13 March 2021

Makalah Analisis

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3  Ruang Lingkup................................................................................... 2

1.4 Tujuan.................................................................................................. 2

1.5 Manfaat............................................................................................... 3

 

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4

2.1 Pengertian Kalimat.............................................................................. 4

2.2 Analisis Kalimat Berdasarakan Fungsi................................................ 4

2.3 Analisis Kalimat Berdasrkan Kategori................................................ 7

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15

3.2 Saran.................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

 



BAB I
PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalanya, tidak) dan frase atau kelompok kata (missalnya, tidak tahu). Kata dan frase tidak dapat menugungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan frase itu sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini orang tidak tahu cara membedakan anatara kata, frase, dan kalimat. Oleh karena itu, penulis lewat makalah ini dapat memberikan gambaran tantang kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penutur.

Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).

 

 

Kesulitan  menganalisa kalimat dalam membedakana antara O, P, Pel, K  dalam sebuah kalimat, perlu menyiapkan konsep yang matang  tentang toeri kalimat. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk membantu rekan-rekan pembaca dalam memantapkan konsep tentang kalimat.

 

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan pokok permasalahan tema yang diangkat  penulis, mengenai teknik-teknik menganalisiss Kalimat, maka permasalahan seputar analis kalimat dapat dijabarkan sebagai rumusan masalah sebagai berikut,

1.      Berdasarkan apa sajakah kita menganalisis sebuah kalimat.

2.      Apa sajakah ciri-ciri unsur-unsur pada sebuah kalimat.

3.      Apa yang membedakan antara keterangan dan pelengkap pada subuah unsur kalimat.

 

1.3  Ruang Lingkup

Pada pembahasan makalah ini, penulis membatasi pembahasannya dalam menganalisis kalimat, penulis membatasinya bertujuan untuk kejelasan dan adanya sepesfikasi sehingga pembahasannya jelas dan akurat.

Adapun ruang lingkup pada makalah ini adalah bagaimana ciri-ciri, perbedaan, dan hubungan unsur-unsur penyusun kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan berdasarkan peran.

 

1.4 Tujuan

Setiap tindakan harus disertai dengan tujuan, demekian juga dengan makalah ini, ada tujuan khusus dan tujuan umumnya.

1.3  .1  tujuan umum 

Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu membedakan semua unsur-unsur penyusun kalimat, dan tidak ada kerguan dalam membedakan jenis-jenis unsur kalimat.

 

 

1.4.2  tujuan khusus

Diharapkan mahasiswa memehami ihkwal seluruh tentang kalimat, dan mengenal hakikat fungsi, kategori, dan peran unsur-unsur pembentuk kalimat. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembicaraan tentang cara menganalisis kalimat dari segi fungsi, kategori, dan peran sehingga setelah membaca makalah ini mahasiswa tidak ada masalah lagi mengenai kalimat.

 

1.5 Manfaat

1.5.1    Manfaat bagi perguran tinggi

Dilihat dari isi makalah, diambil dari berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapt ahli dalam bidang bahasa, sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kalimat secara teoritis. Sehingga bisa dijadikan tambahan referensi dalam proses belajar mengajar.

1.5.2    Manfaat bagi mahasiswa

Mahasiswa mampu menganilisis kalimat baik berdasarkan fungsi, peranan, maupun kategorinya. Dan dapat megetahui secara jelas peranan-peranan unsur penuyusun kalimat.

 


 

BAB II
PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Kalimat

Seperti kita ketahui, bahwa bahasa itu terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan bentuk tersebut. Bentuk bahasa terdiri dari atas satuan-satuan yang s dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.

 

2.2 Analisis Kalimat Berdasarakan Fungsi

Tiap kata atau frase dalam kalimat memepunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian hubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangakat sedemikian rupa sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur.kadang-kadang sebuah kalimat terdiri atas sebuah subjek dan prdikat (S – P), Subjek – predikat – objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S – P – K), Subjek – Predikat – Pelengkap (S – P – Pel), Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S – P – O – K), atau Subjek – Predikat – Pelengkap – Keterangan (S – P – Pel – K).

