KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah tentang penerapan teori belajar behaviorisme
dalan pembelajran ini.
Penulis
tentu menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya buku ini nantinya
dapat menjadi buku yang lebih baik
lagi.Apabila terdapat banyak kesalahan pada buku ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.
LUBUKLINGGAU, OKTOBER 2020
PENULIS
ABSTRAK
Pendidikan
yang diadakan di Indonesia ini memiliki beberapa teori yang mendasari
pendidikan tersebut, salah satunya adalah Behaviorisme. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan teori pembelajaran
behaviorisme (behavioristik) pada pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 45 Lubuklinggau. Teori belajar
behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku,
dimana perubahan tersebut lahir dari proses belajar karena adanya stimulus,
respon dan pengkondisian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Populasi penelitian adalah jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini sebanyak 22 siswa kelas II Pendidikan Sekolah Dasar SD Negeri 45 Lubuklinggau. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui pendidikan memang dapat merubah tingkah laku anak
didik, baik dari segi sikap maupun keahliannya.
Kata Kunci: Pendidikan, Teori Pembelajaran,
Behaviorisme.
ABSTRACT
The education which was held in Indonesia has some theories that
the education melandandasi, one of is Behaviorism. This research aims to
describe how the application of behaviorism (behavioristic) learning theory in
Elementary School education in the primary 45 Lubuklinggau,. Behaviorisme
learning theory is a theory of learning that emphasizes on the change of
behaviour, where such changes are born from the learning process because of the
stimulus, response and conditioning. This type of research is qualitative
research used descriptive. Population studies is the number of samples taken in
this research as much as 22 students the grade II of Elementary School
education in the 45 Lubuklinggau. The results of the study indicated that
through education can indeed change the behavior of the protege, either in
terms of the attitude as well as his skill.
Key Words : Education, Learning Theory, Behaviorisme.
DAFTAR
ISI
Cover .................................................................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Abstrak............................................................................................................................... iii
Daftar isi............................................................................................................................. iv
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang......................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
C.
Tujuan...................................................................................................................... 1
D.
Manfaat.................................................................................................................... 2
BAB
II KAJIAN TEORI.................................................................................................. 3
A. Deskripsi Teori......................................................................................................... 3
B. Tokoh-Tokoh Behaviorisme......................................................................................................................... 5
C. Penelitiann Yang Relevan....................................................................................... 9
D. Hasil Dan Pembahasan............................................................................................ 15
BAB
III PENUTUP.......................................................................................................... 17
A.
Kesimpulan.............................................................................................................. 17
B.
Saran........................................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Belajar merupakan kebutuhan bagi semua orang, peserta
didik khusunya. Untuk dapat melakukan pendekatan secara maksimal selama proses
pembelajaran diperlukan pengetahuan secara luas bagi para pendidik tentang
teori-teori belajar agar mampu mencapai tujuan pendidikan secara maksimal.
Salah satu teori atau pandangan mengenai belajar yang
sampai saat ini masih sering diterapkan adalah teori behavioristik ysng mungkin
terkadang kurang tepat sasaran baik dikaji secara materi maupun karakteristik siswa
yang akan dihadapi. Oleh karena itu penulis akan menyajikan secara singkat
mengenai pengertian belajar menurut pandangan behavioristik, teori belajar para
ahli yang termasuk dalam behavioristik, aplikasinya dalam pembelajaran hingga
kelebihan dan kelemahan penerapan teori behavioristik ini. Semoga bermanfaat
dan mampu membantu memaksimalkan proses pembelajaran bagi pembaca.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan saya bahas
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan deskripsi teori?
2. Bagaimana definisi penelitian yang relavan?
3. Apa yang dimaksud dengan pembahasan teori
belajar behavioristik dalam pembelajaran?
C. TUJUAN
Adapun tujuan makalah yang harus kalian
ketahui :
1. Untuk mengetahui apa itu deskripsi teori.
2. Untuk mengetahui apa itu penelitian yang
relavan.
3. Untuk mengetahui apa itu pembahasan teori
belajar behavioristik dalam pembelajaran.
D. MANFAAT
Manfaat yang dapat kita ambil dari maklah ini
adalah :
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep tentang teori
belajar behavioristik.
