KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Pengertian
Diagnostik
Diagnosis merupakan istilah teknis
(terminology) yang kita adopsi dari bidang medis, diagnosis dapat di artikan
sebagai berikut :
·
Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit
apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama
mengenai gejala-gejalanya.
·
Keputusan yang dicapai setelah dilakukan
studi secara sakasama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dilihat
dari k definisi di atas, diagnosis ternyata bukan hanya mengidentifikasi,
tetapi juga memutuskan prediksi kemungkinan-kemungkinan untuk menyarankan cara
pemecahannya.
C. Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian
yang luas, diantaranya: (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner,
dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari
masing-masing pengertian tersebut.
·
Learning Disorder atau
kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya.
·
Learning Disfunction merupakan
gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
·
Under Achiever mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
·
Slow Learner atau
lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
·
Learning Disabilities atau
ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar
atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.
mengidentifikasi
seorang siswa dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar
jika yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut :
·
Siswa dikatakan gagal apabila yang
bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia
diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun
ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.Kasus siswa semacam ini
dapat digolongkan ke dalam under archievers.
·
Siswa dikatakan gagal kalau yang
bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk
penyersuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya pada fase perkembangan
tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia
yang bersangkutan.Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke
dalam slow learners.
Berdasarkan
pengertian diagnosis dan kesulitan belajar di atas, dapat disimpulkan
diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses atau upaya untuk memahami
jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif
mungkin sehingga memungkinkan untuk mengmbil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Diagnosa
Kesulitan Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha
aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru
menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu
mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku
sebagaimana yang diharapkan.
Dalam
menghadapi masalah perkembangannya tidak semua siswa mampu memecahkannya
sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan
masalah sendiri. Siswa cenderung tidak tahu apa sebenarnya masalah yang
dihadapinya. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah,
padahal masalah yang dihadapinya cukup berat. Atas kenyataan itu, semestinya
sekolah harus turut berperan dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi
siswa. Seperti kita ketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran,
Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan
bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri
dan integrasi sosial yang lebih baik
Untuk
dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan sehingga
dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan
mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran yang dapat menentukan
kegagalan belajar siswa :
·
Tujuan pendidikan
Dalam
keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen
pendidikan yang penting karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan.
Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai
tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut
dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak
mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan
belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan
pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan
secara jelas dan operasional.
·
Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan
seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil
belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh
prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan.
Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di
bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
·
Perbandingan antara potensi dan prestasi
Prestasi
belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya,
baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi
cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula.
Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh
prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan
prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana
dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami
kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
·
Kepribadian
Hasil
belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh
kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan
pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila menunjukkan
pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti
acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated,
motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.
Bimbingan
Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur
bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Identifikasi
kasus
Identifikasi
kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar. Beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mendeteksi siswa
yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni:
·
Call them approach yaitu
melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga
dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan
bimbingan.
·
Maintain good relationship yaitu
menciptakan hubungan yang baik dan penuh keakraban sehingga tidak terjadi
jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui
berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar
saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi
informal lainnya.
·
Developing a desire for counseling yaitu
menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
·
Melakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau
kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
·
Melakukan analisis sosiometris, dengan cara
ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
Identifikasi
Masalah
Langkah
ini merupakan upaya untuk memahami jenis dan karakteristik kesulitan atau
masalah yang dihadapi siswa.
Remedial
atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika
jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru
pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru
pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
Evaluasi
dan Follow Up
Cara
manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut untuk melihat seberapa pengaruh tindakan
bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang
dihadapi siswa.
Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria
keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu berkembangnya pemahaman baru yang
diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas, adanya perasaan positif
sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
adanya rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang
dialaminya.
Mengatasi
Kesulitan Belajar di Rumah
Kesulitan belajar merupakan masalah yang
cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya.
Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak,
memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami
perkembangan mental dan pembentukan karakternya..
Masalah
disiplin juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus
ditanamkan disiplin, jika tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak
tersebut. Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, setidaknya ada tiga hal
yang harus diperhatikan. Orang tua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara
mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan
sendiri dalam situasi menyenangkan.
Perhatikan
Mood
Untuk
mengenal mood anak, orang tua harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar
anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal.
Siapkan
Ruang Belajar
Kesulitan
belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu,
coba sediakan tempat belajar untuk anak.
Komunikasi
Pelajaran
yang disukai biasanya tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa
dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru
mengajar di kelas. Dalam hal ini sebaiknya orang tua menyempatkan waktu untuk
mendengarkan anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di
sekolah.
Implementasi
Diagnostik kesulitan belajar merupakan
langkah awal dari sebuah proses bimbingan belajar, agar proses pemberian
bimbingan bisa tepat sasaran. Adapun hal yang didiagnosis adalah keseluruhan
elemen dari proses pembelajaran, diantaranya nilai, prestasi, kehadiran dan
partisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Lebih jauh, kita dapat menggali
faktor-faktor penyebab dari kesulitan belajar secara mendalam.
Dengan
memahami atau melakukan diagnostic kesulitan belajar, sebagai guru dapat lebih
memahami kesulitan-kesulitan belajar siswa atau dapat mengetahui letak dimana
siswa-siswa kesulitan untuk memahami suatu materi pelajaran sehingga guru dapat
melakukan tindakan dengan melakukan inovasi pembelajaran atau merubah gaya
mengajar nya agar setiap peserta didik lebih memaknai dan lebih memamahi materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga setiap peserta didik tidak hanya
mengerti materi pelajaran tersebut, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan juga dapat tercapai tujuan pendidikan.
Daftar
Pustaka
Prayitno
& Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta : P2LPTK Depdikbud
Prayitno.
2003. Panduan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Syamsuddin,
Abin. 2005. PSIKOLOGI PENIDIKAN. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
No comments:
Post a Comment