KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga mampu menyelesaikan makalah mata kuliah Kompetensi Dasar Mengajar
yang tepat pada waktunya dengan judul “Penelitian
Tindakan Kelas”.
Makalah ini berisikan tentang penjelasan penelitian tindakan
kelas. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada para pembaca umumnya khususnya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, disampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amiiin..
Lubuklinggau,
April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Kelas............................................................ 2
2.2 Jenis-jenis
Penelitian Tindakan Kelas................................................................... 4
2.3 Metodologi
Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................................................................. 18
3.2
Saran................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para penyelenggara pendidikan
khususnya yang berada pada jalur sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik
dari masyarakat, pemerintah, orang tua dan bahkan siswa sendiri tentang
berbagai hal mulai dari nilai UAS, UNAS yang menurun , penguasaan materi pelajaran
oleh siswa yang kurang memuaskan, kurangnya kreativitas pembelajaran , dan
sikap penolakan terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas dari
luar tugas pokok yang dibebankan guru. (trianto, 2012: 1)
Oleh karenanya perlu upaya untuk melepaskan kritik-kritik
tersebut salah satunya adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam makalah ini kita akan membahas lebih
mendalam tentang konsep dasar PTK, jenis-jenis PTK, metodologi PTK, dan prosedur
perencanaan PTK.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Penelitian
Tindakan Kelas?
2. Bagaimana jenis-jenis Penelitian
Tindakan Kelas?
3. Bagaimana metodologi Penelitian dan
prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep
dasar dan macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis
Penelitian Tindakan Kelas.
3. Untuk mengetahui bagaimana
metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan
Kelas
A. Pengertian Penelitian Tindakan
Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris
Classroom action Research, yaitu
berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat
tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh
Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya. (Trianto,
2012:13 )
Penelitian kulaitatif
yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam
pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajarannya. Jika kita perhatikan,
maka titik tumpu (orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian
dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang
secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto,
2012:13 )
Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan guru yang dilakukan siswa. (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah usaha mengamati kegiatan belajar mengajar
dikelas dan mengaplikasi atau menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan
memperbaiki kondisi yang ada. Dalam
penelitian tindakan kelas berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata
lain praktik.
B. Ruang Lingkup Bidang Kajian
Penelitian Tindakan Kelas
1. Masalah belajar siswa disekolah,
termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas,
kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
2. Desain dan strategi pembelajaran di
kelas yang meliputi, tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajran, interaksi di
dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.
3. Alat bantu, media dan sumber
belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media
perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas, peningkatan hubungan
antara sekolah dan masyarakat.
4. Sistem asesmen dan evaluasi proses
dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi
awal dan hasil pembelajran dan pengembangan instrumen asesmen berbasis
kompetensi).
5. Pengembangan pribadi peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk dalam tema ini antara
lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan
keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang tua dalam PBM,
peningkatan konsep diri peserta didik.
6. Masalah kurikulum yang termasuk
dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum misalnya KBK atau KTSP,
urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan
siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )
C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
1) Untuk memecahkan masalah, tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan
tindakan yang dilakukan.
2) Untuk meningkatkan kegiatan nyata
guru dalam pengembangan profesionalnya.
3) Untuk memperbaiki berbagai persoalan
nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
(Suharsimi,2011: 60)
D. Karakteristik Penelitian Tindakan
Kelas
1. Merupakan salah satu bagian dari
strategi penelitian kualitatif dengan model konstruktivis, yang digunakan untuk
mendeskripsikan clan pengambilan keputusan secara kritis berdasarkan rekaman,
pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil tindakan.
2. Bersifat siklus dan sikuensial.
Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang. Sikuensial artinya
pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara berurutan.
3. Bersifat longitudinal., artinya
berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue untuk memperoleh data
yang diperlakukan.
4. Bersifat partikular-spesifik,
artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi penemuan dalam
rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua situasi.
5. Bersifat partisipatoris, artinya
proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya perubahan cara belajar siswa,
tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar yang diteliti) harus terjadi
perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
6. Bersifat kolaboratif atau
kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara guru atau
peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
7. Bertujuan mengubah keadaan nyata
sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )
2.2 Jenis-jenis Penelitian Tindakan
Kelas
1. Penelitian Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun
kea rah tindakan. Dalam bentuknya yang
paling jelas penelitian tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut:
Agen penelitiannya memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika
karena diundang. Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang
oleh Dinas Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu
SMK, yang siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara
fungsional dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses
pembelajaran bahasa Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa
sumber belajar yang ada, dan sebagainya.