2. Dapat memberikan informasi kepada para
pembaca khususnya bagi para guru dan peserta didik tentang penerapan belajar
behavioristik
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. DESKRIPSI
TEORI
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini lebih
mementingkan input dan output. Bagaimana ilmu itu
dapat disampaikan dan hasilnya berupa perubahan perilaku dan sikap. Teori ini
tidak terlalu mementingkan proses yang terjadi antara stimulus dan
respon, sebab proses itu tidak dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran
dalam stimulus dan respon. Hasil pengukuran tersebutlah yang dapat diamati dan
dapat digunakan sebagai acuan keberhasilan dalam belajar (Asri:2005).
Belajar merupakan upaya membentuk hubungan
stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam Dwi dkk, pandangan behavioristik
pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang
tingkah lakunya dikontrol atau dikendalikan oleh faktor yang datang dari luar
dan lingkungan merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Pandangan
ini lebih menekankan faktor eksternal.
Berikut beberapa teori-teori belajar yang
termasuk ke dalam kelompok teori behavioristik dalam Wina (2009) :
1.
Koneksionisme (Thorndike)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran,
tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak
dapat diamati.
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike
yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan. Ketiga hukum
tersebut berkaitan dengan kuat lemahnya respon.
2.
Classical Conditioning (Pavlop)
Dalam eksperimennya terhadap anjing, ditarik kesimpulan
bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara
berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu yakni dengan melakukan
semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
3.
Operant Conditioning (Skinner),
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons
yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh
para tokoh sebelumnya. Untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu
terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta
memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin
akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut.
4.
Systematic Behavior (Hull),
Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan
kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia. Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat
bermacam-macam bentuknya.
5.
Contiguous Conditioning (Guthrie)
Hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya
bersifat sementara. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan
sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat
lebih tetap. Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat
dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa behavioris
melihat perkembangan dipelajari dan dapat berubah-ubah sesuai pengalaman hidup
yang didapatkan individu serta adanya penguatan dari lingkungan.
B.
TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME
Edward Lee Thorndike (1874-1874-1949)
Menurut
Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi
anataraperistiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut
teori“connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang
dimasukkanpada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara
otomatis bila knop didalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan
teori Trial dan Error.
Ciri-ciri
belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai
responterhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang
salah, adakemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Thorndike
menemukan hukum-hukum.
· Hukum
kesiapan (Law of Readiness)Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang
kuat untuk memperoleh stimulusmaka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan
kepuasan individu sehinggaasosaiasi cenderung diperkuat.
· Hukum
latihanSemakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi
tersebutsemakin kuat.
· Hukum
akibatHubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan
dancenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
Pavlo
mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan inianjing di
beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh
situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk
penandawaktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap
bunyi-bunyianyang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebutditerapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara menggantistimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan responyang diinginkan.
Sementara
individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.Belajar menurut teori
ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanyasyarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teoriini adalah adanya
latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah
terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
Carlk L. Hull
Reinforcement
adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsireinforcement
bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor.
Dalammempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
interveningvariable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor
O adalah kondisiinternal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat
dilihat pada faktor R yang berupa output.
Skinner
(1904-1990)
Skinner
menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalanbelajar.
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontroltingkah
laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehinggaanak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant
conditioning.Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak
menunjukkan stimulimaka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan
tingkah lakunya. Gurumemiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa
dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan Skinner
membagi menjadi 2 jenis respon.1. RespondenRespon yang terjadi karena stimulus
khusus misalnya Pavlo.2. OperansRespon yang terjadi karena situasi random.
Operans
conditioning adalah suatu prosespenguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat diulangkembali atau menghilang sesuai keinginan.
Prinsip belajar Skinners
adalah :
· Hasil
belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika
benar diberi penguat.
· Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakansebagai sistem modul.
· Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak
digunakanhukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
· Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiahdiberikan
dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.5. dalam pembelajaran
digunakan shapping
Robert Gagne (1916-2002)
Teori
gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program
berupaDrill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne
adalah 9 kondisiinstructional:
1. Gaining attention =
mendapatkan perhatian
2. intorm learner of
objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akandicapai
3. stimulate recall of
prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan
belajar.
