BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan
sebuah institusi pendidikan yang berusaha memberi bekal kehidupan kepada siswa
dengan melalui program pengajaran dan pembelajaran. Bekal tersebut meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat membantu siswa dalam
menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Dalam hal ini kemampuan yang perlu
dikembangkan pada diri siswa meliputi semua aspek, tidak hanya aspek berpikir
(kognitif), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).
Sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri siswa dan
sebagai pusat pembudayaan bagi siswa.
Sekolah harus menjadi
instrumen pendidikan yang mampu mencetak individu yang berkualitas. Dalam hal
tersebut, tentu perlu adanya strategi dalam membangun Sekolah Berkarakter
seperti Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan Sekolah Kooperatif?
2.
Bagaimana
Pembelajaran Kooperatif?
3.
Apa saja Unsur-Unsur
Pembelajaran Kooperatif?
4.
Apa Manfaat Pembelajaran Kooperatif?
5.
Apa yang dimaksud
dengan Sekolah Progresif Berbasis Karakter?
6.
Bagaimana Pandangan
Pendidikan Progresif?
7.
Bagaimana
Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter?
|
C. Tujuan Makalah
1.
Memahami apa yang
dimaksud dengan Sekolah Kooperatif.
2.
Memahami mengenai
Pembelajaran Kooperatif.
3.
Mengetahui
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif.
4.
Mengetahui
Manfaat Pembelajaran Kooperatif.
5.
Memahami apa yang
dimaksud dengan Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
6.
Memahami Pandangan
Pendidikan Progresif.
7.
Memahami Pembelajaran
Progresif Berbasis Karakter.
D. Sistematika
Makalah
Bab I Pendahuluan,
menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan makalah, dan
sistematika makalah yang disusun.
Bab II Pembahasan,
menjelaskan Pengertian Sekolah Kooperatif, Pembelajaran Kooperatif, Unsur-Unsur
Pembelajaran Kooperatif, Manfaat
Pembelajaran Kooperatif, Sekolah Progresif Berbasis Karakter, Pandangan
Pendidikan Progresif, dan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Bab III Penutup,
menguraikan kesimpulan isi makalah dan saran.
|
BAB
II
PEMBAHASAN
MEMBANGUN SEKOLAH
KOOPERATIF DAN MEMBANGUN SEKOLAH PROGRESIF BERBASIS KARAKTER
A. Pengertian Sekolah
Kooperatif
Sekolah Kooperatif
yaitu sekolah yang memberikan kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan
maupun biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan
derajat sama sekali.
Pembelajaran kooperatif Adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Sekolah Kooperatif menempatkan penekanan yang tinggi pada
sekolah , guru dan masyarakat bekerja sama untuk menyediakan lingkungan yang
terbaik yang mereka bisa untuk generasi muda. Perkembangan generasi muda
menjadi warga negara global yang aktif dan berkarakter merupakan inti dari
filosofi Sekolah Kooperatif.
B.
Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia
saling asah, asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif
diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar
pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
C. Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok dan saling bekerja
sama atau membantu untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran
kooperatif tidak sekedar belajar dalam kelompok, namun harus memenuhi
unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif supaya pengelolaan kelas lebih
efektif (Lie, 2004: 29). Metode ini bukan sekedar diskusi yang dikuasai atau
didominasi oleh beberapa orang saja. Kebanyakan yang lain hanya suka menjadi
penonton yang pasif namun di sini guru harus mendorong siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Cilstrap dan
Martin bekerja secara kelompok memberikan pengertian sebagai kegiatan
sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk
kepentingan belajar (Roestiyah, 1998: 15). Keberhasilan kerja kelompok ini
menuntut kegiatan kooperatif yang dimenuntut kegiatan yang kooperatif dari
beberapa individu tersebut.
Dalam
pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun dan membentuk
pengetahuannya sendiri, bukan hanya menerima informasi sepihak dari seorang
guru. Pembentukan pengetahuan tersebut dapat berasal dari diri yang bersifat
individu, dapat pula diperoleh secara berkelompok / bekerja sama dengan siswa
lain. Dalam hal ini sangat berkaitan dengan masyarakat belajar (Learning
Community), yang akhirnya melahirkan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam
melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling bekerja sama dan
membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Salah satu kelebihan
pembelajaran kooperatif adalah memberikan siswa ketrampilan untuk bekerja sama
dan kolaborasi dengan siswa lain, dengan berbagai kemampuan dan karakter yang
berbeda. Dengan pembelajaran kooperatif, aktivitas siswa baik secara kelompok
maupun individu akan sangat tinggi. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih
aktif dan dinamis. Karena setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan dan
tanggung jawab yang harus dilakukan untuk kelompoknya.