 

2.1.1        Ciri-ciri subjek

Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberikan sesuatu. Perhatikan contoh kalimat berikut ini!

1)      Mereka bergembira.

2)      Rumah itu bagus sekali.

Oleh karena subjek itu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, maka sudah semestinya terbentuk dari kata benda, seperti kata (mereka, dan rumah) pada contoh di atas.

Untuk menentukan subjek, kita dapat mengunakan kata tanya apa atau siapa. Berdasarkan urain di atas dapat kita temui ciri-ciri dari sebuah subjek.

1)      Tentangnya diberitakan sesuatu,

2)      Dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan

3)      Dapat bertanya dengan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.

 

2,2.2   ciri-ciri predikat

Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri. Dan menurut ahli, predikat kalimat biasanya berupa frase verbal atau frase adjektival, (Alwi,et. al, 1998). Predikat merupakan unsur klausa yang selalu ada dan merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya, yaitu S, O, dan K, (Ramlan 1996). (Sakri, 1995)mengatakan, bahwa predikat itu sebagai puncak kerja yang menduduki jabatan uraian dan menyatakan tindakan atau perbuatan. Dan (Suparman, 1998)memberikan penjelasan predikat dengan menyebutkan ciri-ciri atau penanda formal predikat tersebut, yaitu

1)      Penunjuk aspek: sudah, sedang, akan, yang selalu di depan predikat.

2)      Kata kerja bantu: boleh, harus, dapat.

3)      Kata penunjuk modal: mungkin, seharusnya, jangan-jangan.

4)      Beberapa keterangan lain: tidak, bukan, justru, memang, yang biasanya terletak di antara S dan P.

 

2.2.3  ciri-ciri objek

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek selalu diletakan setelah predikat. Dengan demekian, objek dapat dikeneli dengan memperhatikan:

1)      Jenis predikat yang melengkapinya, dan

2)      Ciri khas objek itu sendiri.

Biasanya, verba transitif ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks -kan dan -i serta  prefiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Perhatikan contoh kalimat berikut!

1)      Rudi Hartono menundukan Icuk

2)      Andi mengunjungPak Rustam

Objek pada kalimat aktif transitf akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti pada contoh di bawah ini.

1)      Pembantu membersihkan ruangan saya.

S               P                     O

2)      Ruangan saya dibersihkan oleh pembantu.

S                    P                   O

Potensi ketersulihan unsur objek dengan -nya dan mengdepannya sebagai subjek kalimat pasif merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang berupa dari nomina atau frase nomina.

 

2.2.4        Ciri-ciri pelengap

Orang sering mencapuradukan pengertian objek dan pelengkap, hal ini disebabkan karena kedua konsep ini terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba..

(Alwi, et. al, 1998) menjelaskan persamaan dan perbedaan antar objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut.

 

Seringkali nomina memepunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya seolah-olah tidak bisa terpisahkan lagi.contohnya.

§         makna waktu

§         balik nama

§         kurang darah

gabungan verba atau adjektiva dengan nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva majemuk yang berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam kalimat.

 

5.      Ciri-Ciri Keterangan

(Suparman,1995;Alwi, et. al, 1998) menyatakan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan bahkan di tengah kalimat Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat mana suka.

Ada beberapa macam bentuk keterangan, yaitu:

1)      keterangan tempat ditandai oleh kata: di, ke, dari, dalam, pada;

2)      keterangan waktu ditandai oleh kata: pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang;

3)      keterangan alat ditandai oleh kata: dengan;

4)      keterangan tujuan ditandai oleh kata: agar/supaya, untuk, bagi, demi;

5)      keterangan cara ditandai oleh kata: dengan, secara ,dengan cara, dengan jalan;

6)      keterangan perbandingan ditandai oleh kata: seperti, bagaikan, laksana;

7)      keterangan sebab ditandai oleh kata: karena, sebab;

8)      keterangan akibat ditandai oleh kata: sehingga, sampai, akibatnya;

9)      keterangan alasan ditandai oleh kata: berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu;

10)  keterangan asal ditandai oleh kata: dari;

11)  keterangan perlawanan ditandai oleh kata: meskipun, walaupun;

12)  keterangan modalitas ditandai oleh kata: mustahil, barangkali, moga-moga.