4. Present new material =
penyajian materi baru
5. Provide guidance =
menyediakan pembimbingan
6. Elicit performance =
memunculkan tindakan
7. Provide feedback about
correctness = siap memberi umpan balik langsung terhadaphasil yang baik
8. Assess performance =
Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Enhance retention and
recall = meningkatkan proses penyimpanan memori danmengingat.
Gagne
disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan
pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori
belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap
danemosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteksinteraksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara
kognitine perilakudan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam
observasi adalahperhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.Aplikasi teori
behaviouristik terhadap pembelajaran siswaGuru yang menggunakan paradigma
behaviourisme akan menyusun bahan pelajaranyang sudah siap sehingga tujuan
npembelajaran yang dikuasai siswa disampaikansecara utuh oleh guru.
Guru
tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh.Bahan pelajaran disusun
hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hasildari pembelajaran dapat
diukur dan diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yangdiharapkan adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkanKekurangan dan kelebihanMetode ini
sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure kecepatan spontanitas kelenturan dayatahan
dsb.
Teori
ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masihmembutuhkan peran
orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswayang berpusat pada
guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Muriddipandang
pasif, murid hanya mendengarkan,menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai
sentral dan bersifat otoriter.Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut
dari strukturalisme Wundt. Meskipundidasari pandangan dan studi ilmiah dari
Rusia, aliran ini berkembang di AS,merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagaiobyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.Dengan
demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalamelemen
seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme
sudahmelangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa
dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.Meskipun pandangan
Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubahpemahaman tentang psikologi
secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnyaBehaviorisme lebih sebagai
perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme
sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.
Behaviorisme
muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt.Meskipun didasari
pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang diAS, merupakan
lanjutan dari fungsionalisme.
C. PENELITIANN
YANG RELEVAN
Pendidikan merupakan sesuatu yang
tidak asing lagi bagi orang-orang saat ini, dan mayoritas orang-orang sudah
sadar akan pentingnya pendidikan. Dengan melalui proses pendidikan tentunya akan
membawa perubahan-perubahan dalam diri orang yang berpendidikan tersebut. Dalam
penyelenggaraan pendidikan tentu adateoriyang melandasiadanya
pendidikanitusendiri.Pendidikanyang diselenggarakan tidakbolehasal-asalan,danlandasanyangdigunakanjuga tentunya harus memberikan dampak
kebaikan bagi para siswa yang terdidik.Salah satu teori belajar yang digunakan
di Indonesia adalah teori belajarbehaviorisme.
Teoribelajarmerupakansesuatuyangmelandasi
adanyapembelajaran dalam pendidikan.
Teoribelajarbehaviorisme melihat
belajarmerupakan perubahan tingkah laku.
Seseorangtelahdianggapbelajarapabilamampumenunjukkanperubahantingkah
laku.Pandanganbehaviorismemengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus, dankeluaranatauoutput yang beruparespons.Teoribelajar behaviorisme menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan
hubungan antara stimulus dengan respon yang bisa diamati dan tidak
menghubungkan dengan kesadaran maupun konstruksimental.
Teori belajar behaviorisme
berlawanan dengan teori kognitif yang mengemukakan bahwa proses belajar
merupakan proses mental yang tidak diamati secara kasat mata. Teori belajar
behaviorisme sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu adanya perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.Hasil belajar
diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap lingkungan
belajar, baikyang internal maupun eksternal. Belajar berarti penguatan ikatan,
asosiasi, sifat, dan kecenderungan untuk merubah perilaku.Teori belajar
behaviorisme dalam pembelajaran merupakan upaya membentuk tingkah laku yang
diinginkan.Pembelajaran behaviorisme sering disebut juga dengan pembelajaran stimulus respons.
Tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan dan segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
Pembelajaran behaviorisme
meningkatkan mutu pembelajaran jika dikenalkan kembali penerapannya dalam pembelajaran.
Berdasarkan komponennya, teori ini relevan digunakan dalam pembelajaran sekarang
ini, terutama pada kurikulum 2013. Penerapan teori belajar behaviorisme
mudah sekali ditemukan di sekolah.
