21 March 2018

Makalah Pendidikan Koopertif Sekolah.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang berusaha memberi bekal kehidupan kepada siswa dengan melalui program pengajaran dan pembelajaran. Bekal tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Dalam hal ini kemampuan yang perlu dikembangkan pada diri siswa meliputi semua aspek, tidak hanya aspek berpikir (kognitif), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri siswa dan sebagai pusat pembudayaan bagi siswa.
Sekolah harus menjadi instrumen pendidikan yang mampu mencetak individu yang berkualitas. Dalam hal tersebut, tentu perlu adanya strategi dalam membangun Sekolah Berkarakter seperti Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter.

B. Rumusan Masalah
1.        Apa yang dimaksud dengan Sekolah Kooperatif?
2.        Bagaimana Pembelajaran Kooperatif?
3.        Apa saja Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif?
4.        Apa Manfaat  Pembelajaran Kooperatif?
5.        Apa yang dimaksud dengan Sekolah Progresif Berbasis Karakter?
6.        Bagaimana Pandangan Pendidikan Progresif?
7.        Bagaimana Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter?


1
 
 


C.  Tujuan Makalah
1.        Memahami apa yang dimaksud dengan Sekolah Kooperatif.
2.        Memahami mengenai Pembelajaran Kooperatif.
3.        Mengetahui Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif.
4.        Mengetahui Manfaat  Pembelajaran Kooperatif.
5.        Memahami apa yang dimaksud dengan Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
6.        Memahami Pandangan Pendidikan Progresif.
7.        Memahami Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter.

D. Sistematika Makalah
Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan makalah, dan sistematika makalah yang disusun.
Bab II Pembahasan, menjelaskan Pengertian Sekolah Kooperatif, Pembelajaran Kooperatif, Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif, Manfaat  Pembelajaran Kooperatif, Sekolah Progresif Berbasis Karakter, Pandangan Pendidikan Progresif, dan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Bab III Penutup, menguraikan kesimpulan isi makalah dan saran.



3
 
BAB II
PEMBAHASAN

MEMBANGUN SEKOLAH KOOPERATIF DAN MEMBANGUN SEKOLAH PROGRESIF BERBASIS KARAKTER
A.  Pengertian Sekolah Kooperatif
Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan derajat sama sekali.
Pembelajaran kooperatif Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Sekolah Kooperatif menempatkan penekanan yang tinggi pada sekolah , guru dan masyarakat bekerja sama untuk menyediakan lingkungan yang terbaik yang mereka bisa untuk generasi muda. Perkembangan generasi muda menjadi warga negara global yang aktif dan berkarakter merupakan inti dari filosofi Sekolah Kooperatif.                                                                               
B.  Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
C.  Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok dan saling bekerja sama atau membantu untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif tidak sekedar belajar dalam kelompok, namun harus memenuhi unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif supaya pengelolaan kelas lebih efektif (Lie, 2004: 29). Metode ini bukan sekedar diskusi yang dikuasai atau didominasi oleh beberapa orang saja. Kebanyakan yang lain hanya suka menjadi penonton yang pasif namun di sini guru harus mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Cilstrap dan Martin bekerja secara kelompok memberikan pengertian sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar (Roestiyah, 1998: 15). Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan kooperatif yang dimenuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun dan membentuk pengetahuannya sendiri, bukan hanya menerima informasi sepihak dari seorang guru. Pembentukan pengetahuan tersebut dapat berasal dari diri yang bersifat individu, dapat pula diperoleh secara berkelompok / bekerja sama dengan siswa lain. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan masyarakat belajar (Learning Community), yang akhirnya melahirkan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Salah satu kelebihan pembelajaran kooperatif adalah memberikan siswa ketrampilan untuk bekerja sama dan kolaborasi dengan siswa lain, dengan berbagai kemampuan dan karakter yang berbeda. Dengan pembelajaran kooperatif, aktivitas siswa baik secara kelompok maupun individu akan sangat tinggi. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih aktif dan dinamis. Karena setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan dan tanggung jawab yang harus dilakukan untuk kelompoknya.
Secara umum tujuan penerapan kerja kelompok ini adalah untuk memupuk kemampuan kerja sama diantara peserta didik (siswa) dalam menyelesaikan suatu tugas sehingga dalam kelompok tersebut terjadi keterlibatan sosio-emosional dan intelektual peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kemampuan bekerja sama dan saling mendukung akan teruji, menjadikan mobilitas yang tinggi dalam proses pembelajaran.
Ada lima prinsip mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.      positive interdependence: anggota kelompok perlu bekerjasama untuk mencapai tujuan,
2.      face to face interaction: semua anggota berinteraksi dengan saling berhadapan,
3.      individual accountability: setiap anggota harus belajar dan menyumbang demi pekerjaan dan keberhasilan kelompok,
4.      use of collaborative/social skills: keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi diperlukan, untuk ini diperlukan bimbingan guru agar siswa dapat berkolaborasi,
5.      group processing: siswa perlu menilai bagimana mereka bekerja secara efektif.




