Dasar Belajar Mengajar
Dalam kehidupan yang modern ini
sudah selayaknya Konsep dasar belajar dan mengajar ini menjadikan prinsip dasar
yang sangat fundamental yang harus dipahami para guru dalam rangka melaksanakan
proses belajar mengajar di ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan didasari
memahami mengenai konsep dasar belajar mengajar diharapkan tercapainya suatu
tujuan dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan pada akhirnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru sebagai
pendidik dalam rangka pemahaman dan menciptakan peserta didik yang berkualitas
sesuai dengan karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki
siswa. Pengertian Belajar dan Mengajar
Definisi belajar
Belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne 1984).
Belajar adalah kunci yang paling utama dari setiap usaha pendidikan. Jadi tanpa
belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar sebagai suatu proses
dan belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin
ilmu yang berhubungan dengan upaya kependidikan. Sebagai contoh psikologi
pendidikan serta psikologi belajar.Perubahan serta kemampuan untuk berubah
adalah batasan serta makna yang terkandung di dalam belajar. Hal ini disebabkan
karena kemampuan berubah yang dikarenakan belajar. Maka, manusia bisa
berkembang lebih jauh dari makhluk yang lainnya sehingga dia terpilih sebagai
khalifah di bumi ini atau bisa jadi karena kemampuan berkembang melalui belajar
itu pula manusia secara bebas bisa mengeksplorasi serta memilih dan menetapkan
keputusan-keputusan yang penting di dalam hidup mereka.Konsep dasar belajar merupakan
kegiatan yang berposes dalam memakai unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjangpendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dijalani siswa baik pada saat dia berada di sekolah atau berada di
lingkungan rumah atau di lingkungan keluarganya sendiri.Untuk itu pemahaman
yang benar tentang konsep dasar belajar dengan segala aspek serta bentuk dan
manivestasinya sangat mutlak dibutuhkan oleh para pengajar. Adanya kekeliruan
atau ketidak lengkapan persepsi mereka akan proses belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengannya mungkin bisa mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar
yang dicapai murid. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa konsep dasar
belajar hanya semata-mata menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang ada
dalam bentuk informasi atau materi dalam pelajaran. Maka orang yang beranggapan
seperti itu biasanya akan segera merasa bangga saat anak-anaknya telah bisa
menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang ada di dalam
buku teks atau yang di ajarkan oleh guru.
Selain itu, ada juga sebagian orang
yang memandang bahwa belajar adalah latihan biasa seperti yang terlihat pada
latihan membaca serta menulis. Persepsi semacam ini biasanya membuat mereka
akan merasa cukup puas jika anak-anak mereka sudah bisa memperlihatkan
keterampilan secara fisik tertentu walaupun tanpa pengetahuan tentang arti dan
hakikat serta tujuan keterampilan tersebut.
Definisi Mengajar
Menurut Wijaya (1991) mengajar yaitu
membimbing siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan
siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru
dan siswa, melalui jalinan komunikasi timbal balik dimana guru dalam hal ini
bertindak sebagai komunikan. Dalam proses tersebut dimana guru menyampaikan
pesan-pesan dalam bentuk materi pembelajaran yang harus dapat diterima siswa
sesuai dengan yang dimaksud guru tersebut.
Jadi dalam proses belajar mengajar
ini terjadi interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam
pembelajaran baik guru, murid, sarana, dan tatalaksananya yang saling berkaitan
satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Istilah mengajar
(teach) juga berhubungan dengan token yang berarti tanda atau symbol. Kata
token juga berasal dari Bahasa Jerman kuno, taiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan.
Dalam bahasa Inggris kuno teacan secara berarti to teach (mengajar). Dengan
demikian, token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To teach
(mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada
seseorang melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau simbol itu
dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respons mengenai kejadian,
seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya.