Secara
umum tujuan penerapan kerja kelompok ini adalah untuk memupuk kemampuan kerja
sama diantara peserta didik (siswa) dalam menyelesaikan suatu tugas sehingga
dalam kelompok tersebut terjadi keterlibatan sosio-emosional dan intelektual
peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kemampuan bekerja sama dan saling
mendukung akan teruji, menjadikan mobilitas yang tinggi dalam proses
pembelajaran.
Ada
lima prinsip mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. positive interdependence: anggota kelompok perlu
bekerjasama untuk mencapai tujuan,
2. face to face interaction: semua anggota
berinteraksi dengan saling berhadapan,
3. individual accountability: setiap anggota harus
belajar dan menyumbang demi pekerjaan dan keberhasilan kelompok,
4. use of collaborative/social skills: keterampilan
bekerjasama dan bersosialisasi diperlukan, untuk ini diperlukan bimbingan guru
agar siswa dapat berkolaborasi,
5. group processing: siswa perlu menilai bagimana
mereka bekerja secara efektif.
D.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Didalam
pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan.
Menurut Lie ( 2004 ):
1. Saling ketergantungan positif
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan
positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan,
saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau
sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini
dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog
tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena
biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.
Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar
semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya.
Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota
kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud
dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada
rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan
antar pribadi
Keterampilan
sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak
dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga
siswa lainnya.
E. Unsur-Unsur
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif memiliki banyak bentuk pelaksanaan, baik yang sesuai dengan definisi
yang dimaksud di atas atau yang bersifat parsial saja. Keterlaksanaan
pembelajaran kooperatif baru dapat diangap berjalan dengan baik apabila telah
dipenuhinya unsur-unsur sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka harus
merasa “tenggelam dan berenang bersama-sama”. Artinya para siswa harus berusaha
untuk memahami materi, memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan
hasil belajar secara bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu
untuk keberhasilan belajar diantara mereka semuanya.
2. Para siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang
sama. Maksudnya mengawali belajar dengan tujuan belajar yang sama dan
pendapatnya merupakan kesimpulan dari hasil-hasil belajar masing-masing anggota
kelompok.
3. Para siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal
terhadap diri sendiri dan terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam
mempelajari materi yang dihadapinya. Apabila ada siswa lain yang kurang mampu
maka siswa anggota kelompok yang lain harus menggantikannya untuk menyelesaikan
beban tugas dari siswa yang tidak mampu tersebut. Selain itu ia juga harus
dapat menyelesaikan tugas-tugas pribadinya dengan baik dan benar.
4. Para siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok. Sama besar disini
dimaksudkan semuanya mendapat beban tugas dan tanggung jawab secara adil dan
merata untuk setiap anggota kelompok melalui jalur musyawarah dengan
mengedepankan tujuan pembelajaran yang disiapkan pada awal belajar. Diharapkan
tidak terjadi adanya siswa yang menyelesaikan beban tugas dan tanggung jawabnya
secara keseluruhan sehingga diharapkan terjadi pencarian materi belajar secara
bersama-sama.
5. Adanya pembagian kepemimpinan sementara untuk
memperoleh ketrampilan dan bekerja sama dengan baik selama belajar. Jadi
sebelum kegiatan belajar dimulai masing-masing kelompok diadakan pembagian
tugas yang berfungsi untuk mengatur jalannya proses pembelajaran dimaksud.
6. Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai,
anggota kelompok harus dapat mempertanggung-jawabkan materi belajar secara
individual meskipun proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Disinilah
kesiapan masing-masing individu anggota kelompok secara pribadi untuk mengikuti
proses pembelajaran sepenuhnya dengan penuh tanggung jawab dan berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat menguasai materi dengan sebaik-baiknya.
Keenam
unsur pembelajaran kooperatif tersebut harus ada secara lengkap untuk menilai
proses pembelajaran kooperatif tersebut sudah dapat berjalan dengan baik atau
belum. Dan unsur-unsur tersebut merupakan penentu masing-masing individu untuk
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Apabila salah satu unsur tidak tercapai
atau hanya terlaksana untuk sebagian saja, maka kegiatan pembelajaran
kooperatif tersebut tak mungkin dapat menghasilkan prestasi secara baik.