D.      Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan.
Menurut  Lie ( 2004 ):
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
E.  Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak bentuk pelaksanaan, baik yang sesuai dengan definisi yang dimaksud di atas atau yang bersifat parsial saja. Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif baru dapat diangap berjalan dengan baik apabila telah dipenuhinya unsur-unsur sebagai berikut :
1.      Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka harus merasa “tenggelam dan berenang bersama-sama”. Artinya para siswa harus berusaha untuk memahami materi, memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan belajar diantara mereka semuanya.
2.      Para siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang sama. Maksudnya mengawali belajar dengan tujuan belajar yang sama dan pendapatnya merupakan kesimpulan dari hasil-hasil belajar masing-masing anggota kelompok.
3.      Para siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal terhadap diri sendiri dan terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang dihadapinya. Apabila ada siswa lain yang kurang mampu maka siswa anggota kelompok yang lain harus menggantikannya untuk menyelesaikan beban tugas dari siswa yang tidak mampu tersebut. Selain itu ia juga harus dapat menyelesaikan tugas-tugas pribadinya dengan baik dan benar.
4.      Para siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok. Sama besar disini dimaksudkan semuanya mendapat beban tugas dan tanggung jawab secara adil dan merata untuk setiap anggota kelompok melalui jalur musyawarah dengan mengedepankan tujuan pembelajaran yang disiapkan pada awal belajar. Diharapkan tidak terjadi adanya siswa yang menyelesaikan beban tugas dan tanggung jawabnya secara keseluruhan sehingga diharapkan terjadi pencarian materi belajar secara bersama-sama.
5.      Adanya pembagian kepemimpinan sementara untuk memperoleh ketrampilan dan bekerja sama dengan baik selama belajar. Jadi sebelum kegiatan belajar dimulai masing-masing kelompok diadakan pembagian tugas yang berfungsi untuk mengatur jalannya proses pembelajaran dimaksud.
6.      Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, anggota kelompok harus dapat mempertanggung-jawabkan materi belajar secara individual meskipun proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Disinilah kesiapan masing-masing individu anggota kelompok secara pribadi untuk mengikuti proses pembelajaran sepenuhnya dengan penuh tanggung jawab dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menguasai materi dengan sebaik-baiknya.
Keenam unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada secara lengkap untuk menilai proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat berjalan dengan baik atau belum. Dan unsur-unsur tersebut merupakan penentu masing-masing individu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Apabila salah satu unsur tidak tercapai atau hanya terlaksana untuk sebagian saja, maka kegiatan pembelajaran kooperatif tersebut tak mungkin dapat menghasilkan prestasi secara baik. Disinilah letak kejelian guru untuk dapat mengarahkan masing-masing siswa agar dapat diplot sesuai dengan petunjuk-petunjuk guru yang semestinya. Guru menjadi sentral pemecah problem dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Fungsi guru adalah semacam motivator, mediator dan sumber materi yang diharapkan siswa dari pendalaman materi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.

