DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Ruang Lingkup................................................................................... 2
1.4 Tujuan.................................................................................................. 2
1.5 Manfaat............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kalimat.............................................................................. 4
2.2 Analisis Kalimat
Berdasarakan Fungsi................................................ 4
2.3 Analisis Kalimat Berdasrkan
Kategori................................................ 7
BAB III PENUTUP............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat
merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan
perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap
dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada
tataran kalimat adalah kata (misalanya, tidak) dan
frase atau kelompok kata (missalnya, tidak tahu). Kata dan frase
tidak dapat menugungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan
frase itu sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan
baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini
orang tidak tahu cara membedakan anatara kata, frase, dan kalimat. Oleh karena
itu, penulis lewat makalah ini dapat memberikan gambaran tantang kalimat.
Kalimat adalah bagian
ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya
menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat
dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru. Penetapan struktur bukanlah semata-mata gabungan atau ragkaian kata yang
tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat
harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penutur.
Sesungguhnya
yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya,
melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud
tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela
jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang
mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Alwi,et. al 1998;
Kridalaksana, 1985).
Kesulitan menganalisa
kalimat dalam membedakana antara O, P, Pel, K dalam sebuah
kalimat, perlu menyiapkan konsep yang matang tentang toeri kalimat.
Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk membantu rekan-rekan pembaca
dalam memantapkan konsep tentang kalimat.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai
dengan pokok permasalahan tema yang diangkat penulis, mengenai teknik-teknik
menganalisiss Kalimat, maka permasalahan seputar analis kalimat dapat
dijabarkan sebagai rumusan masalah sebagai berikut,
1. Berdasarkan
apa sajakah kita menganalisis sebuah kalimat.
2. Apa
sajakah ciri-ciri unsur-unsur pada sebuah kalimat.
3. Apa
yang membedakan antara keterangan dan pelengkap pada subuah unsur kalimat.
1.3 Ruang Lingkup
Pada pembahasan makalah
ini, penulis membatasi pembahasannya dalam menganalisis kalimat, penulis
membatasinya bertujuan untuk kejelasan dan adanya
sepesfikasi sehingga pembahasannya jelas dan akurat.
Adapun ruang lingkup
pada makalah ini adalah bagaimana ciri-ciri, perbedaan, dan hubungan
unsur-unsur penyusun kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan berdasarkan
peran.
1.4 Tujuan
Setiap tindakan harus
disertai dengan tujuan, demekian juga dengan makalah ini, ada tujuan khusus dan
tujuan umumnya.
1.3 .1 tujuan
umum
Setelah membaca makalah ini, pembaca
diharapkan mampu membedakan semua unsur-unsur penyusun kalimat, dan tidak ada
kerguan dalam membedakan jenis-jenis unsur kalimat.
1.4.2 tujuan
khusus
Diharapkan mahasiswa
memehami ihkwal seluruh tentang kalimat, dan mengenal hakikat fungsi, kategori,
dan peran unsur-unsur pembentuk kalimat. Setelah itu, dilanjutkan dengan
pembicaraan tentang cara menganalisis kalimat dari segi fungsi, kategori, dan
peran sehingga setelah membaca makalah ini mahasiswa tidak ada masalah lagi
mengenai kalimat.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat
bagi perguran tinggi
Dilihat dari isi
makalah, diambil dari berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapt ahli
dalam bidang bahasa, sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kalimat
secara teoritis. Sehingga bisa dijadikan tambahan referensi dalam proses
belajar mengajar.
1.5.2 Manfaat
bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu
menganilisis kalimat baik berdasarkan fungsi, peranan, maupun kategorinya. Dan
dapat megetahui secara jelas peranan-peranan unsur penuyusun kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Seperti
kita ketahui, bahwa bahasa itu terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk
dan lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan bentuk
tersebut. Bentuk bahasa terdiri
dari atas satuan-satuan yang s dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan
fonologi dan satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi fonem dan suku,
sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan
morfem.
2.2 Analisis
Kalimat Berdasarakan Fungsi
Tiap
kata atau frase dalam kalimat memepunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata
frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian
hubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangakat
sedemikian rupa sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah
struktur.kadang-kadang sebuah kalimat terdiri atas sebuah subjek dan prdikat (S
– P), Subjek – predikat – objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S
– P – K), Subjek – Predikat – Pelengkap (S – P – Pel), Subjek – Predikat –
Objek – Keterangan (S – P – O – K), atau Subjek – Predikat – Pelengkap –
Keterangan (S – P – Pel – K).