Disinilah letak kejelian guru untuk dapat mengarahkan masing-masing siswa agar
dapat diplot sesuai dengan petunjuk-petunjuk guru yang semestinya. Guru menjadi
sentral pemecah problem dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Fungsi guru
adalah semacam motivator, mediator dan sumber materi yang diharapkan siswa dari
pendalaman materi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.
F.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
1. Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun
pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep – konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran
kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
3. Pengembangan ketrampilan sosial
Mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi
dengan teman yang lain.
G. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif ternyata telah mendapat perhatian yang demikian luas dikalangan para
praktisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun dikalangan para stakeholder
dunia pendidikan dibanyak negara, termasuk di Indonesia. Mereka menganggap
pembelajaran kooperatif ini menjadi penting sebagai salah satu hal untuk dapat
memajukan dunia pendidikan seperti yang kita harapkan bersama. Mereka telah
banyak melakukan pengamatan dan penelitian untuk memperoleh formula yang tepat
didalam menelaah pembelajaran kooperatif tersebut.
Dari pengamatan dan
penelitian yang dilakukan oleh para praktisi pendidikan, para ahli pendidikan,
maupun oleh para penentu kebijakan didunia pendidikan mereka telah dapat
menemukan sekian banyak kelebihan-kelebihan dari pembelajaran kooperatif yang
beraneka ragam jenisnya tersebut. Secara garis besar dari hasil-hasil
penelitian yang dilakukan para ahli pendidikan dapat kami simpulkan bahwa
manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran kooperatif antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa.
(Pencapaian standar akademik mencapai nilai yang tinggi)
2. Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat
mempertinggi tingkat kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa,
dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
3. Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
4. Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di
sekolahnya.
5. Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
6. Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan
diantara para siswa.
7. Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah
murah.
Manfaat-manfaat
tersebut diatas dapat tercapai, karena dengan menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif pada siswa, dapat diartikan bahwa sekolah (yaitu guru dan siswa)
telah melakukan hal- hal sebagai berikut :
1. Berusaha dengan baik untuk dapat mengembangkan dan
menggunakan ketrampilan berpikir kritis dan kerjasama secara kelompok.
2.
Menyuburkan hubungan
yang sangat positif diantara para siswa yang berasal dari latar belakang (suku,
tingkat sosial ekonomi, kepandaian, beban hidup, da lain-lain) yang berbeda
satu sama lainnya.
3.
Menerapkan bimbingan
oleh teman (peer coaching), karena terjadi interaksi yang positif diantara para
siswa dalam kelompoknya sehingga terjadi siswa yang memahami materi akan
membimbing siswa lainnya yang belum memahami materi sampai dengan siswa
tersebut dapat memahami materi.
4.
Menciptakan
lingkungan yang saling menghargai dan saling menghormati secara ilmiah diantara
para siswa dalam kelompoknya, karena mereka berusaha menyatu dan terikat oleh
satu tujuan yang sama.
5.
Berusaha membangun
sekolah dalam suasana kerjasama., yaitu diawali dari kerjasama yang terjadi
diantara para siswa dalam satu kelompok tersebut.
Kecuali
itu, dengan strategi pembelajaran kooperatif ini mempunyai dampak positif
terhadap siswa yang bermasalah atau mempunyai hasil belajar yang rendah. Karena
dengan pembelajaran kooperatif ini mereka akan dilatih untuk memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, melatih memiliki rasa
harga diri, meningkatkan kebaikan budi, meningkatkan kepekaan dan toleransi
diantara para siswa, serta hal-hal lain yang lebih menguntungkan bagi
perkembangan diri dan prestasi siswa tersebut.
Akan
tetapi perlu disimak bahwa apabila pembelajaran kooperatif ini belum dilakukan
disekolah atau masih berupa barang baru, maka akan muncul beberapa kemungkinan
yang kurang menguntungkan. Kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut antara lain
dapat berupa para siswa bertambah
bingung dalam belajar, para siswa kehilangan rasa percaya diri, atau bahkan
lebih parah lagi terjadi peristiwa saling mengganggu diantara para siswa.
Sehingga
pembelajaran kooperatif ini pemberlakuannya perlu diadaptasikan terlebih
dahulu, dikaji bentuknya yang paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi siswa
secara keseluruhan. Yang pasti tak ada salahnya untuk mencoba karena manfaatnya
yang demikian banyak. Kita akan tahu hasil dan manfaatnya setelah kita
mencobanya dengan sebaik-baiknya dan sepenuh hati disertai rasa tanggung jawab
yang tulus sebagai seorang pendidik.
H. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Keuntungan
pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
- Meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan social
- Memungkinkan para siswa saling
belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan
pandangan-pandangan.
- Memudahkan siswa melakukan
penyesuaian sosial.
- Memungkinkan terbentuk dan
berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
- Menghilangkan sifat
mementingkan diri sendiri atau egois.
- Membangun persahabatan yang
dapat berlanjut hingga masa dewasa.
- Berbagi ketrampilan sosial yang
diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan
dan dipraktekkan.
- Meningkatkan rasa saling
percaya kepada sesama manusia.
- Meningkatkan kemampuan
memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
- Meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
- Meningkatkan kegemaran berteman
tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,
etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
I. Teknik
– Teknik Pembelajaran Kooperatif
1.
Metode STAD ( Student Achievement Divisions )
Metode ini
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John
Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik
baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis.
Langkah – langkahnya :
a.
Para siswa di dalam
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4
atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).
b.
Tiap anggota
tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu
untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota
tim/ kelompok.
c.
Secara individual
atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
d.
Tiap siswa dan tiap
tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara
individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna
diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh
penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
2. Metode Jigsaw
Langkah
– langkahnya :
a.
Kelas dibagi menjadi
beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang
heterogen.
b.
Bahan akademik
disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c.
Para anggota dari
beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu
bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
d.
Selanjutnya para
siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams
)untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar.
e.
Setelah diadakan
pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
3. Metode G ( Group Investigation )
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki
oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam
menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses
memiliki kelompok.
Langkah-langkahnya
:
a.
Seleksi topik
b.
Merencanakan
kerjasama
c.
Implementasi
d. Analisis dan sintesis
e.
Penyajian hasil akhir
f.
Evaluasi selanjutnya
4.
Metode struktural
Metode
ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.
Contoh
teknik pembelajaran metode struktural yaitu :
a.
Mencari Pasangan ( Make a Match )
Dikembangkan
oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang
menyenangkan. Langkah – langkahnya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau
ujian ).
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya.
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa
lain yang memegang kartu yang cocok.
5) Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara
bersama – sama.
6) Presentasi hasil kelompok atau kuis.
b.
Bertukar Pasangan
Langkah
– langkahnya :
1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa
menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur / teknik mencari
pasangan.
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas
dengan pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu
pasangan yang lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing –
masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan
jawaban mereka.
5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan
kemudian dibagikan pada pasangan semula.
c.
Berkirim Salam dan Soal
Langkah
– langkahnya :
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap
kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke
kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2) Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang
utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok
lain.
4) Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok
dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
d.
Bercerita Berpasangan
Teknik
ini menggabungkankegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah
– langkahnya :
a)
Pengajar membagi
bahan pelajaran menjadi dua bagian.
b)
Pengajar memberikan
pengenalan topik yang akan dibahas dalam pelajaran.
c)
Siswa dipasangkan
d)
Bagian pertama bahan
diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian
yang kedua.
e)
Kemudian siswa
disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing
f)
Sambil membaca/mendengarkan
siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian
masing-masing.
g)
Siswa berusaha untuk
mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci.
h)
Setelah selesai
menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan
mereka.
i)
Pengajar membagiakan
bagian cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa.
j)
Diskusi mengenai
topik tersebut.
f.
Dua Tinggal Dua Tamu
( Two Stay Two Stay )
Langkah-langkahnya
:
1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.
2) Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti
biasa.
3) Setelah selesai, dua orang dari masing – masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing bertamu ke dua
kelompok lain.
4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri
dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6) Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja
mereka.
f.
Keliling Kelompok
Langkah
– langkahnya :
1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai
dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka
kerjakan.
2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3) Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan
menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
g.
Kancing Gemerincing
Langkah-langkahnya
:
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing –
kancing atau benda kecil lainnya.
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam
masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah
kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan
pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah –
tengah.
4) Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak
boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5.
Think – Pair – Share
Langkah-langkah
:
a.
Thinking : guru
mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh
peserta didik.
b.
Pairing : guru
meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan –
pasangan untuk berdiskusi.
c.
Sharing : hasil
diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang
mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.
6.
Numbered Heads Together
Langkah
– langkahnya :
a.
Guru membagi kelas
menjadi kelompok – kelompok kecil
b.
Guru mengajukan
beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada
kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together”
berdiskusi memikirkan jawaban.
c.
Guru memanggil
paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan
memberi kesempatan untuk menjawab.
d. Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga
peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang
utuh.
7.