F.   Tujuan Pembelajaran Kooperatif
1. Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
3. Pengembangan ketrampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
G.  Manfaat  Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif ternyata telah mendapat perhatian yang demikian luas dikalangan para praktisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun dikalangan para stakeholder dunia pendidikan dibanyak negara, termasuk di Indonesia. Mereka menganggap pembelajaran kooperatif ini menjadi penting sebagai salah satu hal untuk dapat memajukan dunia pendidikan seperti yang kita harapkan bersama. Mereka telah banyak melakukan pengamatan dan penelitian untuk memperoleh formula yang tepat didalam menelaah pembelajaran kooperatif tersebut.
Dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh para praktisi pendidikan, para ahli pendidikan, maupun oleh para penentu kebijakan didunia pendidikan mereka telah dapat menemukan sekian banyak kelebihan-kelebihan dari pembelajaran kooperatif yang beraneka ragam jenisnya tersebut. Secara garis besar dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan para ahli pendidikan dapat kami simpulkan bahwa manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar akademik mencapai nilai yang tinggi)
2.      Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
3.      Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
4.      Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
5.      Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
6.      Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
7.      Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.
Manfaat-manfaat tersebut diatas dapat tercapai, karena dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif pada siswa, dapat diartikan bahwa sekolah (yaitu guru dan siswa) telah melakukan hal- hal sebagai berikut :
1.      Berusaha dengan baik untuk dapat mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berpikir kritis dan kerjasama secara kelompok.
2.      Menyuburkan hubungan yang sangat positif diantara para siswa yang berasal dari latar belakang (suku, tingkat sosial ekonomi, kepandaian, beban hidup, da lain-lain) yang berbeda satu sama lainnya.
3.      Menerapkan bimbingan oleh teman (peer coaching), karena terjadi interaksi yang positif diantara para siswa dalam kelompoknya sehingga terjadi siswa yang memahami materi akan membimbing siswa lainnya yang belum memahami materi sampai dengan siswa tersebut dapat memahami materi.
4.      Menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan saling menghormati secara ilmiah diantara para siswa dalam kelompoknya, karena mereka berusaha menyatu dan terikat oleh satu tujuan yang sama.
5.      Berusaha membangun sekolah dalam suasana kerjasama., yaitu diawali dari kerjasama yang terjadi diantara para siswa dalam satu kelompok tersebut.
Kecuali itu, dengan strategi pembelajaran kooperatif ini mempunyai dampak positif terhadap siswa yang bermasalah atau mempunyai hasil belajar yang rendah. Karena dengan pembelajaran kooperatif ini mereka akan dilatih untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, melatih memiliki rasa harga diri, meningkatkan kebaikan budi, meningkatkan kepekaan dan toleransi diantara para siswa, serta hal-hal lain yang lebih menguntungkan bagi perkembangan diri dan prestasi siswa tersebut.
Akan tetapi perlu disimak bahwa apabila pembelajaran kooperatif ini belum dilakukan disekolah atau masih berupa barang baru, maka akan muncul beberapa kemungkinan yang kurang menguntungkan. Kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut antara lain dapat berupa  para siswa bertambah bingung dalam belajar, para siswa kehilangan rasa percaya diri, atau bahkan lebih parah lagi terjadi peristiwa saling mengganggu diantara para siswa.
Sehingga pembelajaran kooperatif ini pemberlakuannya perlu diadaptasikan terlebih dahulu, dikaji bentuknya yang paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi siswa secara keseluruhan. Yang pasti tak ada salahnya untuk mencoba karena manfaatnya yang demikian banyak. Kita akan tahu hasil dan manfaatnya setelah kita mencobanya dengan sebaik-baiknya dan sepenuh hati disertai rasa tanggung jawab yang tulus sebagai seorang pendidik.
H.  Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
  1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
  2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
  3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
  4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
  5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau  egois.
  6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
  7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
  8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
  9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
  10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
  11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
I. Teknik – Teknik Pembelajaran Kooperatif
1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions ) 
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :
a.             Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).
b.             Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
c.             Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
d.            Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
2. Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
a.         Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
b.        Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c.         Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
d.        Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams )untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e.         Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

