9 November 2016

Makalah Tindakan Kelas Dalam Mengajar



KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga mampu menyelesaikan makalah mata kuliah Kompetensi Dasar Mengajar  yang tepat pada waktunya dengan judul “Penelitian Tindakan Kelas”.
            Makalah ini berisikan tentang penjelasan penelitian tindakan kelas. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca umumnya khususnya kepada penulis.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata, disampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amiiin..


                                                                                               Lubuklinggau,     April 2016


                                                                                               Penyusun










DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................      i
KATA PENGANTAR......................................................................................................      ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................      iii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Latar  Belakang Masalah.......................................................................................      1
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................................      1
1.3  Tujuan....................................................................................................................      1
BAB II  PEMBAHASAN
2.1  Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas............................................................      2
2.2  Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas...................................................................      4
2.3  Metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.      7
BAB III  PENUTUP
3.1  Simpulan.............................................................................................................      18
3.2  Saran...................................................................................................................      18
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Para penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur sekolah akhir-akhir ini banyak menerima kritik dari masyarakat, pemerintah, orang tua dan bahkan siswa sendiri tentang berbagai hal mulai dari nilai UAS, UNAS yang menurun , penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang memuaskan, kurangnya kreativitas pembelajaran , dan sikap penolakan terhadap pembaharuan yang disebabkan oleh banyaknya tugas dari luar tugas pokok yang dibebankan guru. (trianto, 2012: 1)
Oleh karenanya perlu upaya untuk melepaskan kritik-kritik tersebut salah satunya adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).  Dalam makalah ini kita akan membahas lebih mendalam tentang konsep dasar PTK, jenis-jenis PTK, metodologi PTK, dan prosedur perencanaan PTK.

1.2 Rumusan Masalah
1.       Bagaimana konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas?
2.       Bagaimana jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas?
3.       Bagaimana metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas?

1.3 Tujuan
1.       Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dan macam-macam Penelitian Tindakan Kelas.
2.       Untuk mengetahui jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas.
3.       Untuk mengetahui bagaimana metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris Classroom action Research, yaitu berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dave Ebbutt dan lainnya. (Trianto, 2012:13 )
 Penelitian kulaitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.  Jika kita perhatikan, maka titik tumpu (orientasi) dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan siswa.  (Suharsimi,2011: 4)
Dari pemaparan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang ada.  Dalam penelitian tindakan kelas berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.

B. Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
1.      Masalah belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
2.      Desain dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa.
3.      Alat bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
4.      Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
5.      Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
6.      Masalah kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )

C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
1)      Untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
2)      Untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
3)      Untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

1.      Merupakan salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model konstruktivis, yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan secara kritis berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan dan hasil tindakan.
2.      Bersifat siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang. Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara berurutan.
3.      Bersifat longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue untuk memperoleh data yang diperlakukan.
4.      Bersifat partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua situasi.
5.      Bersifat partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
6.      Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
7.      Bertujuan mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )

2.2 Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas
1.      Penelitian Tindakan Diagnostik
Penelitian tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kea rah tindakan.  Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut: Agen penelitiannya memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang. Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang oleh Dinas Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu SMK, yang siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara fungsional dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses pembelajaran bahasa Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa sumber belajar yang ada, dan sebagainya.  Ia kemudian menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
            Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan penelitian jenis.

2.      Penelitian Tindakan Partisipan
Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut.
            Contoh penelitian tindakan jenis ini dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis / menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti, yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.

3.      Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
                        Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara umum sahih.
Penelitian jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a.       Banyak organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.       Pelaku penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c.       Jika penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
d.      Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.

4.      Penelitian Tindakan Eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a.       Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b.      Kekurang mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c.       Kekurang mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik secara optimal.