Bamboo Dancing
Langkah
– langkahnya :
a.
Pembelajaran diawali
dengan pengenalan topik oleh guru.
b.
Guru membagi kelas
menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.
c.
Membagikan tugas
kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).
d. Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser
posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat
pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali
kepasangan awal.
e.
Hasil diskusi tiap –
tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas
f.
Guru memfasilitasi
terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan
yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh
kelas.
8. Point – Counter – Point
Langkah
– langkahnya :
a.
Guru memberi
pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.
b.
Membagi peserta didik
ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.
c.
Tiap – tiap kelompok
diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan
perspektif yang dikembangkannya.
d. Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat
menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya.
Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu
yang sama.
e.
Buat evaluasi
sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari
argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.
9. The Power of Two
Langkah
– langkahnya :
a.
Ajukan pertanyaan
yang membutuhkan pemikiran yang kritis.
b.
Minta peserta didik
menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.
c.
Minta peserta didik
mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian
menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.
d. Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan
pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih
integrative.
e.
Buat rumusan –
rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan
yang telah dikembangkan selama diskusi.
10.
Listening Team
Langkah-langkahnya
:
a.
Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.
b.
Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok
memiliki peran masing – masing, misalnya:
Kelompok
1 : kelompok penanya
Kelompok
2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu
Kelompok
3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2
Kelompok
4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
c.
Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga
dikusi menjadi berkualitas.
d.
Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh
peserta didik dalam diskusi.
J. Metode-Metode
Pendukung Pengembangan Pembelajaran Kooperatif
1.
PQ4R
Pengalaman
awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan
memiliki stock knowledge. Langkah – langkahnya :
a)
P ( Preview ) yaitu
peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan.
b)
Q ( Question ) yaitu
peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang
diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan
procedural.
c)
R ( Read ) yaitu
peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya
sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang
dirumuskannya.
d)
R ( Reflect ) yaitu
peserta didik memahami apa yang dibacanya.
e)
R ( Recite ) yaitu
peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan
konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok
– pokok penting yang telah dibacanya.
f)
R ( Review ) yaitu
peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah
dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari
pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya.
2.
Guided Note Taking
Merupakan
metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan
guru mendapat perhatian siswa. Langkah – langkahnya :
a)
Memberikan bahan ajar
misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode
ceramah kepada peserta didik.
b)
Mengosongi sebagian
poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam
handout tersebut
c)
Menjelaskan kepada
peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar
peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran.
d)
Selama ceramah
berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut.
e)
Setelah penyampaian
materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya.
3. Snowball Drilling
Metode
ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari
membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal
pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara
menunjuk atau mengundi. Langkah – langkahnya :
a)
Peserta didik di
tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
b)
Jika peserta didik
pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman
yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal
manjawab pertanyaan pertama maka dia harus menjawab pertanyaan berikutnya
hingga berhasil menjawab.
c)
Diakhir pelajaran
guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.
4. Concept Mapping
Langkah
– langkahnya :
a)
Guru mempersiapkan
potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.
b)
Guru membagikan
potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta
didik.
c)
Memberi keempatan kepada
peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan antar
konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang
menjelaskan hubungan antar konsep.
d)
Kumpulkan hasil
pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas
satu persatu.
e)
Ajak seluruh kelas
untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan terhadap
materi yang dipelajari.
5. Giving Question and Getting Answer
Dilakukan
untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Langkah
– langkahnya :
a)
Bagikan 2 potongan
kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk menuliskan
dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.
b)
Ajukan pertanyaan
baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.
c)
Minta kepada peserta
didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan serahkan
pada guru.
d)
Jika sampai akhir
masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat resume
atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung.
6.Question
Student Have
Dilakukan
untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :
a)
Membagi kelas menjadi
4 kelompok.
b)
Bagikan kartu kosong
kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.
c)
Minta peserta didik
menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang dipelajari.
d)
Putar kartu searah
jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota
tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut
dianggap penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali.
e)
Periksa pertanyaan
mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan anggota
lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok.
f)
Setiap kelompok
melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah
diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara
mandiri maupun kelompok.
7. Talking Stick
Metode
ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah –
langkahnya :
a)
Guru menjelaskan
materi pokok yang akan dipelajari.
b)
Peserta didik diberi
kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.
c)
Guru meminta kepada
peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan
diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat
tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian
seterusnya.
d)
Guru member keempatan
kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan.