Hal ini dikarenakan mudahnya penerapan teori ini
untuk meningkatkan kualitas peserta didik.Berdasarkan uraian tersebut, pengamat
melakukan pengamatan tentang bagaimana penerapan teori belajar behaviorisme di
Sekolah Dasar Negeri 45 Lubuklinggau, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, yang
bertujuan untuk mengetahui seperti apa penerapan teori belajar behaviorisme di
sekolah tersebut.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses untuk
memberikan perubahan pada diri manusia. Menurut Edgar Dalle, menjelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapatmempermainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.Sedangkan John Dewey, mengemukakan bahwa
pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin
akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk
menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Pendapat lain yang dikemukakan
oleh Prof. Richey dalam bukunya ‘Planning
for Teaching, and Introduction to Education’ menjelaskan bahwa :
"Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung
jawabnya di dalam masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas
adapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang
diberikan/disampaikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak-anak untuk
mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
2. Teori Belajar
Vygotsky (1978: 134) mengartikan
bahwa belajar adalah suatu kegiatan konstruktivisme dimana siswa merupakan
subjek belajar aktif yang menciptakan struktur-struktur kognitifnya sendiri
dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pembelajaran konstruktivis,
kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu dalam membentuk struktur
kognitifnya.
3. Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah satu teori belajar di Indonesia. Aliran behavioristik
(behaviorisme) yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai
organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di
lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkahlakunya
dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya
(Mukminan, 1997: 7).
Teori
behaviorisme yang menekankan adanya
hubungan antara stimulusdengan respons (R) secara umum dapat
dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan
belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran,
dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti
dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement
(penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini
berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka
dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan.
Menurut Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut adalah:
1.
Teori ini beranggapan bahwa yang
dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah
belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku
tertentu.
2.
Teori ini beranggapan bahwa yang
terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang
dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting
karena tidak dapat diamati.
3.
Reinforcement, yakni apa saja yang dapat
menguatkan timbulnyarespons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons
akan semakin kuat apabila reinforcement
(baik positif maupun negatif) ditambah.
Jika yang
menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah
timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan
dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk
memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat mendeteksi atau
menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1.
Guru hendaknya paham tentang jenis
stimulus apa yang tepat untuk diberikan kepada siswa.
2.
Guru juga mengerti tentang jenis
respons apa yang akan muncul pada diri siswa.
3.
Untuk mengetahui apakah respons
yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
guru harus mampu :
a.
Menetapkan bahwa respons itu dapat
diamati (observable)
b.
Respons yang ditunjukkan oleh
siswa dapat pula diukur (measurable)
c.
Respons yang diperlihatkan siswa
hendaknya dapat dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya
(eksplisit)
d.
Agar respons itu dapat senantiasa
terus terjadi atau setia dalam ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan
sekali adanya semacam hadiah (reward).
Aplikasi teori behavioristik dalam
proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa
menunjukkan tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu
menyiapkan dua hal, sebagai berikut:
a. Menganalisis Kemampuan Awal
dan Karakteristik Siswa
Siswa sebagai subjek yang akan diharapkan mampu memiliki
sejumlah |
kompetensi |
sebagaimana |
yang |
telah
ditetapkan dalam standar |
||||||
kompetensi
dan kompetensi |
dasar, |
perlu |
kiranya |
dianalisis |
kemampuan |
|||||
awal dan karakteristiknya. Hal
ini dilakukan mengingat |
siswa |
yang |
||||||||
belajar di sekolah |
tidak
datang |
tanpa
berbekal apapun sama
sekali |
||||||||
(mereka |
sangat |
mungkin |
telah |
memiliki
sejumlah pengetahuan |
dan |
|||||
keterampilan |
yang di dapat di luar proses pembelajaran).
Selain itu, setiap |
|||||||||
siswa |
juga
memiliki karakteristik |
sendiri-sendiri dalam
hal mengakses |
||||||||
dan atau |
merespons sejumlah materi dalam
pembelajaran. |
|
|
|||||||
Ada |
beberapa |
manfaat |
yang |
dapat |
diperoleh |
guru |
jika |
|||
melakasanakan analisis terhadap kemampuan dan karakteristik siswa, yaitu
:
1)
Akan memperoleh gambaran yang
lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal para siswa, yang berfungsi
sebagai prasyarat (prerequisite) bagi
bahan baru yang akan disampaikan.