 

2.3 Analisis Kalimat Berdasrkan Kategori

Analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penentuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Dan menurut (Verhaar, 1996) mengatakan, bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, advosisi (artinya, preposisi, atau posposisi). Dan (Alwi, et. al, 1998) membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kata tersebut adalah

1)      kata benda (nomina),

2)      kata sifat (adjektifa),

3)      kata kerja (verba),

4)      kata keterangan (adverbia),

5)      kata tugas.

 

2.3.1  Kata benda (nomina)

Kata benda adalah kategori yang secara sintaksis,

1)      Tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikal tidak,

2)      Mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari,(Kridalaksana, 1994).

Kata benda dapat dilihat dari tiga sisi, yakni segi semantik, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantik dapat dikatakan, kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. Dengan demkain, kata seperti guru, kucing , meja, dan kebangsaan adalah benda (nomina).

Dilihat dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu.

1)      Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap dapat diikuti oleh kata itu,dapat didahului oleh kata bilangan (Alwi, et. al, 1998; Kridalaksana, 1994).

Seperti pada contoh kalimat berikut.

1.      Pemerintah akan menetapkan penurunan harga BBM.

2.      Ayah mencarikan saya pekerjaan.

Kata pemerintah dan kata pekrjaan pada contoh di atas merupakan nomina.

2.      Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah bukan. Untuk mengikarkan seperti contoh kalimat, Ayah saya guru harus dipakai kata bukan: Ayah saya bukan guru.

3.      Umumnya, nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara lansung maupun diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.

Dari segi bentuknya, nomina terdiri atas dua macam, yakni

1.      Nomina yang terbentuk dari kata dasar, dan

2.      Nomina turunan.

Penurunan nomina ini dilakukan dengan,

1.      afiks,

2.      perulangan,

3.      pemejemukan.

Contoh nomina dasar adalah gambar, meja, rumah, pisau, tongkat, hukum, dan lain-lian. Dan contoh nomina turunan adalah daratan, pendaratan, kekosongan, persatuan, meja-meja, rumah makna, dan lain-lain.

Seperti yang telah disinggung, bahwa nomina mencakup pronomina dan numeralia. Oleh karena itu, pronomina dan numerelia akan diuraikan pada bagian ini.

1)      Pronomina adalah kata-kata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang sbuah subtansi dan dengan demekian justru mengganti namanya, (Ramlan, 1991).

Pronomina dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yakni (i) pronomina persona, (ii) pronomina penunjuk, (iii) pronomina penanya, (Alwi, et. al 1998).

1.      Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri(pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara(pronomina persona kedua), mengacu pada orang yang dibicarakan(pronomina ketiga).

2.      Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, dan pronomina ihwal, (Alwi, et. al, 1998; Keridalaksana, 1994).

a.       Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, anu. Sebagai pronomina, ini dan itu ditempatkan sesudah nomina yang dibatasinya. Orang juga memakai kedua pronomina itu sesudah nomina persona.

Untuk megisi kekesongan dalam proses berpikir ini orang memekai pronomina anu.

b.      Pronomina penunjuk tempat ialah sini, situ, atau sana. Karena menunjuk posisi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari. Perhatikan contoh berikut!

§         Mereka berangkat dari sini.

§         Bukannya ada di sini.

§         Bukan engkau pergi kesana.

c.       Pronomina penunjuk ihwal ialah begini, dan begitu. Titik pangkal perbedaanya sama dengan penunjuk lokasi: dekat (begini), jauh (begitu). Perhatikan contoh berikut!

§         Bapak mengatakan begini.

§         Jangan bebuat begitu lagi.