8. Everyone is Teacher Here
Metode
ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara
keseluruhan maupun individual dan member kesempatan kepada siswa untuk berperan
sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah – langkahnya :
a)
Bagikan kertas/ kartu
indeks kepada seluruh peserta didik.
b)
Setiap peserta didik
diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang
dipelajari di kelas.
c)
Kumpulkan kertas dan
acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak ada yang
mendapatkan soalnya sendiri.
d)
Minta kepada peserta
didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan
jawabannya.
e)
Minta kepada peserta
didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f)
Setelah dijawab,
minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.
9. Tebak Pelajaran
Dikembangkan untuk menarik
pehatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya :
a)
Tulislah atau
tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.
b)
Mintalah kepada siswa
untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari
materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c)
Sampaikan meteri
pembelajaran secara interaktif.
d)
Selama proses
pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan
materi yang disampaikan oleh guru.
e)
Diakhir pelajaran tanyakan
berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
K. Keunggulan Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan –
keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :
- Dengan pembelajaran kooperatif
maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam
menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan
merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas
tertentu.
- Karena keberagaman anggota
kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya
menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi
jawaban yang lain.
- Pembelajaran kooperatif cocok
untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
- Dalam pembelajaran kooperatif para
paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena
bekerja sama dengan teman – temannya.
- Dalam pembelajaran kooperatif
memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan
terjadi hubungan yang positif.
L.
Kelemahan Pembelaajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan
juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
- Dalam pembelajaran kooperatif
apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka
akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat
menyebabkan perselisihan.
- Terkadang ada anggota yang
lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian
tugas tidak merata.
- Dalam pembelajarannya
memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama
teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap
benar.
- Karena sebagian pengetahuan
didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit
dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
M. Sekolah Progresif Berbasis Karakter
Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan
pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter
supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter.
N. Pandangan Pendidikan Progresif
Paradigma pendidikan
terdahulu adalah pencerdasan siswa dalam bidang kognitip saja, para pendidik
hanya berorientasi pada bagaimana cara mentransfer materi-materi pelajaran
kepada siswanya. Proses pendidikan saat itu hanya berorientasi pada perolehan
nilai akademik yang tinggi bagi para siswa, yang pada puncaknya mereka akan
menyelesaikan proses pendidikan serta “gelar-gelar pendidikan” yang tinggi
pula. Dengan kondisi yang demikian maka tidaklah salah jika pendidikan terpisah
dari masyarakat, pendidikan hanya mengasah kemampuan intelektual. Sehingga
pendidikan dipandang tidak mampu menyelesaikan masalah – masalah yang ada di
masyarakat.
Pendidikan yang kita
jalani saat itu dianggap oleh sebagian masyarakat hanya mampu melahirkan
gelar-gelar saja. Mereka kecewa dengan pendidikan yang telah mereka jalani.
Mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya,
bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang berpendidikan tinggi akhirnya
hanya jadi pengangguran.
Dengan kondisi yang
ada seperti diatas muncul pertanyaan di benak kita, “Sesungguhnya apa
kekurangan dari sistem pedidikan yang telah kita jalani selama ini ?”
Berdasarkan studi
pikologi belajar serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat pendidikan
menghendaki agar proses pembelajaran harus dapat memperhatikan minat,
kebutuhan, dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk
mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah. Salah satu teori yang mendukung gagasan
ini adalah teori belajar Progresif yang dikemukakan oleh John Dewey. Teori
Progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme
pendidikan. Teori ini memandang peserta didik sebagai makhluk sosial yang
aktif, dan dia percaya bahwa peserta didik ingin memahami tentang lingkungan
dimana dia berada, baik lingkungan personal (individu) ataupun kolektip (
sosial ).
Menurut Dewey
terdapat tiga tingkatan kegiatan yang bisa dipergunakan di sekolah. Tingkatan
pertama untuk anak pada pendidikan prasekolah, pada anak tingkatan ini
diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangn kemampuan panca indra dan
pengembanan koordinasi fisik. Tingkatan kedua pembelajaran haruslah menggunakan
bahan – bahan belajar yang bersumber pada lingkungan. Diperlukan berbagai
variasi bahan belajar yang dapat menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam
belajar. Tingkatan ketiga yaitu tingkatan dimana anak akan menemukan ide – ide
atau gagasan, mengujinya, dan menggunakan ide – ide atau gagasan tersebut untuk
memecahkan persoalan atau masalah - masalah yang sejenis.