2)
Akan memperoleh gambaran tentang
luas dan jenis pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa. Dengan berdasar
pengalaman tersebut,guru dapat memberikan bahan yang lebih
relevan dan memberi contoh serta ilustrasi yang tidak asing bagi siswa.
3)
Akan dapat mengetahui latar
belakang sosio-kultural para siswa, termasuk latar belakang keluarga, latar
belakang sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
4)
Akan dapat mengetahui tingkat
pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik jasmaniah maupun rohaniah.
5)
Akan dapat mengetahui aspirasi dan
kebutuhan para siswa.
6)
Dapat mengetahui tingkat
penguasaan bahasa siswa.
7)
Dapat mengetahui tingkat
penguasaan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya.
8)
Dapat mengetahui sikap dan nilai
yang menjiwai pribadi para siswa (Oemar Hamalik, 2002 : 38 -40)
b.
Merencanakan materi pembelajaran
yang akan dibelajarkan
Idealnya proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa
dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga di sini guru tidak akan
over-estimate dan atau under-estimate
terhadap siswa. Namun kenyataan tidak demikian adanya. Sebagian siswa ada yang
sudah tahu dan sebagian yang lain belum tahu sama sekali tentang materi yang
akan dibelajarkan di dalam kelas. Untuk dapat memberi layanan pembelajaran
kepada semua kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan kemampuan
awal dan karakteristik masing-masing kelompok) kita dapat menggunakan dua
pendekatan yaitu a). siswa menyesuaikan diri dengan materi yang akan
dibelajarkan, yaitu dengan cara guru melakukan tes dan pengelompokkan (dalam
hal ini tes dilakukan sebelum siswa mengikuti pelajaran), atau b). materi
pembelajaran disesuaikan dengan keadaan siswa (Atwi Suparman, 1997 : 108).
4. Metode Penelitian
Penelitian ini
dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian
guru dan para murid kelas II Sekolah Dasar Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskanpada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci dan
analisis data bersifat induktif atau kualitatif Sugiyono (2009:9). Penelitian
kualitatif dalam memperoleh data yang diperlukan harus turun ke lapangan sehingga
akan diperoleh data yang jelas dan lengkap. Penelitian ini laksanakan pada
bulan September hingga Oktober pada tahun ajaran 2016/2017 yang bertempat di SD
Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu.
Penelitian ini
didasarkan pada studi kepustakaan yang didukung dengan pengamatan secara
langsung dalam pembelajaran Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 6 pada kelas II SD Negeri
45 Lubuklinggau, Sedayu. Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan atau
menggambarkan secara objektif dan apa adanya bagaimana penerapan perilaku
(behavioristik) dalam pembelajaran di SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu.
Pendeskripsian dilakukan dengan merujuk pada pustaka-pustaka yang relevan.
Untuk
mengumpulkan data digunakan metode pengamatan dan wawancara. Data adalah hasil
pencatatan dari suatu penelitian baik berupa fakta maupun berupa angka sebagai
bahan penyusunan informasi (Arikunto 2006:118). Menurut Lofland dalam Moleong
(2007:157)mengemukakan bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif
yaitu kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan dokumen dan
lain-lain merupakan data tambahan.
Data dari
penelitian ini stimulus respons yang diperoleh dari hasil observasi
pembelajaran Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 6 pada kelas II SD Negeri 45
Lubuklinggau, Sedayu. Stimulus berasal dari guru sedangkan respons merupakan
tanggapan dari siswa atas stimulus yang diberikan guru. Data juga berasal dari
hasil wawancara dengan guru kelas terkait perilaku siswa.
Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dan wawancara.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam ataupun sosial yang diamati (Sugiyono 2009:102).
