Perang Iran-Irak
PENDAHULUAN
Perang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan
Suci dan Perang Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah Saddam
(قادسيّة صدّام, Qādisiyyat Saddām) di Irak, adalah perang di antara Irak dan
Iran yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988. Umumnya,
perang ini dikenali sebagai Perang Teluk Persia sehingga Konflik Iraq-Kuwait meletus pada awal 1990-an, dan untuk beberapa waktu
dikenali sebagai Perang Teluk Persia Pertama.
Peperangan ini bermula ketika pasukan Irak menerobos
perbatasan Iran pada 22 September 1980 akibat
masalah perbatasan yang berlarut-larut antara kedua negara dan juga
kekhawatiran Saddam Hussein atas
perlawanan Syiah yang dibawa oleh Imam Khomeini dalam
Revolusi Iran. Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya
gagal dalam misi mereka di Iran dan akhirnya serangan mereka dapat dipukul
mundur Iran. Walaupun PBB meminta adanya gencatan senjata, pertempuran tetap berlanjut sampai tanggal 20 Agustus 1988; Pertukaran
tawanan terakhir antara kedua negara ini terjadi pada tahun 2003. Perang ini
telah mengubah wilayah dan situasi politik global.
Perang ini juga memiliki kemiripan seperti Perang
Dunia I. Taktik yang digunakan seperti pertahanan parit, pos-pos pertahanan
senapan mesin, serangan dengan bayonet, penggunaan kawat berduri, gelombang
serangan manusia serta penggunaan senjata kimia(seperti gas mustard) secara
besar-besaran oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga
penduduk sipilnya, seperti yang dialami juga oleh warga suku Kurdi di utara
Irak. Dalam perang ini dipercaya lebih dari satu juta tentara serta warga sipil
Irak dan Iran tewas, dan lebih banyak lagi korban yang terluka dari kedua belah
pihak selama pertempuran berlangsung.
PRMBAHASAN
Asal Usul Sejarah
Walaupun perang Iran-Irak yang
dimulai dari tahun 1980-1988 merupakan perang yang terjadi di wilayah Teluk Persia, akar dari
masalah ini sebenarnya dimulai lebih dari berabad-abad silam. Berlarut-larutnya
permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia(terletak di lembah sungai
Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern)
dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern.
Perang Irak-Iran, Panggung Modern Konflik Arab-Persia
Timur Tengah bisa dibilang sebagai tanah penuh anugerah & bencana.
Alasannya jelas, mayoritas wilayah Timur Tengah memiliki kandungan minyak di
dalamnya yang bernilai tinggi & berguna untuk memenuhi kebutuhan energi
masyarakat dunia. Selain itu, secara geografis letak Timur Tengah juga sangat
strategis karena terletak di antara 3 benua utama : Eropa, Asia, & Afrika.
Di sisi lain, berkah dari Timur Tengah juga menyebabkan daerah ini penuh
pergolakan karena benturan kepentingan & iming-iming kekayaan. Salah satu
dari sekian banyak konflik di Timur Tengah adalah Perang Irak-Iran.
Perang Irak-Iran (dikenal juga dengan nama Perang Teluk I, untuk membedakannya dengan perang di Irak & Kuwait pada tahun 1991) adalah perang yang berlangsung pada tahun 1980 - 1988 antara Irak melawan Iran. Baik Irak maupun Iran sama-sama mengklaim kemenangan dalam perang tersebut di mana pada awalnya Irak melakukan penyerbuan ke wilayah Iran, namun kemudian Irak berhasil dipukul mundur & selanjutnya Iran yang berbalik menyerbu wilayah Irak sebelum PBB menyerukan gencatan senjata. Perang tersebut bisa dibilang merupakan salah satu perang modern paling berdarah di Timur Tengah di mana jumlah korban tewas mencapai 1 juta jiwa lebih & mayoritasnya merupakan wargaIran.
Perang Irak-Iran (dikenal juga dengan nama Perang Teluk I, untuk membedakannya dengan perang di Irak & Kuwait pada tahun 1991) adalah perang yang berlangsung pada tahun 1980 - 1988 antara Irak melawan Iran. Baik Irak maupun Iran sama-sama mengklaim kemenangan dalam perang tersebut di mana pada awalnya Irak melakukan penyerbuan ke wilayah Iran, namun kemudian Irak berhasil dipukul mundur & selanjutnya Iran yang berbalik menyerbu wilayah Irak sebelum PBB menyerukan gencatan senjata. Perang tersebut bisa dibilang merupakan salah satu perang modern paling berdarah di Timur Tengah di mana jumlah korban tewas mencapai 1 juta jiwa lebih & mayoritasnya merupakan wargaIran.
LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang disebut-sebut memicu meletusnya perang antara Irak melawan Iran di mana hal-hal tersebut menyangkut berbagai aspek, utamanya aspek politik & sektarian :
1. Sengketa Atas Shatt al-Arab & Khuzestan
Ada beberapa hal yang disebut-sebut memicu meletusnya perang antara Irak melawan Iran di mana hal-hal tersebut menyangkut berbagai aspek, utamanya aspek politik & sektarian :
1. Sengketa Atas Shatt al-Arab & Khuzestan
Shatt al-Arab
adalah sungai sepanjang 200 km yang terbentuk dari pertemuan Sungai Efrat &
Tigris di kota Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang
mengarah ke Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan Irak & Iran.
Sungai tersebut utamanya penting bagi Irak karena merupakan jalan keluar utama
negara tersebut ke arah laut.
Karena letaknya yang berada di perbatasan & posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak & Iran. Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan Persetujuan Aljier (Algier Accord).
Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak & wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Lebih lanjut, stasiun TV milik Irak bahkan memasukkan Khuzestan sebagai wilayah Irak & menyerukan warga Arab di sana untuk memberontak melawan Iran.
2. Munculnya Revolusi Islam di Iran
Tahun 1979 merupakan tahun terpenting dalam sejarah Iran modern hingga menjadi seperti Iran sekarang. Di tahun itu, terjadi revolusi pemerintahan di mana rezim kerajaan Pahlevi yang dianggap sebagai rezim boneka AS tumbang & digantikan oleh sistem republik Islam. Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab & Muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya memang bersebelahan dengan Iran & memiliki penganut Syiah berjumlah besar di wilayahnya.
Karena letaknya yang berada di perbatasan & posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak & Iran. Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan Persetujuan Aljier (Algier Accord).
Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak & wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Lebih lanjut, stasiun TV milik Irak bahkan memasukkan Khuzestan sebagai wilayah Irak & menyerukan warga Arab di sana untuk memberontak melawan Iran.
2. Munculnya Revolusi Islam di Iran
Tahun 1979 merupakan tahun terpenting dalam sejarah Iran modern hingga menjadi seperti Iran sekarang. Di tahun itu, terjadi revolusi pemerintahan di mana rezim kerajaan Pahlevi yang dianggap sebagai rezim boneka AS tumbang & digantikan oleh sistem republik Islam. Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab & Muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya memang bersebelahan dengan Iran & memiliki penganut Syiah berjumlah besar di wilayahnya.
Ayatullah
Khomeini, pemimpin revolusi Islam di Iran, memang memiliki impian untuk
menyebarkan pengaruh revolusinya ke negara-negara Arab lainnya. Pertengahan
tahun 1980, Khomeini menyebut bahwa pemerintahan sekuler Irak adalah
pemerintahan "boneka setan" & masyarakat Muslim di Irak sebaiknya
bersatu untuk mewujudkan revolusi Islam seperti di Iran. Pernyataan Khomeini
tersebut sekaligus sebagai respon dari pernyataan Saddam pasca revolusi Islam
Iran yang menyatakan bahwa bangsa Persia (Iran) tidak akan berhasil membalas
dendam kepada bangsa Arab sejak Pertempuran al-Qadisiyyah, pertempuran pada
abad ke-7 yang dimenangkan oleh bangsa Arab sekaligus menumbangkan Kerajaan
Persia kuno.
Irak di bawah kendali Saddam Hussein & Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran & menambah sumber minyak Irak.
3. Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak kemudian menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut & mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa itu selanjutnya semakin memanaskan hubungan kedua negara hingga akhirnya pada bulan September 1980, Irak melancarkan serangannya ke Iran.
TAHUN 1980 - 1982 : PENYERBUAN OLEH IRAK
Irak di bawah kendali Saddam Hussein & Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran & menambah sumber minyak Irak.
3. Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak kemudian menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut & mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa itu selanjutnya semakin memanaskan hubungan kedua negara hingga akhirnya pada bulan September 1980, Irak melancarkan serangannya ke Iran.