3.      Pronomina penanya pronomina yang digunakan sebagai pemarkah pertanyan. Dari segi makna, yang ditanyakan dapat mengenai,

a.       orang,

b.      barang, dan

c.       pilihan.

Peronomina siapa dipakai jika yang dinyatakan adalah orang  atau nama orang; apa bila barang; dan mana bila suatu piliahn tentang orang.

b.      Pronomina numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyak maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.

 

2.3.2  Kata kerja (verba)

Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan tindakan (Ramlan, 1991).

Ciri-ciri kata kerja dapat diketahui dangan mengamati,

1)      perilaku semantis,

2)      perilaku sintaksis,

3)      bentuk morfologisnya, (Alwi, et. al,1998).

Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu ciri-ciri yang disebut di atas.

1)      Dari segi semantisnya, verba memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Perhatikan contoh berikut!

1.      Pencuri itu lari.

2.      Mereka sedang berdiskusi di ruang depan.

Verba lari dan berdiskusi pada contoh di atas mengandung makna perbuatan, verba seperti ini dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan apa yang dilkukan oleh subjek?, dan dapat menjawab pertanyaan apa yang dilakukan oleh subjek?.

2)      Dari sintaksisnya, ketransitifanya verba ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

1.      Adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif. Perhatikan contoh berikut!

§         Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.

§         Sekrang orang sukar mencari pekerjaan.

2.      Kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut!

§         Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.

§         Sekarang pekerjaan sukar dicari orang.

 

2.3.3  Kata sifat (adjektiva)

Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat, (Alwi, et. al, 1998).Dan (Kridalaksana, 1994) mengkategorikan adjektiva dalam beberapa kategori, antara lain;

1)      Bergabung dengan partikel tidak,

2)      Mendampingi nomina,

3)      Didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak,

4)      Memepunyai ciri-ciri morfologis seperti -er-, -if, dan -i,

5)      Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.

Selanjutnya, adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbia kalimat. Fungsi adjektiva dan adverbial itu mengacu pada  suatu keadan. Perhatikan contoh berikut!

1.      Agaknya dia sudah mabuk.

2.      Adiknya berhasil dengan baik.

Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinan menyatkan kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat dapat dijelaskan dengan memperhatikan contoh berikut!

1.      Orang itu sangat kuat.

2.      Agak jauh juga pondoknya.

Tingkat bandingan dinyatakan antara lain oleh pemakain kata lebih dan paling di depan adjektiva. Perhatikan contoh berikut!

1.      Saya lebih senang di desa dari pada di kota.

2.      Dia palaing pintar di kelasnya.

2.3.4        Kata keterangan (adverbia)

 

Kata keterangan  (adverbia) adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, dan profesi dalm konstruksi sintaksis, (Kridalaksana, 1994). Dan (Ramlan, 1991) menjelaskan adverbia adalah kata yang menerangkan,

1)      Kata kerja dalam berbagai fungsinya,

2)      Kata keadaan dalam berbagai fungsinya,

3)      Kata keteranagan,

4)      Kata bilangan,

5)      Predikat kalimat, tidak peduli jenis kata apa predikat itu, dan

6)      Menegaskan subjek dan predikat kalimat

 

 



ANALISIS KALIMAT PADA ARTIKEL BERITA MENGENAI

“TELUR PALSU YANG SUDAH TERSEBAR DI MASYARAKAT”

 

Beberapa saat yang lalu masyarakat Indonesia dihebohkan oleh berita mengenai kemunculan telur palsu yang di pasarkan di banyak wilayah. Adapun orang yang menyebarkan berita palsu tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri dari telur palsunya, yaitu tidak mempunyai bau amis di dalamnya. Selain itu, putih telurnya lebih encer dengan disertai warna merah yang telah pudar. Tidak lama setelah berita ini beredar, banyak warga yang kemudian heboh sampai telur di pasaran menjadi menurun.