3. Metode G ( Group Investigation )
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah-langkahnya :
a.        Seleksi topik
b.        Merencanakan kerjasama
c.        Implementasi
d.       Analisis dan sintesis
e.        Penyajian hasil akhir
f.         Evaluasi selanjutnya
4.  Metode struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.
Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :
a.    Mencari Pasangan ( Make a Match )
Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :
1)      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau ujian ).
2)      Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3)      Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4)      Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
5)      Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama.
6)      Presentasi hasil kelompok atau kuis.
b.  Bertukar Pasangan
Langkah – langkahnya :
1)       Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur / teknik mencari pasangan.
2)       Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3)       Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4)       Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5)       Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
c.  Berkirim Salam dan Soal
Langkah – langkahnya :
1)      Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2)      Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
3)      Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4)      Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
d.  Bercerita Berpasangan
Teknik ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :
a)         Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.
b)        Pengajar memberikan pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran.
c)         Siswa dipasangkan
d)        Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
e)         Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing
f)         Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing-masing.
g)        Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci.
h)        Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
i)          Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa.
j)          Diskusi mengenai topik tersebut.
f.          Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay )
Langkah-langkahnya :
1)      Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.
2)      Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.
3)      Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing bertamu ke dua kelompok lain.
4)      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5)      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6)      Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka.
f.    Keliling Kelompok
Langkah – langkahnya :
1)      Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2)      Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3)      Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
g.   Kancing Gemerincing
Langkah-langkahnya :
1)      Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.
2)      Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
3)      Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah.
4)      Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5. Think – Pair – Share
Langkah-langkah :
a.        Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.
b.        Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan untuk berdiskusi.
c.        Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.
6.  Numbered Heads Together
Langkah – langkahnya :
a.        Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil
b.        Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban.
c.        Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.
d.       Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.


7.    Bamboo Dancing
Langkah – langkahnya :
a.        Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.
b.        Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.
c.        Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).
d.       Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal.
e.        Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas
f.         Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
8.  Point – Counter – Point
Langkah – langkahnya :
a.        Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.
b.        Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.
c.        Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.
d.       Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama.
e.        Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.
9. The Power of Two
Langkah – langkahnya :
a.        Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.
b.        Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.
c.        Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.
d.       Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative.
e.        Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.
10.   Listening Team
Langkah-langkahnya :
a.    Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.
b.   Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing, misalnya:
Kelompok 1 : kelompok penanya
Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu
Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2
Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
c.    Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.
d.   Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.
J.  Metode-Metode Pendukung Pengembangan Pembelajaran Kooperatif
1. PQ4R
Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan memiliki stock knowledge. Langkah – langkahnya :
a)         P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.
b)        Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan procedural.
c)         R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang dirumuskannya.
d)        R ( Reflect ) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya.
e)         R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok – pokok penting yang telah dibacanya.
f)         R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya.
2.     Guided Note Taking
Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Langkah – langkahnya :
a)         Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik.
b)        Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam handout tersebut
c)         Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran.
d)        Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut.
e)         Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya.
3. Snowball Drilling
Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi. Langkah – langkahnya :
a)         Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
b)        Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab pertanyaan pertama maka  dia harus menjawab pertanyaan berikutnya hingga berhasil menjawab.
c)         Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.
4. Concept Mapping
Langkah – langkahnya :
a)         Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.
b)        Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta didik.
c)         Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan antar konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep.
d)        Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas satu persatu.
e)         Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.
5. Giving Question and Getting Answer
Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.
Langkah – langkahnya :
a)         Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.
b)        Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.
c)         Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan serahkan pada guru.
d)        Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat resume atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung.
6.Question Student Have
Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :
a)         Membagi kelas menjadi 4 kelompok.
b)        Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.
c)         Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang dipelajari.
d)        Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali.
e)         Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan anggota lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok.
f)         Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok.
7. Talking Stick
Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – langkahnya :
a)         Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.
b)        Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.
c)         Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian seterusnya.
d)        Guru member keempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan.
8. Everyone is Teacher Here
Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual dan member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya :
a)         Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik.
b)        Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang dipelajari di kelas.
c)         Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak ada yang mendapatkan soalnya sendiri.
d)        Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan jawabannya.
e)         Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f)         Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.


9. Tebak Pelajaran
Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya :
a)         Tulislah atau tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.
b)        Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c)         Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif.
d)        Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.
e)         Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.

K. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :
  1. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
  2. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
  3. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
  4. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
  5. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
L.   Kelemahan Pembelaajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
  1. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
  2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
  3. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.
  4. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
M. Sekolah Progresif Berbasis Karakter
Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter.