Ia kemudian menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai
rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan
diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu
sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak
terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh
perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil
tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang
sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan
keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan
dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
Rekomendasi itu sendiri tidak diuji
sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu
dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman
masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli
penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang
sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah
kelemahan penelitian jenis.
2. Penelitian Tindakan Partisipan
Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena
dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak
selalu mendorong dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti
dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan.
Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan
melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal.
Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan
program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program
tindakan tersebut.
Contoh penelitian tindakan jenis ini
dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus
berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis /
menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan
yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya
adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti,
yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.
3. Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian tindakan jenis ini adalah melakukan
sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses
penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Sebuah contoh dapat
diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat
adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di
depan forum dosen, dan dia sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang
sama. Dia mengajak semua dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang
mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa
simpulan ditarik dari pengalaman dengan satu kelompok atau beberapa kelompok
yang berbeda dalam berbagai segi yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan,
penelitian tindakan empiris dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara
bertahap prinsip yang secara umum sahih.
Penelitian
jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a. Banyak organisator dan pimpinan
kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis tindakan secara
eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b. Pelaku penelitian yang juga dibebani
dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk
mencatat secara lengkap amatannya atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat
melakukan amatan itu sendiri.
c. Jika penyimpanan catatan benar-benar
memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan
usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
d. Bahkan dengan niat yang terbaik
sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar obyektif dalam
menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor luar selalu mempengaruhi apa
yang terjadi dalam situasi kelompok, dan penafsiran terhadap pengaruhnya selalu
agak subjektif.
4.
Penelitian Tindakan Eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental adalah penelitian yang
berbagai teknik tindakannya sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara
untuk mencapai sesuatu.
Dari
semua jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial
terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang
menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan
tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan
dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a. Keterbatasan kemampuan peneliti
dalam membuat prediksi keakuratannya;
b. Kekurang mampuan peneliti dalam
mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c. Kekurang mampuan peneliti dalam
melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program
penelitiannya dari awal direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana
yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang
perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa
penelitian tindakan eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan
dan kerja sama yang sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program
tersebut.
Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan
oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya
kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik
secara optimal.
2.3 Metode Penelitian Tindak Kelas
A.
Setting
Setting artinya penelitian perlu diuraikan secara rinci
karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan yang telah
dilakukan. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan
antara setting sekolahnya dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto,
2010:53). Setting yaitu lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus
diperhatikan dalam melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju
untuk PTK.
Dalam setting ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan
waktu penelitian. Sebagai contoh penelitian dilakukan pada siswa kelas X
Semester genap Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009
(Trianto, 2010:53).
Berkaitan dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK
include dengan jadual PBM maka waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang
telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang
tindih materi yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan
uji akhir dapat dilakukan di dalam ataupun di luar jam pelajaran. Berikut
disajikan contoh waktu atau jadual pengambilan data dalam PTK (Trianto,
2010:53).
Contoh waktu kegiatan PTK
No
|
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1
|
Tes
Awal
|
3
agustus 2009 (minggu l)
|
2
|
Pelaksanaan
tindakan
|
10,
17, 24 agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
|
3
|
Tes
akhir
|
1
september 2009
|
B.
Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data
penelitian, antara lain angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan
lain sebagainya. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu
instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga
diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam
benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan
pengamatan , soal tes, inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel
Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No
|
Jenis Metode
|
Jenis Instrumen
|
1
|
Angket (questionnaire)
|
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (check list)
Skal (scale), inventori (invertory)
|
2
|
Wawancara (interview)
|
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (check list)
|
3
|
Pengamatan (observation)
|
Lembar pengamatan (observation sheet),
Panduan pengamatan/observasi
(observation schedule)
Daftar cocok (check list)
|
4
|
Ujian atau tes (test)
|
Soal ujian, soal tes atau tes (test)
Inventori (inventory)
Daftar cocok (check list)
Tabel (table)
|
C. Jenis
Instumen Pengumpulan Data
Instumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam
pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel
yang diamati. Triangsuran dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan
untuk menjamin validitas data.
Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil
penelitian. Ini biasa disebut dengan catatan lapangan. Berikut disajikan
beberapa contoh instrumen penjaring data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
1.
Catatan Lapangan
Masalah utama dalam observasi adalah bagaimana bisa
mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab seringkali tidak
mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk kemudian
mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Agar tidak lupa
mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan adanya pencatatan tambahan
dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan Harian; dan (3) Log Lapangan.
Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas bergaris. Rincian mengenai nama
observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan hendaknya dikemukakan.
Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
2.
Angket (questionnaire)
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada seseorang (responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan
tertulis. Angket juga diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan
respons sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi
dua jenis. Pertama, angket terbuka.
Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket terbuka
adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka
digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan
alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket tertutup. Angket tertutup
yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
tinggal memberikan tanda centang (√ )
pada kolom atau tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
3.
Daftar Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang
pengisiannya dilakukan oleh responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan
memberikan tanda centang (√) pada
tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan semacam
angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau centang.
Dalam pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang
pelaksanaannya di lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun
data yang terekam tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup
kaya dalam perekaman data lapangan.
4.
Lembar Pengamatan (Observasi)
Selain menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas
dalam arti pengamat (peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian
(momen) dalam pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat
terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi
langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa
frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh lembar pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar
pengamatan aktivitas guru dalam mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa
dalam PMB.
a. Lembar pengamatan aktivitas guru
dalam mengelola PMB
b. Lembar ini dipergunakan untuk
mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah
yang harus dilakukan guru.
c. Lembar ini dipergunakan untuk
mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang
harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5.
Wawancara (interview)
Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan
dengan masalah pembelajaran. Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap
sulit, atau apakah model pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara
yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah jenis wawancara dimana
pertanyaan-pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan
pada wawancara tidak struktur pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat
(Trianto, 2010:61).
6.
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat
ketuntasan belajar siswa, berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes
ini terdiri dari tes produk dan tes proses (Trianto, 2010:61).
D. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik-teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Pemberian Tes
Pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses
pembelajaran dimulai (pretest) dan sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada
2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes produk untuk mengukur aspek kognitif yang
telah dimiliki siswa. Dengan kata lain tes proses ini digunakan untuk
mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan belajar siswa, dan sensitivitas butir
soal yang digunakan.
2. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan
aktivitas siswa selama pembelajaran.
3. Penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran
penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Angket dapat berupa komentar (angket terbuka)
atau pun pertanyaan-pertanyaan yang telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga
siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup)
(Trianto, 2010:62).
E. Teknik
Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.
Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati
digunakan teknik prosentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas
dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan dengan 100.
Persentase respon siswa X 100%
Dimana :
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
Realiabilitas instrumen pengamatan
aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer agreement. Pada saat uji
coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama untuk mengamati
karakteristik yang sama. Rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:
Percentage
of agreement = 100% [ 1-A – B ]
(Borich, 1994:385)
A+B
Keterangan :
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat
yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat
yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien
reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
2.
Analisis Tes Hasil Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar
siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses,
dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu
sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat dikuasi siswa dengan cara
menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa
seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB =
x 100 %
Dimana : KB =
ketuntasan belajar
T =
jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan
individu) jika proposal jawaban benar siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir soal diperoleh
dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek pembelajaran.
Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang sensitif
akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan
sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan
jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity = (Groundlund, 1982)
Keterangan :
Ra = jumlah siswa
yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah siswa
yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken (1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila
sensitivitas berada antara 0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan
bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S 0,30 (Trianto, 2010:63-64).
3.
Matriks Metode Penelitian
Matriks penelitian dibuat untuk
memudahkan penentuan sistematika atau prosedur penelitian. Matriks ini berisi
tujuan penelitian, variabel, definisi operasional variabel, instrumen
penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, dan analisis data (Trianto,
2010:64).
Ø Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas
Dalam melaksanakan penelitian
tindakan kelas, langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pengembangan/Penetapan
Fokus Penelitian
a. Merasakan
adanya masalah
Permasalahan yang diangkat dalam
Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati
oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang
disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan tersebut dapat
bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan interaksi
pembelajaran.
b. Identifikasi
Masalah
Pada tahap ini yang penting
dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual
yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru
dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
c. Analisis
Masalah
Setelah memperoleh sekian banyak
permasalahan melalui proses identifikasi, maka
selanjutnya melakukan analisis terhadap
masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini
nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi (pembatasan
masalah).
d. Perumusan
Masalah
Setelah menetapkan fokus penelitian,
maka perlu dilakukan perumusan masalah secara lebih jelas, spesifik, dan
operasional.