Pandangan Dewey di
atas tentunya tidak jauh berbeda dengan pandangan beberapa ahli pendidikan yang
lain, sebut saja Piaget (Sumantri M, & Syaodin N ; hal.1.15 ) yang
mengkategorikan perkembangan belajar anak dalam 4 tingkatan, yaitu :
1.
Tahap sensori motor (
0;0 - 2;0 tahun )
2.
Tahap praoprasional (
2;0 – 7;0 tahun )
3.
Tahap oprasional
kongkrit ( 7;0 – 11;0 )
4.
Tahap oprasional
formal ( 11;0 – 15;0 )
Sedangkan menurut
Bruner ( Sumantri M. dan Permana J. hal. 24 ), guru mengembangkan belajar anak
dengan cara menyediakan situasi nyata bagi terjadinya eksplorasi yang aktif di
pihak anak; dimolai dari format atau bentuk bentuk yang berada disekitar
kehidupan si anak, peran dan kegiatan– kegiatan lalu yang telah biasa dilakukan
si anak itu, untuk kemudian menggunakan bahasa yang lebih kompleks.
Dewey ( Tilaar: 2000
) juga mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses sosial bagi orang yang
belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif
dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota
masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan
pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh
anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.
Pendidikan haruslah
mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta didik. Oleh karena
itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman yang mampu memberikan
makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi dimasa kini
dan masa yang akan datang.
Menurut Dewey, harus
terjadi perubahan dalam situasi pendidikan. Dia ingin adanya perubahan dalam
beberapa hal dengan jalan :
1.
Memberikan kesempatan
kepada murid untuk belajar secara perorangan.
2.
Memberikan kesempatan
kepada murid untuk belajar melalui pengalaman.
3.
Memberi motivasi, dan
bukan perintah. Ini berarti memberikan tujuan yang dapat menjelaskan arah
kegiatan belajar yang merupakan kegiatan pokok anak didik.
4.
Mengikutsertakan
murid di dalam setiap aspek kehidupan sekolah (mencakup pengajaran,
administrasi, dan bimbingan)
5.
Menyadarkan murid,
bahwa hidup itu dinamis. Karena itu murid harus dihadapkan dengan dunia yang
selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas, dengan orientasi kehidupan masa
kini.
O. Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter
Pembelajaran
Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada
kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran
yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah
yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi
terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional. Program pendidikan
progresif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Penekanan pada
learning by doing, pembelajaran ekspedisi, pengalaman belajar
2.
Kurikulum terpadu
difokuskan pada unit tematik
3.
Integrasi
kewirausahaan dalam pendidikan
4.
Penekanan kuat pada
pemecahan masalah dan berpikir kritis
5.
Kelompok kerja dan
pengembangan keterampilan sosial
6.
Memahami dan tindakan
sebagai tujuan belajar sebagai lawan pengetahuan hafalan
7.
Proyek pembelajaran
kolaboratif dan kooperatif
8.
Pendidikan untuk
tanggung jawab sosial dan demokrasi
9.
Pemilihan isi
pelajaran dengan melihat ke depan untuk meminta keterampilan apa yang akan
dibutuhkan dalam masyarakat masa depan
10. Penekanan pada buku teks yang mendukung sumber daya
bervariasi pembelajaran
11. Penekanan pada belajar seumur hidup dan keterampilan
sosial
12. Penilaian oleh evaluasi proyek dan produksi anak
(berfokus pada proses)
13. Berpusat pada murid (student center)
14. Pendidikan untuk saat ini
15. Positif disiplin
16. Berorientasi pada proses
17. Memanfaatkan beragam cara belajar
18. Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh murid
Salah satu contoh
pelaksanaan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah Program “We the Peple..Project Citizen” dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang ada
dalam masyarakat
Pada
langkah ini kelas difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi berbagai masalah
yang ada di lingkungan masyarakat dengan melalui pengamatan, interview, dan
studi dokumentasi yang dilakukan secara kelompok.
2. Memilih masalah sebagai fokus kajian kelas
Pada
langkah ini, kelas difasilitasi untuk mengkaji berbagai masalah itu dan
kemudian memilih satu masalah yang paling layak untuk dipecahkan.
3. Mengumpulkan informasi terkait masalah yang menjadi
fokus kajian kelas
Pada
langkah ini kelas difasilitasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan
dalam rangka pemecahan masalah tersebut dari berbagai sumber informasi yang
relevan dan tersedia, seperti perpustakaan, media massa, kalangan profesional
dan ahli, pejabat pemerintah, organisasi non pemerintah, dan tokoh serta
anggota masyarakat.
