memberi umpan balik langsung terhadaphasil yang baik 

8. Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan

9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori danmengingat.

Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.

 

Albert Bandura (1925-sekarang)

 

Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap danemosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteksinteraksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilakudan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalahperhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.Aplikasi teori behaviouristik terhadap pembelajaran siswaGuru yang menggunakan paradigma behaviourisme akan menyusun bahan pelajaranyang sudah siap sehingga tujuan npembelajaran yang dikuasai siswa disampaikansecara utuh oleh guru.

 Guru tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh.Bahan pelajaran disusun hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hasildari pembelajaran dapat diukur dan diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yangdiharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkanKekurangan dan kelebihanMetode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure kecepatan spontanitas kelenturan dayatahan dsb.

Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masihmembutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswayang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Muriddipandang pasif, murid hanya mendengarkan,menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipundidasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS,merupakan lanjutan dari fungsionalisme.

Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagaiobyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalamelemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudahmelangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubahpemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnyaBehaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.

Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt.Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang diAS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.

 

 

 


C.  PENELITIANN YANG RELEVAN

Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi orang-orang saat ini, dan mayoritas orang-orang sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Dengan melalui proses pendidikan tentunya akan membawa perubahan-perubahan dalam diri orang yang berpendidikan tersebut. Dalam penyelenggaraan pendidikan tentu adateoriyang melandasiadanya pendidikanitusendiri.Pendidikanyang diselenggarakan tidakbolehasal-asalan,danlandasanyangdigunakanjuga tentunya harus memberikan dampak kebaikan bagi para siswa yang terdidik.Salah satu teori belajar yang digunakan di Indonesia adalah teori belajarbehaviorisme.     

Teoribelajarmerupakansesuatuyangmelandasi adanyapembelajaran  dalam  pendidikan.  Teoribelajarbehaviorisme  melihat  belajarmerupakan perubahan tingkah laku. Seseorangtelahdianggapbelajarapabilamampumenunjukkanperubahantingkah  laku.Pandanganbehaviorismemengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus,           dankeluaranatauoutput yang beruparespons.Teoribelajar behaviorisme menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara stimulus dengan respon yang bisa diamati dan tidak menghubungkan dengan kesadaran maupun konstruksimental.

Teori belajar behaviorisme berlawanan dengan teori kognitif yang mengemukakan bahwa proses belajar merupakan proses mental yang tidak diamati secara kasat mata. Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu adanya perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap lingkungan belajar, baikyang internal maupun eksternal. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat, dan kecenderungan untuk merubah perilaku.Teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran merupakan upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan.Pembelajaran behaviorisme   sering   disebut            juga     dengan pembelajaran stimulus respons. Tingkah laku  siswa merupakan  reaksi-reaksi terhadap  lingkungan dan segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. 

Pembelajaran behaviorisme meningkatkan   mutu pembelajaran jika dikenalkan   kembali penerapannya dalam pembelajaran. Berdasarkan komponennya, teori ini  relevan digunakan dalam pembelajaran sekarang ini, terutama pada kurikulum 2013. Penerapan teori belajar behaviorisme mudah  sekali ditemukan  di sekolah.  Hal  ini  dikarenakan mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatkan kualitas peserta didik.Berdasarkan uraian tersebut, pengamat melakukan pengamatan tentang bagaimana penerapan teori belajar behaviorisme di Sekolah Dasar Negeri 45 Lubuklinggau, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, yang bertujuan untuk mengetahui seperti apa penerapan teori belajar behaviorisme di sekolah tersebut.

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses untuk memberikan perubahan pada diri manusia. Menurut Edgar Dalle, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapatmempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.Sedangkan John Dewey, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Prof. Richey dalam bukunya ‘Planning for Teaching, and Introduction to Education’ menjelaskan bahwa : "Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas adapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan/disampaikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak-anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

2.  Teori Belajar

Vygotsky (1978: 134) mengartikan bahwa belajar adalah suatu kegiatan konstruktivisme dimana siswa merupakan subjek belajar aktif yang menciptakan struktur-struktur kognitifnya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pembelajaran konstruktivis, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu dalam membentuk struktur kognitifnya.