2.1.1 Ciri-ciri
subjek
Yang dimaksud dengan subjek
adalah sesuatu yang dianggap berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberikan
sesuatu. Perhatikan contoh kalimat berikut ini!
1) Mereka bergembira.
2) Rumah itu
bagus sekali.
Oleh karena subjek itu
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, maka sudah semestinya terbentuk dari
kata benda, seperti kata (mereka, dan rumah) pada contoh di
atas.
Untuk menentukan subjek,
kita dapat mengunakan kata tanya apa atau siapa. Berdasarkan
urain di atas dapat kita temui ciri-ciri dari sebuah subjek.
1) Tentangnya
diberitakan sesuatu,
2) Dibentuk
dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan
3) Dapat
bertanya dengan kata tanya apa atau siapa di
hadapan predikat.
2,2.2 ciri-ciri
predikat
Predikat
adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri. Dan
menurut ahli, predikat kalimat biasanya berupa frase verbal atau frase
adjektival, (Alwi,et. al, 1998). Predikat merupakan unsur
klausa yang selalu ada dan merupakan pusat klausa karena memiliki hubungan
dengan unsur-unsur lainnya, yaitu S, O, dan K, (Ramlan 1996). (Sakri,
1995)mengatakan, bahwa predikat itu sebagai puncak kerja yang menduduki
jabatan uraian dan menyatakan tindakan atau perbuatan. Dan (Suparman,
1998)memberikan penjelasan predikat dengan menyebutkan ciri-ciri atau
penanda formal predikat tersebut, yaitu
1) Penunjuk
aspek: sudah, sedang, akan, yang selalu di depan predikat.
2) Kata
kerja bantu: boleh, harus, dapat.
3) Kata penunjuk modal: mungkin, seharusnya,
jangan-jangan.
4) Beberapa keterangan lain: tidak, bukan, justru,
memang, yang biasanya terletak di antara S dan P.
2.2.3 ciri-ciri
objek
Objek
adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa
verba transitif pada kalimat aktif. Objek selalu diletakan setelah
predikat. Dengan demekian, objek dapat dikeneli dengan memperhatikan:
1) Jenis
predikat yang melengkapinya, dan
2) Ciri
khas objek itu sendiri.
Biasanya, verba
transitif ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks -kan dan -i serta prefiks meng- umumnya
merupakan pembentuk verba transitif. Perhatikan contoh kalimat
berikut!
1) Rudi
Hartono menundukan Icuk
2) Andi
mengunjungi Pak Rustam
Objek pada kalimat aktif transitf akan
menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti pada contoh di bawah ini.
1) Pembantu membersihkan ruangan
saya.
S P O
2) Ruangan
saya dibersihkan oleh pembantu.
S P O
Potensi
ketersulihan unsur objek dengan -nya dan mengdepannya sebagai
subjek kalimat pasif merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap
yang berupa dari nomina atau frase nomina.
2.2.4 Ciri-ciri
pelengap
Orang sering
mencapuradukan pengertian objek dan pelengkap, hal ini disebabkan karena kedua
konsep ini terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud
nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang
verba..
(Alwi, et. al,
1998) menjelaskan persamaan
dan perbedaan antar objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai
berikut.
Seringkali nomina
memepunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya seolah-olah
tidak bisa terpisahkan lagi.contohnya.
§ makna
waktu
§ balik
nama
§ kurang
darah
gabungan verba atau
adjektiva dengan nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva majemuk yang
berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam kalimat.
5. Ciri-Ciri
Keterangan
(Suparman,1995;Alwi, et.
al, 1998) menyatakan Keterangan
merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah
letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan bahkan di tengah kalimat
Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat mana suka.
Ada beberapa macam
bentuk keterangan, yaitu:
1) keterangan tempat ditandai oleh kata: di, ke,
dari, dalam, pada;
2) keterangan waktu ditandai oleh kata: pada, dalam,
se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang;
3) keterangan alat ditandai oleh kata: dengan;
4) keterangan tujuan ditandai oleh kata: agar/supaya,
untuk, bagi, demi;
5) keterangan cara ditandai oleh kata: dengan,
secara ,dengan cara, dengan jalan;
6) keterangan perbandingan ditandai oleh kata: seperti,
bagaikan, laksana;
7) keterangan sebab ditandai oleh kata: karena,
sebab;
8) keterangan akibat ditandai oleh kata: sehingga,
sampai, akibatnya;
9) keterangan alasan ditandai oleh kata: berdasar hal
itu, sehubungan dengan hal itu;
10) keterangan asal ditandai oleh kata: dari;
11) keterangan perlawanan ditandai oleh kata: meskipun,
walaupun;
12) keterangan modalitas ditandai oleh kata: mustahil,
barangkali, moga-moga.