2.3 Metode Penelitian Tindak Kelas
A.    Setting
Setting artinya penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan yang telah dilakukan. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto, 2010:53). Setting yaitu lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus diperhatikan dalam melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju untuk PTK.
Dalam setting ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan waktu penelitian. Sebagai contoh penelitian dilakukan pada siswa kelas X Semester genap Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009 (Trianto, 2010:53).
Berkaitan dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK include dengan jadual PBM maka waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih materi yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan uji akhir dapat dilakukan di dalam ataupun di luar jam pelajaran. Berikut disajikan contoh waktu atau jadual pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu kegiatan PTK
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1
Tes Awal
3 agustus 2009 (minggu l)
2
Pelaksanaan tindakan
10, 17, 24 agustus 2009 (minggu ll, lll, Lv)
3
Tes akhir
1 september 2009


B.     Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data penelitian, antara lain angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan pengamatan , soal tes, inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket (questionnaire)
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (check list)
Skal (scale), inventori (invertory)
2
Wawancara (interview)
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (check list)
3
Pengamatan (observation)
Lembar pengamatan (observation sheet),
Panduan pengamatan/observasi
(observation schedule)
Daftar cocok (check list)
4
Ujian atau tes (test)
Soal ujian, soal tes atau tes (test)
Inventori (inventory)
Daftar cocok (check list)
Tabel (table)

C.     Jenis Instumen Pengumpulan Data
Instumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Ini biasa disebut dengan catatan lapangan. Berikut disajikan beberapa contoh instrumen penjaring data-data penelitian (Trianto, 2010:55).

1.      Catatan Lapangan
Masalah utama dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Agar tidak lupa mencatat data tersebut catatan lapangan, diperlukan adanya pencatatan tambahan dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2) Catatan Harian; dan (3) Log Lapangan. Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran kertas bergaris. Rincian mengenai nama observer, jam pencatatan, dan lokasi kegiatan hendaknya dikemukakan. Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto, 2010:55).
2.      Angket (questionnaire)
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket juga diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, angket terbuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.
Kedua angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√ ) pada kolom atau tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
3.      Daftar Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis adalah kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya dilakukan oleh responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan memberikan tanda centang (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan semacam angket juga cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau centang.
Dalam pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang pelaksanaannya di lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun data yang terekam tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup kaya dalam perekaman data lapangan.
4.      Lembar Pengamatan (Observasi)
Selain menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas dalam arti pengamat (peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian (momen) dalam pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan check list atau menghitung berapa frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek penelitian.
Contoh lembar pengamatan dalam PTK adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola KBM; dan (2) lembar aktivitas siswa dalam PMB.

a.       Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola PMB
b.      Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru.
c.       Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
5.      Wawancara (interview)
Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran. Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap sulit, atau apakah model pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur  adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak struktur pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2010:61).
6.      Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dipergunakan untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tes. Tes ini terdiri dari tes produk dan tes proses (Trianto, 2010:61).

D.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1.      Pemberian Tes
Pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan sesudah protes pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes produk untuk mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata lain tes proses ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan belajar siswa, dan sensitivitas butir soal yang digunakan.
2.      Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran.
3.      Penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket dapat berupa komentar (angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang telah dilengkapi dengan jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup) (Trianto, 2010:62).

E.     Teknik Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan dengan 100.
Persentase respon siswa  X 100%
Dimana :                            
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
Realiabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama untuk mengamati karakteristik  yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:
Percentage of agreement = 100% [ 1-A – B ]    (Borich, 1994:385)
                                                                   A+B
Keterangan :
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas (Trianto, 2010:62-63).
2.      Analisis Tes Hasil Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses, dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat dikuasi siswa dengan cara menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB =  x 100 %
Dimana : KB   = ketuntasan belajar
                      T            = jumlah skor yang diperoleh siswa
                       Tt          = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proposal jawaban benar siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir soal diperoleh dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek pembelajaran. Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang sensitif akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity   =  (Groundlund, 1982)
Keterangan :
Ra = jumlah siswa yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah siswa yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken (1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila sensitivitas berada antara 0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S 0,30 (Trianto, 2010:63-64).
3.      Matriks Metode Penelitian
Matriks penelitian dibuat untuk memudahkan penentuan sistematika atau prosedur penelitian. Matriks ini berisi tujuan penelitian, variabel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, dan analisis data (Trianto, 2010:64).