 

 

3. Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu teori belajar di Indonesia. Aliran behavioristik (behaviorisme) yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkahlakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7).

Teori behaviorisme  yang menekankan  adanya  hubungan  antara  stimulusdengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut adalah:

1.         Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.

2.         Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.

3.         Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnyarespons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1.      Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa.

2.      Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada diri siswa.

3.      Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :

a.       Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable)

b.      Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)

c.       Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit)

d.      Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam hadiah (reward).

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai berikut:

a.   Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa

Siswa   sebagai    subjek    yang    akan    diharapkan   mampu    memiliki

sejumlah

kompetensi

sebagaimana

yang

telah   ditetapkan dalam standar

kompetensi dan  kompetensi

dasar,

perlu

kiranya

dianalisis

kemampuan

awal  dan karakteristiknya.  Hal  ini  dilakukan  mengingat

siswa

yang

belajar  di sekolah

tidak  datang

tanpa  berbekal  apapun  sama  sekali

(mereka

sangat

mungkin

telah

memiliki  sejumlah  pengetahuan

dan

keterampilan

yang di dapat di luar proses pembelajaran). Selain itu,  setiap

siswa

juga memiliki karakteristik

sendiri-sendiri  dalam  hal  mengakses

dan atau

merespons sejumlah materi dalam pembelajaran.

 

 

Ada

beberapa

manfaat

yang

dapat

diperoleh

guru

jika

melakasanakan analisis terhadap kemampuan dan karakteristik siswa, yaitu :

1)        Akan memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal para siswa, yang berfungsi sebagai prasyarat (prerequisite) bagi bahan baru yang akan disampaikan.

2)        Akan memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa. Dengan berdasar pengalaman tersebut,guru dapat memberikan bahan yang lebih relevan dan memberi contoh serta ilustrasi yang tidak asing bagi siswa.

3)        Akan dapat mengetahui latar belakang sosio-kultural para siswa, termasuk latar belakang keluarga, latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.

4)        Akan dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik jasmaniah maupun rohaniah.

5)        Akan dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa.

6)        Dapat mengetahui tingkat penguasaan bahasa siswa.

7)        Dapat mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya.

8)        Dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para siswa (Oemar Hamalik, 2002 : 38 -40)

b.      Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan

Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga di sini guru tidak akan over-estimate dan atau under-estimate terhadap siswa. Namun kenyataan tidak demikian adanya. Sebagian siswa ada yang sudah tahu dan sebagian yang lain belum tahu sama sekali tentang materi yang akan dibelajarkan di dalam kelas. Untuk dapat memberi layanan pembelajaran kepada semua kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik masing-masing kelompok) kita dapat menggunakan dua pendekatan yaitu a). siswa menyesuaikan diri dengan materi yang akan dibelajarkan, yaitu dengan cara guru melakukan tes dan pengelompokkan (dalam hal ini tes dilakukan sebelum siswa mengikuti pelajaran), atau b). materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan siswa (Atwi Suparman, 1997 : 108).

4. Metode Penelitian

Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian guru dan para murid kelas II Sekolah Dasar Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskanpada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci dan analisis data bersifat induktif atau kualitatif Sugiyono (2009:9). Penelitian kualitatif dalam memperoleh data yang diperlukan harus turun ke lapangan sehingga akan diperoleh data yang jelas dan lengkap. Penelitian ini laksanakan pada bulan September hingga Oktober pada tahun ajaran 2016/2017 yang bertempat di SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu.

Penelitian ini didasarkan pada studi kepustakaan yang didukung dengan pengamatan secara langsung dalam pembelajaran Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 6 pada kelas II SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu. Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan secara objektif dan apa adanya bagaimana penerapan perilaku (behavioristik) dalam pembelajaran di SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu. Pendeskripsian dilakukan dengan merujuk pada pustaka-pustaka yang relevan.

Untuk mengumpulkan data digunakan metode pengamatan dan wawancara. Data adalah hasil pencatatan dari suatu penelitian baik berupa fakta maupun berupa angka sebagai bahan penyusunan informasi (Arikunto 2006:118). Menurut Lofland dalam Moleong (2007:157)mengemukakan bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan dokumen dan lain-lain merupakan data tambahan.