2.3 Analisis Kalimat Berdasrkan Kategori
Analisis kalimat
berdasarkan kategori merupakan penentuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur
kalimat tersebut. Dan menurut (Verhaar, 1996) mengatakan,
bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti
nomina, verba, adjektiva, adverbia, advosisi (artinya, preposisi, atau
posposisi). Dan (Alwi, et. al, 1998) membagi kelas kata ke
dalam lima kelas. Kata tersebut adalah
1) kata
benda (nomina),
2) kata
sifat (adjektifa),
3) kata
kerja (verba),
4) kata
keterangan (adverbia),
5) kata
tugas.
2.3.1 Kata benda (nomina)
Kata benda adalah
kategori yang secara sintaksis,
1) Tidak
mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikal tidak,
2) Mempunyai
potensi untuk didahului oleh partikel dari,(Kridalaksana, 1994).
Kata benda dapat dilihat
dari tiga sisi, yakni segi semantik, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi
semantik dapat dikatakan, kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda dan konsep atau pengertian. Dengan demkain, kata
seperti guru, kucing , meja, dan kebangsaan adalah benda
(nomina).
Dilihat dari segi
sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu.
1) Dalam
kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek,
objek, atau pelengkap dapat diikuti oleh kata itu,dapat didahului
oleh kata bilangan (Alwi, et. al, 1998; Kridalaksana, 1994).
Seperti pada contoh
kalimat berikut.
1. Pemerintah akan
menetapkan penurunan harga BBM.
2. Ayah
mencarikan saya pekerjaan.
Kata pemerintah dan kata
pekrjaan pada contoh di atas merupakan nomina.
2. Nomina
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya
adalah bukan. Untuk mengikarkan seperti contoh kalimat, Ayah
saya guru harus dipakai kata bukan: Ayah saya bukan guru.
3. Umumnya,
nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara lansung maupun diantarai oleh
kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah
mewah atau buku yang baru dan rumah yang
mewah.
Dari segi bentuknya,
nomina terdiri atas dua macam, yakni
1. Nomina
yang terbentuk dari kata dasar, dan
2. Nomina
turunan.
Penurunan nomina ini
dilakukan dengan,
1. afiks,
2. perulangan,
3. pemejemukan.
Contoh nomina dasar
adalah gambar, meja, rumah, pisau, tongkat, hukum, dan lain-lian. Dan
contoh nomina turunan adalah daratan, pendaratan, kekosongan, persatuan,
meja-meja, rumah makna, dan lain-lain.
Seperti yang telah
disinggung, bahwa nomina mencakup pronomina dan numeralia. Oleh karena itu,
pronomina dan numerelia akan diuraikan pada bagian ini.
1) Pronomina
adalah kata-kata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang sbuah subtansi dan
dengan demekian justru mengganti namanya, (Ramlan, 1991).
Pronomina dalam bahasa
Indonesia ada tiga macam, yakni (i) pronomina persona, (ii) pronomina penunjuk,
(iii) pronomina penanya, (Alwi, et. al 1998).
1. Pronomina
persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina
persona dapat mengacu pada diri sendiri(pronomina persona pertama),
mengacu pada orang yang diajak bicara(pronomina persona kedua),
mengacu pada orang yang dibicarakan(pronomina ketiga).
2. Pronomina
penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu pronomina penunjuk umum,
pronomina penunjuk tempat, dan pronomina ihwal, (Alwi, et. al, 1998;
Keridalaksana, 1994).
a. Pronomina
penunjuk umum ialah ini, itu, anu. Sebagai pronomina, ini dan itu ditempatkan
sesudah nomina yang dibatasinya. Orang juga memakai kedua pronomina itu sesudah
nomina persona.
Untuk megisi kekesongan
dalam proses berpikir ini orang memekai pronomina anu.
b. Pronomina penunjuk tempat ialah sini, situ, atau sana. Karena
menunjuk posisi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu
arah, di/ke/dari. Perhatikan contoh berikut!
§ Mereka
berangkat dari sini.
§ Bukannya
ada di sini.
§ Bukan
engkau pergi kesana.
c. Pronomina penunjuk ihwal ialah begini, dan begitu. Titik
pangkal perbedaanya sama dengan penunjuk lokasi: dekat (begini), jauh
(begitu). Perhatikan contoh berikut!
§ Bapak
mengatakan begini.