TAHUN 1980 - 1982 : PENYERBUAN OLEH IRAK
Ada 2 sasaran
Irak dalam serangannya ke Iran : menguasai wilayah-wilayah strategis serta kaya
minyak di Iran & mencegah tersebarnya revolusi Islam ke negara-negara
sekitarnya. Dalam serangannya, Irak menginginkan kemenangan cepat atas Iran
dengan memanfaatkan situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca
revolusi Islam. Irak juga berharap kalau masyarakat di Iran akan menyalahkan
pemerintahan baru negaranya sehingga sebagian dari mereka - terutama dari golongan
Arab Sunni - kemudian akan membelot kepada Irak.
Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi & jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terlindungi secara khusus. Kegagalan Irak menghancurkan pesawat-pesawat tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.
Sehari kemudian, Irak melakukan serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti dari serangan tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan & Shatt al-Arab di mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & front tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.
Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak menyerang 10 pangkalan udara milik Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi & jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terlindungi secara khusus. Kegagalan Irak menghancurkan pesawat-pesawat tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.
Sehari kemudian, Irak melakukan serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti dari serangan tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan & Shatt al-Arab di mana 4 dari 6 divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & front tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.
Bulan November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota
penting yang strategis di Iran selatan, Shabadan & Khorramshahr. Dalam
penyerbuannya itu, pasukan Irak mendapat perlawanan sengit dari pasukan
Pasdaran (Garda Revolusi) Iran. Kedua kota tersebut akhirnya berhasil dikuasai
Irak pada tanggal 10 November 1980. Tercatat belasan ribu pasukan dari kedua
kubu terbunuh dalam pertempuran di kedua kota tersebut. Keberhasilan Irak
menguasai kedua kota tersebut sekaligus menjadi keberhasilan terakhir Irak
mencaplok wilayah mayor dari Iran.
Iran yang tertekan sempat berusaha melakukan serangan balasan kepada
Irak pada awal tahun 1981, namun gagal karena presiden Iran, Bani Sadr, nekat
memimpin langsung pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan
militer yang minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung
oleh Pasdaran & tidak memperhitungkan waktu serangan di saat hujan yang
bakal menyulitkan suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan
Irak & banyak dari kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu
ditinggalkan karena terjebak dalam lumpur.
Serangan balasan Iran yang jauh lebih efektif sebenarnya sudah
dilakukan beberapa hari sejak Irak pertama kali membombardir pangkalan udara
milik Iran. Pesawat-pesawat F-4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah Irak
& secara efektif berhasil melumpuhkan sejumlah titik penting di sana. Keberhasilan
tersebut membuat pasukan udara Iran terlihat lebih superior dibandingkan
pasukan udara Irak. Namun, kurangnya amunisi & suku cadang yang hanya bisa
didapatkan dari AS
- negara sekutu Iran yang berbalik memusuhi Iran pasca revolusi
Islam - membuat Iran seiring waktu jadi lebih banyak memakai helikopter
yang dipasangi persenjataan darat sebagai pendukung pasukan dari udara
TAHUN 1982 : TITIK BALIK & MUNDURNYA IRAK
TAHUN 1982 : TITIK BALIK & MUNDURNYA IRAK
Pasukan Irak dalam serangan kilatnya berhasil memanfaatkan momentum
lemahnya koordinasi pasukan Iran & problem alutsista milik Iran sehingga
para pengamat yakin bahwa perang akan segera berakhir dengan kemenangan Irak
hanya dalam waktu beberapa minggu. Plus, Irak memang berhasil menguasai wilayah-wilayah
strategis Iran dalam serangannya itu. Namun, Iran enggan menyerah begitu saja
& dalam perkembangannya berhasil memukul balik Irak.
Problem bagi Iran dalam perang adalah dari segi alutsista atau
persenjataan, mereka kalah superior dibanding Irak yang saat itu memang
merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer terbaik di Timur Tengah
selain Israel.
Untuk mengantisipasinya, sejak perang meletus Iran merekrut ratusan ribu milisi
sukarela yang disebut Basij (Tentara Rakyat). Basij tidak memiliki pengalaman
militer & persenjataan yang memadai, namun mereka memiliki keyakinan sangat
tinggi akan agamanya & tidak segan-segan melakukan tindakan berani mati
semisal menerobos ladang ranjau atau area yang dihujani tembakan artileri musuh
saat diperintahkan.