Konsep Dasar Belajar dan mengajar
Konsep dasar belajar dan mengajar
merupakan suatu prinsip dasar yang sangat fundamental yang harus dipahami para
guru dalam rangka melaksanakan proses belajar mengajar di ruang lingkup dunia
pendidikan. Dengan didasari memahami mengenai konsep dasar belajar mengajar
diharapkan tercapainya suatu tujuan dari proses belajar mengajar yang
berkualitas dan pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
setidaknya oleh para guru sebagai pendidik dalam rangka pemahaman dan
menciptakan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan karakteristik minat
dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa.
Guru merupakan figur yang sentral
dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas institusional dalam proses belajar
mengajar, karena di tangan para guru terletak kemungkinan berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan masa
depan karier para peserta didik yang menjadi tumpuan harapan para orang tua.
Oleh karena itu setidaknya seorang guru memiliki tugas-tugas pokok antara lain:
mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing
kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain para guru mampu menunaikan tugas
dengan sebaik-baiknya dengan memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian
dengan proses belajar mengajar, sebagai berikut:
a) Aspek siswa, seorang guru harus
memahami segala karakteristik perbedaan yang ada pada diri peserta didik, guna
mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan para peserta didik.
b) Aspek tujuan, yaitu apa yang
akhirnya diharapkan tercapainya setelah adanya kegiatan belajar mengajar, yang
diaplikasikan ke dalam kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi (terukur).
c) Aspek guru, sebagai figur
pendidik seyogyanya dalam proses belajar mengajar selalu mengusahakan
terciptanya situasi yang mengarah pada proses pengalaman belajar (learning
experience) pada diri siswa, dengan mengerahkann segala sumber (learning
resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning
strategy) yang tepat (appropriate).
Dari sini timbul suatu pemahaman
bahwa terjadinya perilaku belajar pada siswa dan perilaku mengajar pada guru
tidak berlangsung dari satu arah (one way system) melainkan
terjadinya secara timbal balik (interaktif, two way traffic system) yang
seyogyanya dipahami dan disepakati bersama.
Setidaknya minimal ada tiga komponen
yang harus dipahami oleh guru dalam rangka pencapaian dari perubahan-perubahan
dari hasil proses belajar mengajar, yaitu:
a) Hakikat atau konsep dasar serta
terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
b) Kriteria dan cara merumuskan
tujuan belajar mengajar (instruksional) dalam bentuk yang operasional yang
dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara
langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur
(measurable).
c) Karakteristik utama, termasuk
segi-segi kebaikan dan kelemahannnya, dari beberapa model strategi belajar
mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilihnya
bagi keperluan penggunaannya.
Mengidentifikasi Perilaku Hasil
Belajar
Dari rangkaian interaksi proses
belajar mengajar, diharapkan dapat mengarah pada pemaknaan yang sama atas dasar
tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu pemaknaan
mengidentifikasikan perilaku hasil belajar sangat penting dilakukan. Proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu (Hilgard, 1948).
Dasar dari tujuan interaksi dalam
proses belajar mengajar baik dari siswa maupun dari guru merupakan titik temu
dan bersifat mengikat serta mengarah pada suatu aktivitas dari kedua belah
pihak. Dengan demikian, kriteria keberhasilan dari rangkaian keseluruhan proses
interaksi belajar mengajar tersebut hendaknya ditimbang atau dievaluasi pada
tercapai tidaknya tujuan dari belajar mengajar tersebut yang dapat dilihat dari
ada tidaknya perubahan-perubahan pada perilaku dan pribadi siswa. Dengan kata
lain siswa dapat dikatakan belajarnya berhasil kalau ia telah mengalami
perubahan-perubahan setelah menjalani proses belajar tersebut pada perilaku dan
pribadinya.