N. Pandangan Pendidikan Progresif
Paradigma pendidikan terdahulu adalah pencerdasan siswa dalam bidang kognitip saja, para pendidik hanya berorientasi pada bagaimana cara mentransfer materi-materi pelajaran kepada siswanya. Proses pendidikan saat itu hanya berorientasi pada perolehan nilai akademik yang tinggi bagi para siswa, yang pada puncaknya mereka akan menyelesaikan proses pendidikan serta “gelar-gelar pendidikan” yang tinggi pula. Dengan kondisi yang demikian maka tidaklah salah jika pendidikan terpisah dari masyarakat, pendidikan hanya mengasah kemampuan intelektual. Sehingga pendidikan dipandang tidak mampu menyelesaikan masalah – masalah yang ada di masyarakat.
Pendidikan yang kita jalani saat itu dianggap oleh sebagian masyarakat hanya mampu melahirkan gelar-gelar saja. Mereka kecewa dengan pendidikan yang telah mereka jalani. Mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya, bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang berpendidikan tinggi akhirnya hanya jadi pengangguran.
Dengan kondisi yang ada seperti diatas muncul pertanyaan di benak kita, “Sesungguhnya apa kekurangan dari sistem pedidikan yang telah kita jalani selama ini ?”
Berdasarkan studi pikologi belajar serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat pendidikan menghendaki agar proses pembelajaran harus dapat memperhatikan minat, kebutuhan, dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah. Salah satu teori yang mendukung gagasan ini adalah teori belajar Progresif yang dikemukakan oleh John Dewey. Teori Progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini memandang peserta didik sebagai makhluk sosial yang aktif, dan dia percaya bahwa peserta didik ingin memahami tentang lingkungan dimana dia berada, baik lingkungan personal (individu) ataupun kolektip ( sosial ).
Menurut Dewey terdapat tiga tingkatan kegiatan yang bisa dipergunakan di sekolah. Tingkatan pertama untuk anak pada pendidikan prasekolah, pada anak tingkatan ini diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangn kemampuan panca indra dan pengembanan koordinasi fisik. Tingkatan kedua pembelajaran haruslah menggunakan bahan – bahan belajar yang bersumber pada lingkungan. Diperlukan berbagai variasi bahan belajar yang dapat menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam belajar. Tingkatan ketiga yaitu tingkatan dimana anak akan menemukan ide – ide atau gagasan, mengujinya, dan menggunakan ide – ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan atau masalah - masalah yang sejenis.
Pandangan Dewey di atas tentunya tidak jauh berbeda dengan pandangan beberapa ahli pendidikan yang lain, sebut saja Piaget (Sumantri M, & Syaodin N ; hal.1.15 ) yang mengkategorikan perkembangan belajar anak dalam 4 tingkatan, yaitu :
1.            Tahap sensori motor ( 0;0 - 2;0 tahun )
2.            Tahap praoprasional ( 2;0 – 7;0 tahun )
3.            Tahap oprasional kongkrit ( 7;0 – 11;0 )
4.            Tahap oprasional formal ( 11;0 – 15;0 )
Sedangkan menurut Bruner ( Sumantri M. dan Permana J. hal. 24 ), guru mengembangkan belajar anak dengan cara menyediakan situasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif di pihak anak; dimolai dari format atau bentuk bentuk yang berada disekitar kehidupan si anak, peran dan kegiatan– kegiatan lalu yang telah biasa dilakukan si anak itu, untuk kemudian menggunakan bahasa yang lebih kompleks.
Dewey ( Tilaar: 2000 ) juga mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.
Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.
Menurut Dewey, harus terjadi perubahan dalam situasi pendidikan. Dia ingin adanya perubahan dalam beberapa hal dengan jalan :
1.            Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara perorangan.
2.            Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar melalui pengalaman.
3.            Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti memberikan tujuan yang dapat menjelaskan arah kegiatan belajar yang merupakan kegiatan pokok anak didik.
4.            Mengikutsertakan murid di dalam setiap aspek kehidupan sekolah (mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan)
5.            Menyadarkan murid, bahwa hidup itu dinamis. Karena itu murid harus dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas, dengan orientasi kehidupan masa kini.
O. Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional. Program pendidikan progresif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Penekanan pada learning by doing, pembelajaran ekspedisi, pengalaman belajar
2.        Kurikulum terpadu difokuskan pada unit tematik
3.        Integrasi kewirausahaan dalam pendidikan
4.        Penekanan kuat pada pemecahan masalah dan berpikir kritis
5.        Kelompok kerja dan pengembangan keterampilan sosial
6.        Memahami dan tindakan sebagai tujuan belajar sebagai lawan pengetahuan hafalan
7.        Proyek pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
8.        Pendidikan untuk tanggung jawab sosial dan demokrasi
9.        Pemilihan isi pelajaran dengan melihat ke depan untuk meminta keterampilan apa yang akan dibutuhkan dalam masyarakat masa depan
10.    Penekanan pada buku teks yang mendukung sumber daya bervariasi pembelajaran
11.    Penekanan pada belajar seumur hidup dan keterampilan sosial
12.    Penilaian oleh evaluasi proyek dan produksi anak (berfokus pada proses)
13.    Berpusat pada murid (student center)
14.    Pendidikan untuk saat ini
15.    Positif disiplin
16.    Berorientasi pada proses
17.    Memanfaatkan beragam cara belajar
18.    Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh murid
Salah satu contoh pelaksanaan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah Program “We the Peple..Project Citizen” dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
1.      Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang ada dalam masyarakat
                        Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di lingkungan masyarakat dengan melalui pengamatan, interview, dan studi dokumentasi yang dilakukan secara kelompok.