Ø  Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi:
1.      Pengembangan/Penetapan Fokus Penelitian
a.       Merasakan adanya masalah
Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang disarankan, apalagi disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan interaksi pembelajaran.
b.      Identifikasi Masalah
Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
c.       Analisis Masalah
Setelah memperoleh sekian banyak permasalahan melalui proses identifikasi, maka
selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).
d.      Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan perumusan masalah secara lebih jelas, spesifik, dan operasional.

2. Perencanaan Tindakan
    a. Perumusan/Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik dibidang pembelajaran
2) kajian hasil penelitian yang relevan
3) diskusi dengan teman sejawat
4) kajian pendapat para pakar
5)merefleksi pengalaman sendiri sebagai guru


    b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Pada langkah ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari segi jarak antara kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku peneliti.
c. Persiapan Tindakan
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1) membuat skenario pembelajaran
2)mempersiapkan fasilitas/sarana pendukung yang diperlukan
3)mempersiapkan cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika dipandang perlu)
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua kegiatan persiapan selesai, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian dilakukan dalam situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam siklus penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.
b. Observasi dan Interpretasi
Dalam penelitian tindakan kelas, observasi merupakan upaya untuk merekam segala peristiwa/kegiatan yang yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu tertentu. Hal penting untuk dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.
c.       Diskusi balikan
Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan yang banyak jika pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi
balikan sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan selanjutnya.
4.  Analisis dan Refleksi
        a. Analisis data
Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan secara urut/sistematis dan rasional untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.
Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular, matriks, representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang singkat dan padat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis statistik.
      b. Refleksi
Dalam penelitian tindakan kelas, refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang
telah dan atau yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan.
Dengan perkataan lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai akhir.
5.  Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini atau belum. Apabila hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belumterselesaikan, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan perkataan lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Dan jika pada siklus 2 permasalahan telah terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan siklus 3. Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum terselesaikan/hasilnya belum memuaskan maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke 3, dan seterusnya.
Dalam dalam penelitian tindakan kelas jumlah siklus sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada permasalahannya. Ada penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus, tetapi ada juga yang memerlukan beberapa siklus.
Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang diteliti.
Menurut Lewis (dalam Syamsuddin, 2011: 234) langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi:
·         Mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum
·         Melakukan pengecekan di lapangan
·         Membuat perencanaan umum
·         Mengembangkan tindakan pertama
·         Mengimplementasikan tindakan pertama
·         Mengevaluasi
·         Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.
1.      Merasakan dan mengidentifikasi masalah
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara lebih professional, guru harus mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai kelemahan yang masih terdapat dalam inplementasi program pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus mampu merenung, berfikir,  dan merefleksi mengenai apa saja kekurangan  yang telah dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal yang mungkin ada kelemahannya.
2.      Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Dari suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau “jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.
3.      Perencanaan tindakan
Di dalam langkah persiapan ini, peneliti membuat rancangan tindakan pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a.       Perancangan model PTK sesuai dengan permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas diatur sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b.      Pengidentifikasian komponen-komponen pendukung yang diperlukan.
c.       Penyusunan rancangan tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal.
d.      Persiapan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi, materi, alat perangkat.










BAB III
PENUTUP
3.1    Simpulan
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu masalah belajar siswaa di sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas, alat bantu, media, dan sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, masalah kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan penelitian itu meliputi: mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum, melakukan pengecekan di lapangan membuat perencanaan umum, mengembangkan tindakan pertama, mengimplementasikan tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.

3.2    Saran
Kita sebagai guru sebaiknya mengetahui dan memahami Penelitian Tindakan Kelas agar mampu memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
















DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2010). Metedologi penelitian pendidikan. Surabaya: Lentera Cendekia.
Igak Wardhani, d. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka .
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
 Suharsimi Arikunto, d. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukidin, d. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.
Syamsuddin, AR. & Vismaia, S. (2011) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.


No comments:

Post a Comment