§ Jangan
bebuat begitu lagi.
3. Pronomina
penanya pronomina yang digunakan sebagai pemarkah pertanyan. Dari segi makna,
yang ditanyakan dapat mengenai,
a. orang,
b. barang,
dan
c. pilihan.
Peronomina siapa dipakai
jika yang dinyatakan adalah orang atau nama orang; apa bila
barang; dan mana bila suatu piliahn tentang orang.
b. Pronomina
numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyak
maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
2.3.2 Kata kerja (verba)
Kata kerja (verba)
adalah kata yang menyatakan tindakan (Ramlan, 1991).
Ciri-ciri kata kerja
dapat diketahui dangan mengamati,
1) perilaku
semantis,
2) perilaku
sintaksis,
3) bentuk
morfologisnya, (Alwi, et. al,1998).
Dibawah ini akan
dijelaskan satu persatu ciri-ciri yang disebut di atas.
1) Dari segi semantisnya, verba memiliki makna inheren yang
terkandung di dalamnya. Perhatikan contoh berikut!
1. Pencuri
itu lari.
2. Mereka
sedang berdiskusi di ruang depan.
Verba lari dan berdiskusi pada
contoh di atas mengandung makna perbuatan, verba seperti ini dapat menjadi
jawaban untuk pertanyaan apa yang dilkukan oleh subjek?, dan
dapat menjawab pertanyaan apa yang dilakukan oleh subjek?.
2) Dari
sintaksisnya, ketransitifanya verba ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang
berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif. Perhatikan
contoh berikut!
§ Rakyat
pasti mencintai pemimpin yang jujur.
§ Sekrang
orang sukar mencari pekerjaan.
2. Kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam
kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut!
§ Pemimpin
yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.
§ Sekarang
pekerjaan sukar dicari orang.
2.3.3 Kata sifat (adjektiva)
Kata sifat (adjektiva)
adalah kata yang memberi keterangan yang lebih khusus tentang yang dinyatakan
oleh nomina dalam kalimat, (Alwi, et. al, 1998).Dan (Kridalaksana,
1994) mengkategorikan adjektiva dalam beberapa kategori, antara lain;
1) Bergabung
dengan partikel tidak,
2) Mendampingi
nomina,
3) Didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak,
4) Memepunyai
ciri-ciri morfologis seperti -er-, -if, dan -i,
5) Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Selanjutnya, adjektiva
juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbia kalimat. Fungsi adjektiva
dan adverbial itu mengacu pada suatu keadan. Perhatikan contoh
berikut!
1. Agaknya
dia sudah mabuk.
2. Adiknya
berhasil dengan baik.
Adjektiva juga dicirikan
oleh kemungkinan menyatkan kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang
diterangkannya. Perbedaan tingkat dapat dijelaskan dengan
memperhatikan contoh berikut!
1. Orang
itu sangat kuat.
2. Agak jauh
juga pondoknya.
Tingkat bandingan
dinyatakan antara lain oleh pemakain kata lebih dan paling di depan adjektiva.
Perhatikan contoh berikut!
1. Saya
lebih senang di desa dari pada di kota.
2. Dia
palaing pintar di kelasnya.
2.3.4 Kata
keterangan (adverbia)
Kata
keterangan (adverbia) adalah kategori yang dapat mendampingi
adjektiva, numerelia, dan profesi dalm konstruksi sintaksis, (Kridalaksana,
1994). Dan (Ramlan, 1991) menjelaskan adverbia adalah
kata yang menerangkan,
1) Kata
kerja dalam berbagai fungsinya,
2) Kata
keadaan dalam berbagai fungsinya,
3) Kata
keteranagan,
4) Kata
bilangan,
5) Predikat
kalimat, tidak peduli jenis kata apa predikat itu, dan
6) Menegaskan
subjek dan predikat kalimat
ANALISIS KALIMAT PADA ARTIKEL BERITA MENGENAI
“TELUR
PALSU YANG SUDAH TERSEBAR DI MASYARAKAT”
Beberapa saat yang lalu
masyarakat Indonesia dihebohkan oleh berita mengenai kemunculan telur palsu
yang di pasarkan di banyak wilayah. Adapun orang yang menyebarkan berita palsu
tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri dari telur
palsunya, yaitu tidak mempunyai bau amis di dalamnya. Selain itu, putih
telurnya lebih encer dengan disertai warna merah yang telah pudar. Tidak lama
setelah berita ini beredar, banyak warga yang kemudian heboh sampai telur di
pasaran menjadi menurun.