 

Berita mengenai telur palsu tersebut tidak sebatas merugikan para pedagang, namun juga berbagai kalangan karena telur sendiri adalah menghasilkan jenis protein yang terbaik. Tubuh membutuhkan protein yang berasal dari telur ayam di samping protein ikan yang asalnya dari lautan. Karena kandungannya yang dibutuhkan oleh tubuh tersebut, maka tidaklah mengherankan jika akhirnya bahan ini diolah menjadi berbagai jenis makanan.

 

Akan tetapi, Anda yang menjadi pembaca berita harus mengetahui bahwa berita tentang adanya telur palsu tersebut bukanlah berita yang benar. Ada oknum tidak bertanggung jawab yang kemudian menyebarkan berita palsu tersebut. Sehingga banyak orang yang merasa khawatir untuk mengkonsumsi telur setiap harinya.

 

Analisis kalimat berita di atas menggunakan kalimat yang panjang.

Kalimat yang panjang terjadi karena beberapa gagasan di tumpuk dalam sebuah pernyataan.

Pengunaan bagian yang sama contoh : ciri-ciri

Kalimat yang digunakan dalam berita mengenai telur palsu yang sudah tersebar di masyarakat adalah kalimat

Fasif. Ditinjau dari unsur pengisi fungsi subjek, kalimat pada naskah berita umumnya

menggunakan bentuk kalimat aktif. Karena dalam menyusun kalimat berita di atas hal yang

terpenting adalah informasi yang disampaikan harus mudah dipahami maksudnya oleh pembaca,  berita tersebut termasuk berita opini  karena peristiwa nya mengada-ngada,  bukan secara fakta.

 Ada beberapa terdapat kesalahan kalimat yang ditemukan pada naskah berita mengenai telur palsu yang sudah tersebar di masyarakat. Kesalahan-

kesalahan itu meliputi kesalahan kalimat, yaitu (1) penghilangan konjungsi bahwa, (2)

penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat, (3) penggunaan konjungsi yang tidak

tepat, (4) pengaburan predikat dengan kata yang, (6) pemisahan

bagian kalimat majemuk, (7) penggunaan kalimat yang panjang,  (8)

penggunaan bagian-bagian yang sama, (8) penggunaan unsur yang sama dalam kalimat mejemuk,

dan (9) ketidaksejajaran unsur-unsur dalam kalimat majemuk. Dengan demikian, penggunaan

kalimat dalam berita mengenai telur palsu yang sudah tersebar di masyarakat perlu dibenahi.


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Tiap kata atau frasa dalam kalimat memepunyai pungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Unsur-unsur ini terdapat dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, kelima unsur tersebut memang tidak selalu bersama-sama ada dalam suatu kalimat.

Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata (Alwi,et.al, 1998). Oleh karena itu, analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penetuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Hal ini senada dengan pendapat (Verhar,1996)yang mengatakan, bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, adposisi artinya, perosisi atau posposisi, dalam buku “Tata Baku Bahasa Indonesia.” (Alwi, et. al,1998) membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas kata tersebut adalah (i) kata benda (nomina), (ii) kata kerja (verbal), (iii) kata sifat (adjektiva), (iv) kata keterangan (adverbia), dan (v) kata tugas.

Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat. (Verhar, 1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini berkaitan dengan makna grametika/sintaksis. Dengan pengisian unsur peranan ini, dapat diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional tersebut.

 

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami ihwal seleruh isi makalah ini dapat menerapkan dalam konteks berbahasa yang baik dan benar.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alwi, H. et, al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, H. 2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori Sintaksis,Jakarta: Unika Atma Jaya.

Finoza Lamuddin. 1993, Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia.

2001, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Novia windi dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.

Ramlan, M. 1991. Pengelolaan Kata. Yogyakarta: CV Karyono.

Ramlan, M. 1996. Sintaksi. Yogyakarta: CV Karyono.

Sakri, A. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Rusyana dan Samsuri. 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: pusat pengembangan dan pembinaan bahasa.

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: gajah mada universitas press.

 

 

No comments:

Post a Comment