Secara implisit mengidentifikan
perilaku hasil belajar dapat dilihat dari adanya beberapa karakteristik sebagai
berikut:
a) Perubahan intensional, yaitu
dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan didasari
dilakukannya dan bukan secara kebetulan; dengan demikian perubahan karena
kemantapan dan kematangan atau keletihan karena penyakit tidak dipandang
sebagai perubahan hasil belajar.
b) Perubahan bersifat positif,
sesuai seperti yang diharapkan yang bersifat normatif atau kriteria
keberhasilan baik dipandang dari segi siswa seperti tingkat kemampuan dan
bakat, tugas perkembangan, dan sebagainya. Maupun dari segi guru yakni tuntutan
masyarakat sesuai dengan tingkatan standar kulturalnya.
c) Perubahan bersifat efektif, yaitu
membawa pengaruh dan maknna tertentu bagi siswa itu sendiri yang relatif tetap
dan setiap saat diperlukan dapat dipergunakann seperti dalam memecahkan masalah
(problem solving), baik dalam diri, dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Menjelaskan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Belajar
Belajar adalah suatu proses yang
kompleks, dan ada beberapa faktor yang dapat menentukan hasil dari proses
pembelajaran itu. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor tersebut terdiri dari dua
kelompok utama, yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar.
- Faktor Dari Dalam (Internal),
Faktor dari dalam, adalah faktor
yang berasal dari diri siswa sendiri. Faktor tersebut meliputi:
a. Fisiologi, yaitu keadaan
jasmaniah secara umum ditambah keadaan pancaindranya. Anak dengan kondisi
sehat, akan sangat berbeda dengan anak yang mengalami sakit atau kekurangan
gizi.
b. Keadaan Psikologis (kejiwaan),
yaitu keadaan psikologis siswa yang sedang mengikuti proses pembelajaran,
antara lain menyangkut keadaan semangatnya, motivasinya, kecerdasannya
(kognitifnya), serta keadaan emosinya.
c. Faktor Kecerdasan, faktor ini
sngat berpengaruh terhadap daya tangkap materi yang diajarkan antara satu orang
siswa dengan siswa lainnya. Semakin tinggi tingkat kecerdasannya maka akan
semakin mudah dia menangkap pelajaran, sebaiknya, semakin rendah tingkat
kecerdasannya, maka akan semakin sulit dia menerima materi pelajaran tersebut.
d. Bakat Individu. Setiap siswa
memiliki bakat masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai contoh,
misalnya siswa yang berbakat dibidang seni, akan dengan mudah menangkap materi
pembelajaran yang ada kaitanyya dengan kesenian, dibandingkan siswa lain yang
tidak berbakat dibidang pelajaran ini.
e. Minat Siswa. Minat adalah ketertarikan
siswa terhadap jenis pelajaran atau kegiatan tentu, semkain besar minat yang
dimilikinya untuk mempelajari hal tertentu maka akan semakin baik hasil yang
didapatnya.
f. Motivasi belajar. Yang dimaksud
dengan motivasi disini adalah: “sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar
terjadi”. Motifasi ini dapat timbul sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan, nasihat guru, kondisi siswa, faktor dinamis dalam belajar, atau
bahkan cita-cita siswa tersebut.
g. Emosi Siswa. Emosi merupakan
kondisi psikologis individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini kegiatan
belajar. Kondisi psikologis siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya
antara lain adalah perasaan senang, sedih, marah, gembira, cemas dan lain-lain.
- Faktor Dari Luar (Eksternal)
Faktor luar yang berasal dari luar
diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, dapat
disebabkan oleh:
a. Lingkungan alami, yaitu faktor
yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan cuaca, udara, waktu,
tempat, ruangan, alat atau sarana pembelajaran.
b. Waktu pelaksanaan belajar,
misalnya menyangkut pembagian waktu belajar siswa dalam satu hari atau satu
minggu. Jika jadwal kegiatan terlalu melelahkannya, maka hasil yang diperoleh
akan kurang memuaskan dibandingkan mereka yang memiliki jadwal kegiatan yang
wajar.
c. Kondisi cuaca. Kondisi cuaca yang
mendung akan sangat berbeda dengan kondisi yang cerah, demikian juga halnya,
kondisi cuaca yang sangat panas atau sangat dingin akan berbeda dengan hasil
belajar di saat kondisi cuaca sedang baik.
d. Kondisi gedung atau kelas.