Berita mengenai telur palsu
tersebut tidak sebatas merugikan para pedagang, namun juga berbagai kalangan
karena telur sendiri adalah menghasilkan jenis protein yang terbaik. Tubuh
membutuhkan protein yang berasal dari telur ayam di samping protein ikan yang
asalnya dari lautan. Karena kandungannya yang dibutuhkan oleh tubuh tersebut,
maka tidaklah mengherankan jika akhirnya bahan ini diolah menjadi berbagai
jenis makanan.
Akan tetapi, Anda yang
menjadi pembaca berita harus mengetahui bahwa berita tentang adanya telur palsu
tersebut bukanlah berita yang benar. Ada oknum tidak bertanggung jawab yang
kemudian menyebarkan berita palsu tersebut. Sehingga banyak orang yang merasa
khawatir untuk mengkonsumsi telur setiap harinya.
Analisis kalimat berita di
atas menggunakan kalimat yang panjang.
Kalimat yang panjang
terjadi karena beberapa gagasan di tumpuk dalam sebuah pernyataan.
Pengunaan bagian yang sama
contoh : ciri-ciri
Kalimat yang digunakan
dalam berita mengenai telur palsu yang sudah tersebar di masyarakat adalah
kalimat
Fasif. Ditinjau dari unsur
pengisi fungsi subjek, kalimat pada naskah berita umumnya
menggunakan bentuk kalimat
aktif. Karena dalam menyusun kalimat berita di atas hal yang
terpenting adalah informasi
yang disampaikan harus mudah dipahami maksudnya oleh pembaca, berita tersebut termasuk berita opini karena peristiwa nya mengada-ngada, bukan secara fakta.
Ada beberapa terdapat kesalahan kalimat yang
ditemukan pada naskah berita mengenai telur palsu yang sudah tersebar di
masyarakat. Kesalahan-
kesalahan itu meliputi
kesalahan kalimat, yaitu (1) penghilangan konjungsi bahwa, (2)
penggunaan dua konjungsi
dalam kalimat majemuk bertingkat, (3) penggunaan konjungsi yang tidak
tepat, (4) pengaburan
predikat dengan kata yang, (6) pemisahan
bagian kalimat majemuk, (7)
penggunaan kalimat yang panjang, (8)
penggunaan bagian-bagian
yang sama, (8) penggunaan unsur yang sama dalam kalimat mejemuk,
dan (9) ketidaksejajaran
unsur-unsur dalam kalimat majemuk. Dengan demikian, penggunaan
kalimat dalam berita
mengenai telur palsu yang sudah tersebar di masyarakat perlu dibenahi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tiap
kata atau frasa dalam kalimat memepunyai pungsi yang mengaitkannya dengan kata
atau frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis
artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis
utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Unsur-unsur ini terdapat dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, kelima unsur
tersebut memang tidak selalu bersama-sama ada dalam suatu kalimat.
Kategori
sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata (Alwi,et.al,
1998). Oleh karena itu, analisis kalimat berdasarkan kategori
merupakan penetuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Hal
ini senada dengan pendapat (Verhar,1996)yang mengatakan, bahwa
kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti nomina,
verba, adjektiva, adverbia, adposisi artinya, perosisi atau posposisi, dalam
buku “Tata Baku Bahasa Indonesia.” (Alwi, et. al,1998) membagi
kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas kata tersebut adalah (i) kata benda
(nomina), (ii) kata kerja (verbal), (iii) kata sifat (adjektiva), (iv) kata
keterangan (adverbia), dan (v) kata tugas.
Analisis
kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional
kalimat. (Verhar, 1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah
segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini berkaitan dengan
makna grametika/sintaksis. Dengan pengisian unsur peranan ini, dapat diketahui
makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional tersebut.
3.2 Saran
Dengan
adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca,
mempelajari serta memahami ihwal seleruh isi makalah ini dapat
menerapkan dalam konteks berbahasa yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. et, al. 1998.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, H.
2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori Sintaksis,Jakarta:
Unika Atma Jaya.
Finoza Lamuddin.
1993, Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia.
2001, Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Novia windi dkk. 2006. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Surabaya:
Kashiko.
Ramlan, M. 1991. Pengelolaan
Kata. Yogyakarta: CV Karyono.
Ramlan, M. 1996. Sintaksi. Yogyakarta:
CV Karyono.
Sakri, A. 1995. Bangun
Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.
Rusyana dan Samsuri.
1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: pusat pengembangan
dan pembinaan bahasa.
Verhaar, J.W.M.
1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: gajah mada universitas
press.
No comments:
Post a Comment