Pasukan Irak di wilayah Iran dalam perkembangannya tidak bisa bergerak
lebih jauh lagi sejak bulan Maret 1981 setelah pasukan mereka dikalahkan oleh
milisi Basij yang jumlahnya mencapai ribuan di Sungai Kanun. Sejak itu, Irak
lebih banyak melakukan taktik defensif untuk mempertahankan wilayah taklukan
mereka & hanya terjadi sedikit pergeseran di garis depan. Faktor utamanya
adalah kesalahan prediksi di mana Irak memperkirakan warga Arab Sunni di Iran
bakal membantu mereka. Namun faktanya, mereka - bersama rakyat Iran lainnya -
justru bersatu & bahu-membahu melawan Irak.
Titik balik bagi
Iran terjadi pada bulan Maret 1982 dalam operasi militernya di bawah kode sandi
"Operasi Kemenangan yang Tak Dapat Disangkal" (Operation Undeniable
Victory). Dalam operasi militer tersebut, pasukan gabungan Pasdaran-Basij milik
Iran berhasil menembus garis depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak
bisa ditembus & memecah pasukan Irak di utara & selatan Khuzestan
sehingga pasukan Irak terpaksa mundur.
Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut kembali wilayah Khorramshahr. Dalam pertempuran memperebutkan wilayah tersebut, Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam inisiatif serangan balik Iran. Sejak kemenangan tersebut, Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak & pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.
Saddan Hussein yang melihat bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh pasukannya dari Iran & menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut sambil menyatakan bahwa mereka akan menyerbu Irak & tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak digantikan oleh pemerintahan republik Islam.
TAHUN 1982 - 1988 : PENYERBUAN OLEH IRAN
Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij & Pasdaran mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani tembakan artileri pasukan Irak. Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat ketangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.
Bulan Mei 1982, Iran berhasil merebut kembali wilayah Khorramshahr. Dalam pertempuran memperebutkan wilayah tersebut, Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam inisiatif serangan balik Iran. Sejak kemenangan tersebut, Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak & pada bulan Juni berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh Irak.
Saddan Hussein yang melihat bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat serangkaian kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh pasukannya dari Iran & menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut sambil menyatakan bahwa mereka akan menyerbu Irak & tidak akan berhenti sampai rezim yang berkuasa di Irak digantikan oleh pemerintahan republik Islam.
TAHUN 1982 - 1988 : PENYERBUAN OLEH IRAN
Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan". Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij & Pasdaran mengorbankan diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga dihujani tembakan artileri pasukan Irak. Irak berhasil mencegah Iran merengsek lebih jauh berkat ketangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak juga harus kehilangan sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.
Keberhasilan Iran memukul balik Irak & berbalik menjadi negara
penyerbu membawa kekhawatiran tersendiri bagi AS
yang kemudian memutuskan untuk membantu Irak sejak tahun 1982. Presiden AS,
Ronald Reagan, menyatakan bahwa negaranya akan berusaha membantu dengan cara
apapun untuk mencegah Irak kalah. Selain dari AS, dukungan untuk Irak juga
datang dari Uni Soviet & Liga Arab. Di lain pihak, Iran sendiri selama
perang hanya mendapat dukungan secara terbuka dari Suriah & Libya.
Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam (dikenal sebagai skandal Iran-Contra). Henry Kissinger - salah satu tokoh penting Gedung Putih - menyatakan bahwa AS merasa baik Irak & Iran sama-sama tidak boleh kalah untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut. Israel juga dikabarkan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam kendati kedua negara tidak lagi menjalin hubungan diplomatik pasca Revolusi Islam di Iran, namun Iran sendiri hingga sekarang selalu membantah kabar tersebut.
Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam (dikenal sebagai skandal Iran-Contra). Henry Kissinger - salah satu tokoh penting Gedung Putih - menyatakan bahwa AS merasa baik Irak & Iran sama-sama tidak boleh kalah untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan tersebut. Israel juga dikabarkan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam kendati kedua negara tidak lagi menjalin hubungan diplomatik pasca Revolusi Islam di Iran, namun Iran sendiri hingga sekarang selalu membantah kabar tersebut.