Data dari penelitian ini stimulus respons yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 6 pada kelas II SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu. Stimulus berasal dari guru sedangkan respons merupakan tanggapan dari siswa atas stimulus yang diberikan guru. Data juga berasal dari hasil wawancara dengan guru kelas terkait perilaku siswa.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dan wawancara. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati (Sugiyono 2009:102).

Keabsahan data diukur dengan menggunakan teknik trianggulasi dengan sumber, metode, dan teori serta dengan cara melakukan perpanjangan waktu pengamatan, pengamatan secara terus menerus, dan kecukupan bahan referensi.Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

 

 

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari proses observasi yang dilakukan, didapatkan data bahwa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, menggunakan teori belajar behaviorisme. Pada saat siswa dan guru melakukan pembelajaran, guru sering menanamkan belajar pada siswa supaya terjadi perubahan tingkah laku. Pada pembelajaran Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 6, dengan konsep pokok tentang uang, guru melaksanakan pembelajaran supaya terjadi perubahan tingkah laku siswa dari belum mengetahui tentang uang menjadi mengetahui, dari yang awalnya belum berani menjadi berani, dsb.

Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok dengan komposisi kelompok tersebut sudah diatur guru. Komposisi yang digunakan dengan mencampur anak yang pendiam, yang lebih aktif, yang agak ‘nakal’, pintar, dan lamban belajar, serta mencampur anak laki-laki dan perempuan menjadi satu kelompok. Dari pengaturan tempat duduk dan komposisi dalam kelompok siswa ini pun juga memberikan dampak tingkah laku pada anak didik. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, Munawaroh S.Pd menyatakan bahwa settingan tempat duduk dan komposisi diaturnya sendiri dikarenakan kalau siswa itu memilih sendiri maka siswa akan cenderung memilik teman dekatnya sehingga sering menimbulkan gaduh karena ramai dengan teman dekatnya itu, dan kurang memperhatikan guru. Namun, jika yang mengatur posisi duduk adalah guru sendiri, maka proses pembelajaran akan lebih memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai rencaran guru karena para siswa lebih bisa tenang jika pengaturan posidi dudukdan kerja kelompok diatur guru. Dengan settingan tempat duduk dari guru, siswa menjadi berperilaku lebih tenang.

Selanjutnya, dalam proses pembelajarannya terjadi proses pemberian stimulus dari guru berupa tugas untuk menyelesaikan soal perhitungan sejumlah uang dengan jumlah uang yang sama tetapi komposisi nominalnya berbeda. Misalnya, dua lembar uang limaribuan sama dengan sepuluh lembar uang seribuan. Maka seluruh kelompok akan berebut maju duluan untuk menyetorkansejumlah uang yang sama dengan nominal berbeda itu kepada guru. Dengan ini, terjadi perubahan tingkah laku anak menjadi aktif dan kerjasama satu kelompok.

Selain itu, kelas II SD Negeri 45 Lubuklinggau juga setiap dua kali seminggu melaksanakan gosok gigi dan cuci bersama pada saat pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Menurut guru kelas, hal itu memang sudah dilaksanakan sejak kelas I jadi di kelas II ini tinggal meneruskan kebiasaan tersebut. pada saat pembelajaran tersebut, anak diajari bagaimana gosok gigi dan cuci tangan yang benar. Dalam hal ini, pendidikan di sekolah juga membentuk perilaku anak supaya cinta kesehatan.

Kemudian, setiap satu minggu sekali kelas II melakukan makan bersama dengan giliran membawa makanan tiap minggunya. Menurut guru kelas, Munawaroh S.Pd kebiasaan ini menjadi ciri khas kelas II yang diampunya, dan juga merupakan kebiasaan yang meneruskan dari kelas I. Kegiatan ini sangat didukung oleh wali murid yang mengadakan hal semacam ini,guru kelas tidak mengurusinya. Dalam hal ini, siswa diajarkan perilaku berbagi dengan teman-temannya dan sikap toleransi untuk menghargai pemberian teman.