Kondisi ruangan gedung atau kelas sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
proses pembelajaran siswa. Gedung yang dirancang dan dibangun menurut kaidah
standar kelas, akan sangat berbeda dengan kondisi gedung yang dibangun darurat
yang kurang memperhatikan faktor kenyamanan penggunannya.
e. Peralatan / sarana belajar.
Perlatan belajar termasuk di dalamnya media pembelajaran yang memadai akan
sngat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh
guru suatu mata pelajaran. Peralatan belajar ini dapat berbentuk perangkat kers
dapat juga berbentuk perangkat lunak, sebagai contoh misalnya berbagai program
aplikasi untuk pembelajaran TIK.
f. Lingkungan. Yang dimaksud dengan
lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan alam serta lingkungan pergaulan
social disekitarnya, misalnya orang tua, saudara bahkan teman-teman. Lingkungan
yang gemar menimba ilmu, akan berpengaruh juga terhadap perilakunya belajar
siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Hasil Belajar dan Pengukuran
Keberhasilan
Di dalam konsep dasar belajar dan
mengajar ada beberapa hal yang perlu di laksanakan diantaranya adalah :
- Pelaksanaan Evaluasi
Salah satu tugas pokok guru ialah
mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksana kegiatan belajar
mengajar. Untuk menimbang sejauhmana taraf keberhasilan mengajar guru dan
belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable), kita
memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang
indikator-indikator perubahan perilaku dan peribadi siswa. Wujud perubahan
perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat;
fungsional-struktural, material-substansial, behavioral. Untuk memudahkan
sistematikanya dapat kita gunakan penggolongan perilaku menurut Bloom dalam
Term kawasan-kawasann: kognitif, afektif dan psikomotor.
- Tujuan Evaluasi
Sebagaimana diuraikan pada bagian
terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait
dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan kemampuan belajar
siswa.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan
PBM
3. Menentukan tindak lanjut hasil
penilaian
4. Mmberikan pertanggung jawaban
(accountability)
- Fungsi Evaluasi
Sejalan dengan tujuan evaluasi di
atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah
fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
Selain keempat fungsi di atas Asmawi
Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi
pembelajaran, yaitu fungsi: 1. Remedial 2. Umpan balik 3. Memotivasi dan
membimbing anak 4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan 5. Pengembangan
ilmu
- Manfaat Evaluasi Secara umum
Manfaat yang dapat diambil dari
kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
a. Memahami sesuatu : mahasiswa
(entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
b. Membuat keputusan : kelanjutan
program, penanganan “masalah”, dll
c. Meningkatkan kualitas KBM :
komponen-komponen KBM Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi
manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru,
dan kepala sekolah.
Bagi Siswa : Mengetahui tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
Bagi Guru:
a. Mendeteksi siswa yang telah dan
belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan
b. Ketepatan materi yang diberikan :
jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
c. Ketepatan metode yang digunakan
Bagi Sekolah yaitu :
a. Hasil belajar cermin kualitas
sekolah
b. Membuat program sekolah
c. Pemenuhan standar
- Macam-macam Evaluasi
- Formatif Evaluasi.
Formatif adalah evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah
berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran
yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback)
mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative
evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its
developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its
effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai
seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan
tersebut. b. Sumatif Evaluasi. Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok
bahasan, dan dimaksudkan untuk
Mengetahui sejauhmana peserta didik
telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan
evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran
tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam
satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
- Diagnostik Evaluasi.
Diagnostik adalah evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik
dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses,
maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa
sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada
tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran
mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan
secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap
akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas
seluruh materi yang telah dipelajarinya.
- Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat,
diantaranya:
a. Dirancang secara jelas abilitas
yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil
penilaian dengan patokan : Kurikulum/silabi.
b. Penilaian hasil belajar menjadi
bagian integral dalam proses belajar mengajar.
c. Agar hasil penilaian obyektif,
gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
d. Hasilnya hendaknya diikuti tindak
lanjut.
No comments:
Post a Comment