Kembali ke medan perang, Iran berpikir bahwa Irak bisa direbut dengan
melacarkan serangan besar-besaran dari berbagai front. Maka pada tahun 1983,
Iran melakukan 3 penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan
ratusan ribu personil tentaranya. Iran sempat berhasil menembus garis
pertahanan Irak, namun Irak berhasil memukul balik Iran dengan melakukan
serangan udara mendadak secara besar-besaran. Hingga akhir tahun 1983, tercatat
120.000 personil Iran & 60.000 personil Irak tewas dalam peperangan.
Irak berusaha memaksa Iran menghentikan perang & menuju meja
perundingan dengan berbagai cara. Di awal tahun 1984, Irak membeli sejumlah
alutsista baru dari Uni
Soviet & Prancis. Tak lama kemudian, Irak melakukan serangan udara ke
sejumlah kota dengan persenjataan barunya itu. Irak berharap Iran merasa
tertekan & kemudian menerima tawaran dari Irak untuk berunding di tempat
netral, namun nyatanya Iran tetap menolak tawaran berunding dari Irak.
Iran yang kehilangan begitu banyak personilnya akibat sejumlah
penyerbuan yang gagal sebelumnya belum mengendurkan serangan. Bulan Februari
1984, Iran menggelar "Operasi Fajar" (Operation Dawn) yang
ditargetkan ke kota Kut al-Amara dengan tujuan memotong jalur perairan yang
menghubungkan Baghdad & Basra. Dalam operasi militer itu, Iran mengerahkan
500.000 personil Basij & Pasdaran.
Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara & artileri sehingga Iran banyak menjalankan taktik mengerubungi pertahanan musuh dengan tentara (human wave attack), sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara & artileri sehingga Iran banyak menjalankan taktik mengerubungi pertahanan musuh dengan tentara (human wave attack), sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret merupakan salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Iran kembali melancarkan agresi militer antara akhir Februari hingga
Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai
sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung
keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat
melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut, termasuk dengan
memakai senjata kimia. Namun pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau
tersebut hingga menjelang akhir perang.
Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat
melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran & kota-kota
penting lainnya di Iran usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara
Arab sekutunya & bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, &
Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam
alur peperangan karena sekalipun wilayahnya diserang, di tahun yang sama Iran
tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi
Badar".
TAHUN 1984 - 1988 :PERANGTANKER
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak. Kebijakan militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal sebagai "perang tanker".
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran maupun kapal netral yang dari atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak. Kebijakan militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal sebagai "perang tanker".
Jika ditelusuri, sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana pasukan laut Irak saat itu menargetkan titik-titik penting milik Iran di laut seperti pelabuhan & kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut tersebut, Irak lebih banyak memakai angkatan udaranya untuk melakukan serangan. "Perang tanker fase I" tersebut berlangsung selama 2 tahun setelah baik Irak maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan operasi militernya. Baru pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan operasi militer di laut sekaligus mengawali babak baru "perang tanker fase II".
Perang tanker fase II dimulai ketika Irak menyerang kapal berbendera
Yunani di sebelah selatan Kepulauan Khark pada bulan Maret 1984. Iran lantas
membalasnya dengan menyerang kapal-kapal berbendera Kuwait di dekat Bahrain
& Arab Saudi di perairan Arab Saudi sendiri. Serangan tersebut sekaligus
menjadi peringatan dari Iran bahwa jika Irak tetap nekat melanjutkan perang
tanker, tak akan ada kapal milik negara Teluk yang bakal selamat. Suatu ancaman
yang dampaknya tidak ringan karena berpotensi melumpuhkan aktivitas
pengangkutan minyak mentah di kawasan tersebut.
Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larak di dekat Selat Hormuz sehingga aktivitas ekspor minyaknya relatif tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya terancam setelah Suriah - sekutu Iran saat itu - memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak pun mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait & jalur pipa minyak baru dibangun melewati LautMerahsertaTurki.
Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larak di dekat Selat Hormuz sehingga aktivitas ekspor minyaknya relatif tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang perekonomiannya terancam setelah Suriah - sekutu Iran saat itu - memblokade pipa minyak Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak pun mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait & jalur pipa minyak baru dibangun melewati LautMerahsertaTurki.
TAHUN 1987 - 1988 : IKUT
CAMPURNYA AMERIKSERIKAT(AS)
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait. Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait lebih dulu.
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait. Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait lebih dulu.