4. Mengembangkan suatu portfolio kelas
Pada
langkah ini, kelas mengembangkan portfolio berupa himpunan hasil kerja kelompok
dalam rangka pemecahan masalah tersebut dan menyajikannya secara keseluruhan
dalam bentuk panel pameran yang dapat dilihat bersama, yang melukiskan saling
keterkaitan masalah, alternatif kebijakan, dukungan atas alternatif kebijakan,
dan rencana tindakan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
5. Menyajikan portfolio kelas dalam suatu simulasi dengar
pendapat.
Pada
langkah ini, keseluruhan portfolio yang telah dikembangkan kemudian disajikan
dan dipamerkan kepada sivitas akademika dan masyarakat.
6. Melakukan kajian reflektif atas pengalaman belajar
yang dilakukan
Pada langkah
terakhir, kembali ke kelas untuk melakukan refleksi atau pengendapan dan
perenungan mengenai hasil belajar yang dicapai melalui seluruh kegiatan
tersebut.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sekolah Kooperatif yaitu sekolah yang memberikan
kebebasan kepada siswa baik mengenai pendidikan maupun biaya yang disesuaikan
dengan kemampuan orang tua tanpa merendahkan derajat sama sekali
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membelajarkan siswa secara
berkelompok dan saling bekerja sama atau membantu untuk memecahkan suatu
peramasalahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan
yang berbeda. Dalam melakukan tugas belajarnya, tiap anggota kelompok saling
bekerja sama dan membantu untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
a. Para siswa harus berusaha untuk memahami materi,
memperluas materi, mendalami materi dan menyimpulkan hasil belajar secara
bersama-sama. Nilai kebersamaan menjadi ukuran penentu untuk keberhasilan
belajar diantara mereka semuanya.
b. Para siswa harus seia sekata dan mempunyai tujuan yang
sama.
c. Para siswa harus memiliki tanggung jawab yang maksimal
terhadap diri sendiri dan terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya dalam
mempelajari materi yang dihadapinya.
d. Para siswa harus mampu membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama besarnya diantara para anggota kelompok.
e. Adanya pembagian kepemimpinan sementara untuk
memperoleh ketrampilan dan bekerja sama dengan baik selama belajar.
f. Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai,
anggota kelompok harus dapat mempertanggung-jawabkan materi belajar secara
individual meskipun proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok.
4. Manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran
kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :
a. Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa.
(Pencapaian standar akademik mencapai nilai yang tinggi)
b. Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat
mempertinggi tingkat kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa,
dan berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
c. Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
d. Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di
sekolahnya.
e. Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
f. Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan
diantara para siswa.
g. Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah
murah.
5. Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah
yang menerapkan pendidikan progresif dengan berdasar pada implementasi
nilai-nilai karakter supaya menjadi budaya sekolah yang berkarakter.
Pembelajaran di sekolah ini menyediakan pengalaman-pengalaman belajar siswa
agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal dalam segala aspek terutama
aspek afektifnya sehingga tercipta budaya sekolah berkarakter.
6. Dewey ( Tilaar: 2000 ) mengemukakan bahwa, Pendidikan
merupakan proses sosial bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk
menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah
lingkungan khusus yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk
menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar
dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan
sosial.Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial
peserta didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali
pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan
yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan –
persoalan yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.
7.
Pembelajaran
Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada
kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran
yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah
yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi
terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional.
B. Saran
Pengetahuan mengenai Membangun Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif
Berbasis Karakter penting untuk
dipahami setiap insan akademika terutama calon pendidik. Dengan memahami
pengetahuan tersebut calon pendidik dapat mengimplementasikan dengan baik proses pembelajaran berbasis karakter sehingga terselenggaranya
pendidikan manusia seutuhnya dapat tercapai
dan melalui pendidikan dapat tercipta generasi bangsa masa depan yang gemilang
dan utuh.
DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah,Dasim.2014.Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter
Seri Pembinaan Profesionalisme Guru.Bandung:Widya Aksara Press
Suprijono, Agus. 2006 . Cooperative Learning
( Teori & Aplikasi PAIKEM ).
Priyono.2011.Manfaat
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemajuan Sekolah.Tersedia:buku validitas & karakteristik
butir /2011/05/manfaat-pembelajaran-kooperatif.html (24 April 2014)
Tisa.2012.Kurikulum Progresif.Tersedia: /2012/11/kurikulum-progresif.html (24
April 2014)
No comments:
Post a Comment