Keabsahan data
diukur dengan menggunakan teknik trianggulasi dengan sumber, metode, dan teori
serta dengan cara melakukan perpanjangan waktu pengamatan, pengamatan secara
terus menerus, dan kecukupan bahan referensi.Analisis data
dilakukan dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari proses observasi yang
dilakukan, didapatkan data bahwa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan,
menggunakan teori belajar behaviorisme. Pada saat siswa dan guru melakukan
pembelajaran, guru sering menanamkan belajar pada siswa supaya terjadi
perubahan tingkah laku. Pada pembelajaran Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 6,
dengan konsep pokok tentang uang, guru melaksanakan pembelajaran supaya terjadi
perubahan tingkah laku siswa dari belum mengetahui tentang uang menjadi
mengetahui, dari yang awalnya belum berani menjadi berani, dsb.
Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok
dengan komposisi kelompok tersebut sudah diatur guru. Komposisi yang digunakan
dengan mencampur anak yang pendiam, yang lebih aktif, yang agak ‘nakal’,
pintar, dan lamban belajar, serta mencampur anak laki-laki dan perempuan
menjadi satu kelompok. Dari pengaturan tempat duduk dan komposisi dalam
kelompok siswa ini pun juga memberikan dampak tingkah laku pada anak didik.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, Munawaroh S.Pd menyatakan bahwa settingan tempat duduk dan komposisi
diaturnya sendiri dikarenakan kalau siswa itu memilih sendiri maka siswa akan
cenderung memilik teman dekatnya sehingga sering menimbulkan gaduh karena ramai
dengan teman dekatnya itu, dan kurang memperhatikan guru. Namun, jika yang
mengatur posisi duduk adalah guru sendiri, maka proses pembelajaran akan lebih
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai rencaran guru karena
para siswa lebih bisa tenang jika pengaturan posidi dudukdan kerja kelompok
diatur guru. Dengan settingan tempat
duduk dari guru, siswa menjadi berperilaku lebih tenang.
Selanjutnya, dalam proses
pembelajarannya terjadi proses pemberian stimulus dari guru berupa tugas untuk
menyelesaikan soal perhitungan sejumlah uang dengan jumlah uang yang sama
tetapi komposisi nominalnya berbeda. Misalnya, dua lembar uang limaribuan sama
dengan sepuluh lembar uang seribuan. Maka seluruh kelompok akan berebut maju
duluan untuk menyetorkansejumlah uang yang sama dengan
nominal berbeda itu kepada guru. Dengan ini, terjadi perubahan tingkah laku
anak menjadi aktif dan kerjasama satu kelompok.
Selain itu, kelas II SD Negeri 45
Lubuklinggau juga setiap dua kali seminggu melaksanakan gosok gigi dan cuci
bersama pada saat pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Menurut guru
kelas, hal itu memang sudah dilaksanakan sejak kelas I jadi di kelas II ini
tinggal meneruskan kebiasaan tersebut. pada saat pembelajaran tersebut, anak
diajari bagaimana gosok gigi dan cuci tangan yang benar. Dalam hal ini,
pendidikan di sekolah juga membentuk perilaku anak supaya cinta kesehatan.
Kemudian, setiap satu minggu
sekali kelas II melakukan makan bersama dengan giliran membawa makanan tiap
minggunya. Menurut guru kelas, Munawaroh S.Pd kebiasaan ini menjadi ciri khas
kelas II yang diampunya, dan juga merupakan kebiasaan yang meneruskan dari
kelas I. Kegiatan ini sangat didukung oleh wali murid yang mengadakan hal
semacam ini,guru kelas tidak mengurusinya. Dalam hal ini, siswa diajarkan
perilaku berbagi dengan teman-temannya dan sikap toleransi untuk menghargai
pemberian teman.
Beliau Bu Muna juga memaparkan
keterlibatan wali murid sangat membantu pembelajaran dan proses pendidikan di
kelasnya, karena wali murid sangat mendukung diadakannya barang atau keperluan
tertentu yang tidak memungkinkan dianggarkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (APBS).
Munawaroh, S. Pd juga
mengungkapkan bahwa dalam membentuk perilaku yang baik beliau tidak pelit
dengan pemberian penghargaan kepada siswanya, dengan tujuan supaya anak itu
dapat merasa diperhatikan oleh guru, beliau juga tidak memarahi anak yang
berperilaku tidak baik ataupun belum bisa mengikuti pembelajaran yang baik.