Ikut campurnya AS
dalam Perang Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya, USS Stark,
tertembak oleh pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak
meminta maaf kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan. Ironisnya,
AS justru malah menyalahkan Iran dengan alasan Iranlah yang menyebabkan
peperangan semakin berkobar & kemudian diikuti dengan tindakan AS untuk
mengirim armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker milik Kuwait yang
mengibarkan bendera AS.
Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran.
Tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil Iran sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih kalau pasukannya salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur Iran karena tidak mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat sipil. Namun, klaim AS tersebut dibantah oleh Iran & sumber independen lainnya seperti bandara Dubai yang menyatakan kalau pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai pesawat sipil melalui radio.
TAHUN 1988 : GENCATAN SENJATA & PASCA PERANG
Antara bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali menguntungkan Irak setelah Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Iran yang mulai terdesak akhirnya mau menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 sehingga Perang Irak-Iran yang sudah berlangsung selama 8 tahun pun berakhir pada tanggal 20 Agustus 1988.
Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran.
Tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil Iran sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih kalau pasukannya salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur Iran karena tidak mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat sipil. Namun, klaim AS tersebut dibantah oleh Iran & sumber independen lainnya seperti bandara Dubai yang menyatakan kalau pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai pesawat sipil melalui radio.
TAHUN 1988 : GENCATAN SENJATA & PASCA PERANG
Antara bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali menguntungkan Irak setelah Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Iran yang mulai terdesak akhirnya mau menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 sehingga Perang Irak-Iran yang sudah berlangsung selama 8 tahun pun berakhir pada tanggal 20 Agustus 1988.
Perang Iran-Irak membawa kerugian besar bagi kedua belah pihak, baik
dari segi material & korban jiwa. Jumlah kerugian material bagi
masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS. Sebagai
akibatnya, pembangunan ekonomi menjadi terhambat & ekspor minyak kedua
negara terganggu. Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama
perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah alutsista.
Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas dalam Perang Irak-Iran. Beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah & penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
Selain kerugian material & korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang & batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan. Pasca perang, kedua negara juga melakukan perbaikan hubungan bilateral. -
Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas dalam Perang Irak-Iran. Beberapa sumber memperkirakan bahwa jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah & penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
Selain kerugian material & korban jiwa, tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang & batas antara kedua negara juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada perairan. Pasca perang, kedua negara juga melakukan perbaikan hubungan bilateral. -
KESIMPULAN
1. Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1980 - 1988
- Lokasi : Irak, Iran, Teluk Persia
2. Pihak yang Bertempur
(Negara) - Irak
melawan
(Negara) - Iran
3. Hasil Akhir
- Perang berakhir tanpa pemenang
- Status wilayah sengketa tidak berubah
4. Korban Jiwa
- Irak : sekitar 200.000
- Iran : sekitar 1.000.000
DAFTAR
PUSAKA
GlobalSecurity.org - Iran-Iraq War (1980-1988)
Military History Encyclopedia on the Web - Tanker War 1984-1988
Wikipedia - Iran-Iraq War
Wikipedia - Israeli support for Iran during the Iran-Iraq war
Military History Encyclopedia on the Web - Tanker War 1984-1988
Wikipedia - Iran-Iraq War
Wikipedia - Israeli support for Iran during the Iran-Iraq war
Makalah Sejarah
D
I
S
U
S
U
N
oleh
Kelompok 7:
1.
Nova
hardianti
2.
Riska
wulandari
3.
Reni
sadita
4.
Yudhi
5.
Wiwin
julianto
Kelas
:XII
IPS 1
Guru
pemiming :Rukiah M.pd
Sma N 2 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “PERANG IRAN IRAK”.
Makalah ini berisikan
tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah Indonesia pada Masa Orde
Baru dan Reformasi, diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita
semua, bagaimana kehidupan masyarakat dan system pemerintahan pada masa itu.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari
guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu saya harapkan demi lebih
baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita.
Daftar isi
1.
.HalamanJudul...................................................................................................................
2.
.KataPengantar..................................................................................................................
3.
Pendahuluan .......................................................................................................................
4.
Isi........................................................................................................................................
5.
.CaraMengatasi..................................................................................................................
6.
KajianTeori.......................................................................................................................
7.
Penutup..............................................................................................................................
8.
.Kesimpulan........................................................................................................................
9.
DaftarPusaka...................................................................................................................
No comments:
Post a Comment