13 March 2021

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

 

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

Pengertian Diagnostik

Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari bidang medis, diagnosis dapat di artikan sebagai berikut :

·         Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala-gejalanya.

·         Keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi secara sakasama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.

Dilihat dari k definisi di atas, diagnosis ternyata bukan hanya mengidentifikasi, tetapi juga memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara pemecahannya.

C. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya: (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

·         Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.

·         Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.

·         Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

·         Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

·         Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

mengidentifikasi seorang siswa dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut :

·         Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke dalam under archievers.

·         Siswa dikatakan gagal  kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyersuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan.Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke dalam slow learners.

Berdasarkan pengertian diagnosis dan kesulitan belajar di atas, dapat disimpulkan diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses atau upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengmbil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.

 

Diagnosa Kesulitan Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan.

Dalam menghadapi masalah perkembangannya tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Siswa cenderung tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapinya. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus turut berperan dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti  kita ketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran yang dapat menentukan kegagalan belajar siswa :

·         Tujuan pendidikan

Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional.

·         Kedudukan dalam Kelompok

Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

·         Perbandingan antara potensi dan prestasi

Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya

 

·         Kepribadian

Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.

 

Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Identifikasi kasus

Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni:

·         Call them approach yaitu melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.

·         Maintain good relationship yaitu menciptakan hubungan yang baik dan penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.

·         Developing a desire for counseling yaitu menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.

·         Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.

·         Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial

Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis dan karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa.

Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)

Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.

Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.

Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas, adanya perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan adanya rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

 

 

Mengatasi Kesulitan Belajar di Rumah

Kesulitan belajar merupakan masalah yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya..

Masalah disiplin juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus ditanamkan disiplin, jika tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak tersebut. Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Orang tua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan.

Perhatikan Mood

Untuk mengenal mood anak, orang tua harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal.

Siapkan Ruang Belajar

Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak.

Komunikasi

Pelajaran yang disukai biasanya tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Dalam hal ini sebaiknya orang tua menyempatkan waktu untuk mendengarkan anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah.

 

Implementasi

Diagnostik kesulitan belajar merupakan langkah awal dari sebuah proses bimbingan belajar, agar proses pemberian bimbingan bisa tepat sasaran. Adapun hal yang didiagnosis adalah keseluruhan elemen dari proses pembelajaran, diantaranya nilai, prestasi, kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Lebih jauh, kita dapat menggali faktor-faktor penyebab dari kesulitan belajar secara mendalam.

Dengan memahami atau melakukan diagnostic kesulitan belajar, sebagai guru dapat lebih memahami kesulitan-kesulitan belajar siswa atau dapat mengetahui letak dimana siswa-siswa kesulitan untuk memahami suatu materi pelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan dengan melakukan inovasi pembelajaran atau merubah gaya mengajar nya agar setiap peserta didik lebih memaknai dan lebih memamahi materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga setiap peserta didik tidak hanya mengerti materi pelajaran tersebut, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat tercapai tujuan pendidikan.

 

Daftar Pustaka

Prayitno & Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : P2LPTK Depdikbud

Prayitno. 2003. Panduan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Syamsuddin, Abin. 2005. PSIKOLOGI PENIDIKAN. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

 

No comments:

Post a Comment