Jika ada siswanya yang belum mampu mengerjakan tugas, maka akan dilempar kepada
teman yang lain supaya memberikan motivasi kepadanya untuk belajar lagi
sehingga bisa seperti teman yang bisa itu.
Pemberian motivasi ekstrinsik
seperti hadiah dan penghargaan pada akhirnya akan mencapai titik jenuh yaitu
saat siswa tidak termotivasi lagi dengan hadiah atau penghargaan yang diberikan
oleh guru atau orang tua. Jacobsen (dalam Ali Mustadi, 2009: 12) menyebutkan
bahwa faktor motivasiyang didasarkan pada
penghargaan-penghargaan ekstrinsik karena menyenangkan orang lain dan menerima
reward hanya menghasilkan keuntungan pembelajaran jangka pendek. Dengan
demikian, penting sekali bagi guru untuk membantu siswa menumbuhkan motivasi
instrinsik supaya siswa memiliki keinginan untuk menghadapi, mengeksplorasi,
dan mengatasi tantangantantangan dalam proses belajar.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Behaviorisme atau
Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam
psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan
organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus
dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat
digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau
konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori
harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses
yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati
secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
Untuk
mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran,perlu dipahami
terlebih dulu,mengenai prinsip belajar menerut behaviorisme.
1. Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi
yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek – aspek mental
2. Tokoh-tokoh aliran
psikologi behavioristik di antaranya adalah Willian James, Doc Dougall, Ivan
Pavlov, Skinner, JB Watson, dan Thorndike.
3. Para ahli psikologi behavioristik memandang
manusia tidak pada dasarnya baik atau jahat. Para ahli yang melakukan
pendekatan behavioristik, memandang manusia sebagai pemberi respons, sebagai
hasil dari kondisioning yang telah terjadi.
4. Dinamika perilaku
manusia dipengaruhi oleh beberapa factor. Di antaranya adalah : Sensation, perception, intelegent,
reasoning, dan attitude.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa kelas II SD Negeri 45 Lubuklinggau, Sedayu menggunakan
teori belajar behaviorisme yang dilakukan oleh guru kelasnya berkolaborasi
dengan para siswa di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Guru kelas
mampu mengubah dan membentuk tingkah laku para siswa ke arah kebaikan, diantaranya
pengetahuannya bertambah dan semakin bertambah, sikapnya semakin membaik, dan
keterampilan yang dimiliki semakin banyak.
Dari perubahan tingkah laku menuju baik dari para siswa, jika tingkah
laku itu dilakukan terus menenrus akan menjadi karakter pribadi anak tersebut.
Siswa membutuhkan penghargaan/apresiasi dari lingkungannya supaya menumbuhkan
percaya dirinya dimanapun berada.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan dari
makalah ini, sebaiknya dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tidak cenderung
menggunakan teori belajar behaviorisme pada semua jenjang pendidikan karena
teori ini hanya berpusat pada guru dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk
mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa cenderung menjadi pasif dan
kurang kreatif, dan teori belajar behaviorisme sekarang ini hanya pas digunakan
untuk melatih anak-anak yang membutuhkan dominasi orang dewasa.
Pengertian,
prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para
pendidik atau calon pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan
benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan
memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran,
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan output-output yang berkualitas yang mampu membentuk manusia
Indonesia seutuhnya.
C.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Astuti, Nofi
Aji. 2011. Implementasi Behavioristik
Dalam Pembelajaran MenulisKarangan Narasi Smp Negeri 1 Taman Kabupaten
Pemalang. Semarang.UNNES.
Desmita. 2005.
Psikologi Perkembangan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Moleong,Lexy.
2007. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Hamalik,Oemar.
2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
PendekatanSistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud
Ertner, Peggy A., Newby, Timothy J., 1993, Performance
Improvement Quarterly, vol. 6.
Mills, John A., 1998, Control: A History of Behavioral
Psychology, New York: New York University Press.
Staddon, John, 2014, The New Behaviorism, 2nd Edition,
New York: Psychology Press.
Intruksional Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi A Todes, Daniel, 2000,
Ivan Pavlov: Exploring the Animal Machine, New York: Oxford University Press,
Inc.
Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi
ksara
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Budiningsih,
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Siswoyo,
dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
No comments:
Post a Comment