Beliau Bu Muna juga memaparkan keterlibatan wali murid sangat membantu pembelajaran dan proses pendidikan di kelasnya, karena wali murid sangat mendukung diadakannya barang atau keperluan tertentu yang tidak memungkinkan dianggarkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).

Munawaroh, S. Pd juga mengungkapkan bahwa dalam membentuk perilaku yang baik beliau tidak pelit dengan pemberian penghargaan kepada siswanya, dengan tujuan supaya anak itu dapat merasa diperhatikan oleh guru, beliau juga tidak memarahi anak yang berperilaku tidak baik ataupun belum bisa mengikuti pembelajaran yang baik. Jika ada siswanya yang belum mampu mengerjakan tugas, maka akan dilempar kepada teman yang lain supaya memberikan motivasi kepadanya untuk belajar lagi sehingga bisa seperti teman yang bisa itu.

Pemberian motivasi ekstrinsik seperti hadiah dan penghargaan pada akhirnya akan mencapai titik jenuh yaitu saat siswa tidak termotivasi lagi dengan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh guru atau orang tua. Jacobsen (dalam Ali Mustadi, 2009: 12) menyebutkan bahwa faktor motivasiyang didasarkan pada penghargaan-penghargaan ekstrinsik karena menyenangkan orang lain dan menerima reward hanya menghasilkan keuntungan pembelajaran jangka pendek. Dengan demikian, penting sekali bagi guru untuk membantu siswa menumbuhkan motivasi instrinsik supaya siswa memiliki keinginan untuk menghadapi, mengeksplorasi, dan mengatasi tantangantantangan dalam proses belajar.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme  termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran,perlu dipahami terlebih dulu,mengenai prinsip belajar menerut behaviorisme.

1.      Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental

2.      Tokoh-tokoh aliran psikologi behavioristik di antaranya adalah Willian James, Doc Dougall, Ivan Pavlov, Skinner, JB Watson, dan Thorndike.

3.      Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik, memandang manusia sebagai pemberi respons, sebagai hasil dari kondisioning yang telah terjadi.

4.      Dinamika perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa factor. Di antaranya adalah : Sensation, perception, intelegent, reasoning, dan attitude.

 

 

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelas II SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu menggunakan teori belajar behaviorisme yang dilakukan oleh guru kelasnya berkolaborasi dengan para siswa di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Guru kelas mampu mengubah dan membentuk tingkah laku para siswa ke arah kebaikan, diantaranya pengetahuannya bertambah dan semakin bertambah, sikapnya semakin membaik, dan keterampilan yang dimiliki semakin banyak.

Dari perubahan tingkah laku menuju baik dari para siswa, jika tingkah laku itu dilakukan terus menenrus akan menjadi karakter pribadi anak tersebut. Siswa membutuhkan penghargaan/apresiasi dari lingkungannya supaya menumbuhkan percaya dirinya dimanapun berada.

 

B.       SARAN

Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tidak cenderung menggunakan teori belajar behaviorisme pada semua jenjang pendidikan karena teori ini hanya berpusat pada guru dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa cenderung menjadi pasif dan kurang kreatif, dan teori belajar behaviorisme sekarang ini hanya pas digunakan untuk melatih anak-anak yang membutuhkan dominasi orang dewasa.

Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik atau calon pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan output-output yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.


C.       

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,         Suharsimi.       2006.   Prosedur         Penelitian        Suatu   Pendekatan     Praktik. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Astuti, Nofi Aji. 2011. Implementasi Behavioristik Dalam Pembelajaran MenulisKarangan Narasi Smp Negeri 1 Taman Kabupaten Pemalang. Semarang.UNNES.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Moleong,Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hamalik,Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud

Ertner, Peggy A., Newby, Timothy J., 1993, Performance Improvement Quarterly, vol. 6.

Mills, John A., 1998, Control: A History of Behavioral Psychology, New York: New York University Press.

Staddon, John, 2014, The New Behaviorism, 2nd Edition, New York: Psychology Press.

Intruksional Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi A Todes, Daniel, 2000, Ivan Pavlov: Exploring the Animal Machine, New York: Oxford University Press, Inc.

Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi ksara

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

No comments:

Post a Comment