2.      Memilih masalah sebagai fokus kajian kelas
Pada langkah ini, kelas difasilitasi untuk mengkaji berbagai masalah itu dan kemudian memilih satu masalah yang paling layak untuk dipecahkan.
3.      Mengumpulkan informasi terkait masalah yang menjadi fokus kajian kelas
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka pemecahan masalah tersebut dari berbagai sumber informasi yang relevan dan tersedia, seperti perpustakaan, media massa, kalangan profesional dan ahli, pejabat pemerintah, organisasi non pemerintah, dan tokoh serta anggota masyarakat.
4.      Mengembangkan suatu portfolio kelas
Pada langkah ini, kelas mengembangkan portfolio berupa himpunan hasil kerja kelompok dalam rangka pemecahan masalah tersebut dan menyajikannya secara keseluruhan dalam bentuk panel pameran yang dapat dilihat bersama, yang melukiskan saling keterkaitan masalah, alternatif kebijakan, dukungan atas alternatif kebijakan, dan rencana tindakan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
5.      Menyajikan portfolio kelas dalam suatu simulasi dengar pendapat.
Pada langkah ini, keseluruhan portfolio yang telah dikembangkan kemudian disajikan dan dipamerkan kepada sivitas akademika dan masyarakat.
6.      Melakukan kajian reflektif atas pengalaman belajar yang dilakukan
Pada langkah terakhir, kembali ke kelas untuk melakukan refleksi atau pengendapan dan perenungan mengenai hasil belajar yang dicapai melalui seluruh kegiatan tersebut.





33
 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.      Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan derajat sama sekali
2.      Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok dan saling bekerja sama atau membantu untuk memecahkan suatu peramasalahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
3.      Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
a.       Para siswa harus berusaha untuk memahami materi, memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan belajar diantara mereka semuanya.
b.      Para siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang sama.
c.       Para siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal terhadap diri sendiri dan terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam mempelajari materi yang dihadapinya.
d.      Para siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok.
e.       Adanya pembagian kepemimpinan sementara untuk memperoleh ketrampilan dan bekerja sama dengan baik selama belajar.
f.       Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, anggota kelompok harus dapat mempertanggung-jawabkan materi belajar secara individual meskipun proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok.
4.      Manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar akademik mencapai nilai yang tinggi)
b.      Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
c.       Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
d.      Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
e.       Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
f.       Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
g.      Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.
5.      Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini menyediakan pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga tercipta budaya sekolah berkarakter.
6.      Dewey ( Tilaar: 2000 ) mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.
7.      Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional.

B.  Saran
Pengetahuan mengenai Membangun Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter penting untuk dipahami setiap insan akademika terutama calon pendidik. Dengan memahami pengetahuan tersebut calon pendidik dapat mengimplementasikan dengan baik proses pembelajaran berbasis karakter sehingga terselenggaranya pendidikan manusia seutuhnya dapat tercapai dan melalui pendidikan dapat tercipta generasi bangsa masa depan yang gemilang dan utuh.










DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah,Dasim.2014.Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter Seri Pembinaan Profesionalisme Guru.Bandung:Widya Aksara Press
Suprijono, Agus. 2006 . Cooperative Learning ( Teori & Aplikasi PAIKEM ).
            Priyono.2011.Manfaat Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemajuan Sekolah.Tersedia:buku validitas & karakteristik butir /2011/05/manfaat-pembelajaran-kooperatif.html (24 April 2014)
           Tisa.2012.Kurikulum Progresif.Tersedia: /2012/11/kurikulum-progresif.html (24 April 2014)


No comments:

Post a Comment