2. Perencanaan Tindakan
a.
Perumusan/Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat
maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik dibidang
pembelajaran
2) kajian hasil penelitian yang
relevan
3) diskusi dengan teman sejawat
4) kajian pendapat para pakar
5)merefleksi pengalaman sendiri
sebagai guru
b. Analisis
Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah ini peneliti perlu
mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari
segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa
implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus
dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
langkah ini diantaranya:
1) membuat skenario pembelajaran
2)mempersiapkan fasilitas/sarana
pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan cara merekan dan
menganalisis data
4)melakukan simulasi pelaksanaan
tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan Tindakan dan
Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua kegiatan persiapan
selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian
dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam
siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga
dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.
b. Observasi dan Interpretasi
Dalam
penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala
peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung
dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada
kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil
observasi.
c.
Diskusi
balikan
Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan
yang banyak jika pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari
waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat,
diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan pengamat,
dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan untuk
menentukan perencanaan selanjutnya.
4. Analisis dan
Refleksi
a. Analisis data
Analisis data adalah proses
menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan secara
urut/sistematis dan rasional untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis data yang
bersifat kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data,
paparan data, dan penyimpulan.
Reduksi data yaitu proses penyederhanaan
yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah
menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu proses penampilan data
secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular,
matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah
proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisir tersebut
dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang singkat dan padat.
Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis
statistik.
b.
Refleksi
telah dan atau yang tidak terjadi, apa yang telah
dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang
telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan
langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuanpenelitian tindakan
kelasyang ditetapkan.
Dengan perkataan lain refleksi merupakan pengkajian
terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk
menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai akhir.
5. Perencanaan
Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan
menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila hasilnya belum
memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan, maka perlu dilakukan tindakan
perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau bila
perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi
masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang diteliti belum
tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus
dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke 1 yaitu
perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada siklus 2 permasalahan telah
terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan siklus 3. Namun
jikapada siklus 2 masalahnya belum terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka
perlu dilanjutkan dengan siklus ke 3, dan seterusnya.
Dalam dalam penelitian tindakan kelas jumlah siklus
sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada
permasalahannya. Ada penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus,
tetapi ada juga yang memerlukan beberapa siklus.
Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam
penelitian tindakan kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang
diteliti.
Menurut
Lewis (dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu
meliputi:
·
Mengidentifikasi
gagasan/ permasalahan umum
·
Melakukan
pengecekan di lapangan
·
Membuat
perencanaan umum
·
Mengembangkan
tindakan pertama
·
Mengimplementasikan
tindakan pertama
·
Mengevaluasi
·
Merevisi
perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.
1. Merasakan dan mengidentifikasi
masalah
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara
lebih professional, guru harus mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai
kelemahan yang masih terdapat dalam inplementasi program pembelajaran yang di
kelolanya. Guru harus mampu merenung, berfikir,
dan merefleksi mengenai apa saja kekurangan yang telah dilakukannya dalam proses
pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal yang mungkin ada
kelemahannya.
2. Formulasi solusi dalam bentuk
hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika
suatu tindakan dilakukan. Dari suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan
diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika
tindakan ini dilakukan dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan
masalah yang baik” atau “jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka
tindakan tersebut merupakan perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.
3. Perencanaan tindakan
Di dalam langkah persiapan ini, peneliti membuat rancangan
tindakan pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti
perlu membuat rancangan dan prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan
sebagai berikut.
a. Perancangan model PTK sesuai dengan
permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas diatur
sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b. Pengidentifikasian komponen-komponen
pendukung yang diperlukan.
c. Penyusunan rancangan tindakan sesuai
dengan model PTK dan jadwal.
d. Persiapan segala sesuatu yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi, materi, alat
perangkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan
yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu
masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas,
alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan
hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di lapangan
membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan
tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
3.2 Saran
Kita sebagai guru sebaiknya
mengetahui dan memahami Penelitian Tindakan Kelas agar mampu memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan.
Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, d. (2011). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Insan Cendekia.
Syamsuddin,
AR. & Vismaia, S. (2011) Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
No comments:
Post a Comment